Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

AS 4 - Sin's Sadness

[Author P.O.V]

Awalnya, yang terjadi pada Sha itu tidak terlalu berat. Namun pada akhirnya, semuanya menjadi lebih parah kembali. Gadis kecil itu sudah memiliki kelainan pada mata kirinya. Ketika Ibu Sin sudah pulang dari aktivitasnya bekerja di luar, beliau menemui Sha yang saat ini kondisi tubuhnya bergerak-gerak di tempat tidur. Tidak bisa diam, padahal Sha sebenarnya ingin tidur di kamar itu.

“Sha, kamu kenapa? Sha! Sha!” seru ibu Sin ketika sudah menghampiri Sha seraya menggoyang-goyangkan tubuhnya yang bergoyang-goyang itu. Namun gadis kecil itu tidak menjawab apa yang ditanyakan oleh beliau. Lantas saja, ibu Sin itu khawatir terhadap apa yang sedang terjadi pada diri anak itu.

Melihat perubahan pada kondisi tubuh Sha yang tiba-tiba menjadi seperti itu—layaknya orang yang aneh sepertinya, dia langsung dibawa oleh ibu kandungnya itu ke rumah sakit. Sha harus mendapat perawatan oleh dokter, begitulah yang dipikirkan oleh ibu Sin tersebut. Tidak ada pikiran lain yang mengganggu ibu Sin selain anaknya sendiri. Maka dari itu, beliau langsung menggendong anaknya ke rumah sakit.

***

Di rumah sakit, ibu Sin langsung mengarahkan Sha ke seorang perawat yang lewat di koridor yang disusuri oleh ibu dan anak itu. “Sus, Sus, tolong periksa anak saya. Tubuhnya bergoyang-goyang sendiri. Ada yang aneh pada dirinya, Sus. Tolong ...,” ujar beliau lirih. Beliau tidak ingin terjadi apa-apa pada satu di antara anak-anak kandung yang ibu Sin punya selama ini.

“Baik, Bu. Tunggu sebentar ya,” kata Suster itu mengiyakan. Suster itu langsung membawa Sha ke ruang Unit Gawat Darurat untuk diperiksa. Sedangkan ibu Sin langsung menunggu di luar ruangan UGD. Namun pada saat beliau menunggu para dokter dan suster yang sedang memeriksa kondisi Sha, tiba-tiba pemandangan yang buruk harus terlihat oleh ibu Sin itu lagi.

Satu jiwa korban juga sudah diarahkan ke ruang Unit Gawat Darurat. Ibu Sin merasa sangat penasaran terhadap apa yang dilihatnya barusan, maka dari itu, beliau meminta orang-orang yang membawa korban tersebut untuk berhenti sejenak.

“Eh ... gomen, semuanya. Bisa berhenti sejenak? Saya penasaran siapa yang sakit di sini,” ujar beliau itu kemudian. Maka dari itu, mereka pun berhenti, dan ibu Sin itu menghampiri ranjang beroda empat yang dibawa oleh para warga itu. Diamatinya secara perlahan dari kepala sampai kaki. Setelah melihatnya, kedua tangannya secara refleks menutup wajah beliau. Dia juga merasa ketakutan.

Ternyata ... pasalnya ....

Korban yang terbaring di atas ranjang beroda empat itu adalah suaminya sendiri sekaligus ayah kandung dari Shasha Oh Hikaru. Tidak dapat dipungkiri lagi, itu memang kenyataannya. Suaminya itu dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi tubuhnya penuh luka di wajah, tangan, dan kakinya. Bahkan, bajunya pun sempat robek gara-gara luka yang dialaminya di perut.

Saking penasarannya terhadap apa yang dialami oleh pria itu, ibu Sin bertanya kepada para warga yang membawa pria itu ke sini. “Mau tanya, beliau dibawa ke rumah sakit ini gara-gara apa?” tanya beliau itu kemudian. Namun sayangnya, keempat warga yang sedari tadi mendorong ranjang korban ke ruang UGD itu tidak ada yang berani mengungkapkan alasannya.

