Bab 2
Karya Ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hokum yang berlaku di Indonesia.
Author @fireytika
Co-writer @benitobonita
Rambut putih.
Taring tajam.
Napas Aluca tertahan seketika. Vampir!
Gadis itu refleks melompat mundur dengan kedua tangan menggenggam erat senjatanya. Bayangan hitam yang berasal dari bangunan di belakang Aluca menaungi dirinya.
Sabit raksasa milik Aluca terayun cepat memotong bayangan yang berada di dekat kaki dan membentuk wujud-wujud mungil bertelinga panjang seperti kelinci yang segera melompat-lompat ke arah lawannya.
Vampir itu mengelak ketika para shadow bunnies berusaha menyentuh dirinya. Dia kemudian melesat ke arah Aluca. Namun, seekor kelinci berhasil menangkap kakinya dan membuat gerakannya terhenti seketika.
"A-apa ini?" Sang Vampir berusaha mengangkat kakinya, tetapi tidak berhasil. Sosok yang memeluknya terasa lengket. Kelinci-kelinci lain bergegas menyusul kemudian satu demi satu melompat mengerubungi lawan mereka.
"Yelp!" jerit sang Vampir sebelum dirinya tenggelam di dalam lautan kelinci hitam.
Aluca berlari mendekat. Kedua tangannya siap untuk mengayunkan sabit kematian. Namun, tiba-tiba ujung mata gadis itu melihat kelebatan jubah hitam kemerahan dari sisi kanan belakang.
Aluca refleks mengelak. Dia segera memutar tubuh, lalu menebas sosok asing itu.
Gagal. Ujung sabitnya hanya memotong angin.
Vampir berjubah hitam dan merah telah menjatuhkan diri terlebih dahulu ke atas tanah. Dia langsung memutar kaki untuk menjatuhkan Aluca. Namun, gadis itu berhasil melompat tepat pada waktunya dan balas menyerang dengan mengayunkan sabit.
Vampir itu berhasil berguling dengan lincah sehingga ujung senjata hanya merobek sisi jubahnya. Rasa pusing akibat kekurangan darah mulai dirasakan Aluca.
Aluca mendarat dengan limbung. Jantung gadis itu berpacu cepat. Dia mencoba melepaskan sabit yang tersangkut di antara batu yang melapisi jalanan.
Sang vampir bangkit berdiri. Senyum pria itu mengembang menunjukkan taring.
Pandangan Aluca berputar. Dia menambah tenaga untuk menarik senjatanya. Namun, sebelum benda itu terlepas, sebuah tendangan diarahkan sang lawan pada sisi kiri tubuhnya.
Tiga buah tulang yang sebelumnya hanya merupakan hiasan jubah tiba-tiba memanjang membentuk sebuah kerangkeng dan melindungi pemiliknya dari serangan. Meski begitu kekuatan serangan sang Vampir berhasil membuat Aluca terempas mundur beberapa meter.
Rasa panas terbakar dirasakan kulit gadis itu saat dia terjatuh ke atas bebatuan kasar. Aluca berusaha bangkit dengan terengah-engah dengan memakai dinding bangunan sebagai pegangan. Namun, sebelum dia berhasil bersandar pria lain yang memakai jubah merah gelap melompat dari atas untuk menyerangnya.
Aluca spontan menghindar sehingga cakar pria itu hanya menggores bebatuan, tetapi sang gadis terkejut saat tubuhnya ditendang sehingga menghantam dinding oleh vampir kedua.
Pekik kesakitan keluar dari mulut Aluca ketika vampir yang menyerangnya kembali menghantamkan pundak dan pergelangan tangan kiri gadis itu ke dinding. Vampir pertama telah berhasil mengalahkan pasukan kelincinya berjalan mendekat. Mereka bertiga menyeringai lebar mengamati sang korban yang sudah tidak berdaya.
Aluca membuka mata dan memberikan tatapan penuh kebencian ke arah mereka.
Rambut seputih salju.
Mata semerah darah.
Taring tajam.
Vampir!
*****
"Pegangi kedua tangannya," perintah vampir berjubah hitam dan merah yang langsung dituruti oleh kedua rekannya.