Melihat reaksi mereka berempat yang tidak ada respon sama sekali, wanita itu bertanya lagi, kali ini dengan nada yang lebih tinggi. “Eh jawab dong kalian! Mengapa suami saya bisa dibawa ke sini? Gara-gara apa?!” tanya beliau dengan nada yang lebih tinggi.

Setelah mendengar pertanyaan yang dikeluarkan oleh ibu Sin dengan nada yang lebih tinggi dari yang tadi, akhirnya satu di antara mereka berempat yang mengiringi korban itu menjawab, “Jadi begini, Bu. Dia dibawa ke sini itu gara-gara kecelakaan. Tadi, Ibu tahu ‘kan, kalau di sini tadi hujan deras?” Kenyataannya, di Jepang juga pernah terjadi hujan di kota-kotanya.

“Iya, lalu?” tanya ibu itu singkat.

“Gara-gara hujan deras itu, banyak pohon yang tumbang. Pohon-pohon yang tumbang itu sebenarnya tidak menimpa korban jiwa. Nah, kami mengamati bahwa suami Anda itu menolong orang lain yang hampir tertimpa satu pohon tumbang itu. Alhasil, bukan dia yang kena, melainkan suami Anda itu. Jadi ... suami Anda yang kami bawa ke sini, sedangkan orang yang ditolongnya itu baik-baik saja tanpa luka sedikit pun,” ujar orang itu bercerita panjang lebar pada ibu Sin.

Wanita itu benar-benar terkejut. Beliau tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia merasa semakin sedih jika suami dan anaknya sama-sama dibawa ke rumah sakit yang sama. Yang dirasakan saat ini hanyalah sakit di hati kecilnya. Kini, ibu itu hanya bisa berharap kesembuhan yang ada pada mereka berdua.

“Sudah, Bu? Kami harus membawanya ke ruang UGD,” ujar warga yang lainnya itu. Sedangkan ibu Sin itu hanya bisa mengangguk pasrah. Akhirnya keempat warga itu mengarahkan korban yang tadi ke ruang UGD, sama seperti pada saat Sha dibawa ke sini.

Beberapa saat kemudian, keluarlah seorang dokter yang menghampiri ibu Sin itu. “Anda keluarganya si pasien?” tanya dokter itu pada ibu Sin. Karena wanita itu mengetahui bahwa kedua anggota keluarganya saat ini telah berstatus pasien dalam waktu yang bersamaan, beliau pun bertanya, “Pasien mana yang Anda maksud, Dok?”

Dokter itu berkata lagi, “Pasien anak kecil yang Anda bawa tadi ke sini. Apakah Anda keluarganya?” Seketika itulah ibu Sin langsung mengangguk mengiyakan. Dokter yang melihat respon anggukan itupun melanjutkan perkataannya, “Sejujurnya, kami tidak tahu terhadap apa yang terjadi pada anak Anda. Mungkin saja, dia saat ini sedang demam jadi badannya terasa bergoyang-goyang terus. Tetapi, kami juga mengamati perubahan aneh pada mata kirinya.”

Ibu Sin berusaha untuk mencerna setiap kata yang terucap dari mulut dokter itu. Sambil mencerna semuanya, beliau bertanya, “Mata kirinya? Memangnya anak saya kenapa, Dok?”

“Warna mata kirinya aneh, beda dari biasanya, dan kemungkinan besar, warna matanya tidak akan menjadi sedia kala,” ujar dokter itu lirih. Seketika itulah, ibu Sin langsung syok ketika mendengar ucapan dari dokter pria itu.

Dokter itu kembali melanjutkan perkataannya, “Jadi ... saya sarankan agar anak Anda memakai penutup mata di sebelah kirinya. Takutnya mata kiri anak Anda itu menimbulkan bahaya bagi dirinya dan juga orang lain. Saya pikir itu adalah sebuah malapetaka bagi semua orang di sini.”

“Malapetaka, Dok? Anda jangan berbicara yang macam-macam sama saya mengenai anak itu. Dia bukanlah anak yang berbahaya bagi saya