Sabit yang berada di genggaman Aluca jatuh menghantam bebatuan dan menimbulkan suara keras. Gadis itu memberontak, berusaha sekuat tenaga melepaskan diri, tetapi kalah.
Aluca mengertakkan gigi dan menutup mata rapat-rapat saat vampir kedua menjambak rambutnya sehingga lehernya yang terluka terlihat jelas.
"Ternyata sudah ada vampir lain yang mencicipinya." Salah satu vampir terkekeh.
Jantung Aluca berdebar cepat akibat takut dan jijik. Gadis itu menahan diri agar tidak menangis.
Embusan napas dingin dari vampir yang mendekatkan kepala ke arah leher gadis itu membuat bulu kuduk Aluca meremang.
Tolong!
Tolong aku!
*****
"Apa yang sedang kalian lakukan? Mengeroyok seorang gadis kecil?" Suara seorang pria mengejutkan mereka.
Tiga buah benang tipis melesat secepat kilat membelit dan menarik tubuh ketiga vampir sehingga mereka terseret menjauhi Aluca.
"Wah, kebetulan sekali kita bertemu lagi. Bagaimana jalan-jalan kalian setelah membuatku mandi dengan darahku sendiri?"
Salah satu vampir menoleh dan matanya melebar akibat terkejut. "Ka-kau ..., bukankah kau seharusnya telah mati?"
Si pria asing menyeringai sambil berkata, "Seandainya gadis kecil dengan sabit raksasa yang mengerikan itu tidak datang, tentu aku sudah tewas."
"Oh, selamat tinggal," lanjut vampir asing itu. Dia menarik tangan kanan yang menggenggam tali tipis.
Jeritan mengerikan keluar dari mulut ketiga vampir saat tubuh mereka terpotong-potong. Mata Aluca melebar dan tubuh gadis itu gemetar hebat ketika melihat genangan darah yang membasahi bebatuan.
"Ck," keluh vampir asing itu mengamati noda darah yang semakin mengotori pakaiannya. "Aku padahal baru membelinya."
Dia melihat sejenak ke arah Aluca dan mengedipkan mata. Setelahnya sang Vampir mengangkat telapak tangan kanan untuk menarik seluruh darah yang berada di sekitarnya berkumpul di atas genggamannya.
"Hmm, apa yang harus kulakukan dengan benda ini?" tanya pria itu sambil mengerutkan kening. "Kita tidak mau mereka kembali beregenerasi, kan?"
Aluca menelan ludah. Jantung gadis itu masih saja berdebar cepat. Dia benar-benar membeku di tempatnya tanpa bisa bergerak.
"Mungkin aku akan membuat pil darah," lanjut vampir itu berpikir keras. "Pedagang di kota akan memberikan harga bagus untuk ini.
Bersamaan dengan itu kumpulan darah yang berada di tangan sang Vampir bergerak berputar memisahkan diri dan memadat berubah menjadi bola-bola dengan ukuran yang lebih kecil.
Sang Vampir memasukkan butiran-butiran pil darah ke dalam kantung celana sebelum pandangannya terarah kepada benda yang tergeletak di atas bebatuan.
"Ini tas milikmu?"
Aluca tidak menjawab. Dia berjongkok pelan untuk meraih sabit dengan wajah pucat pasi saat vampir itu membungkuk untuk mengambil tas dan berjalan mendekat.
Aluca dengan napas terengah-engah dan sisa tenaga terakhir mencoba mengayunkan senjatanya ke arah sang vampir. Namun, pria itu dengan mudah menarik pergelangan tangannya sambil berkata, "Ck, ck, ck ..., tidak baik menyerang orang yang baru saja menyelamatkanmu."
Vampir itu tiba-tiba sedikit membungkuk. Dia merangkul tubuh Aluca yang sempoyongan, lalu menggendongnya sebelum melompat menaiki atap bangunan terdekat.
Karya ini adalah kolaborasi Fireytika & Benitobonita. Di publish ulang di akun author.
Versi komik dibuat oleh Fireytika, bisa dibaca gratis di webtoon
https://www.webtoons.com/id/challenge/aluca/ch-1-the-first-bite/viewer?title_no=280580&episode_no=1
first publish : 16 September 2018
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro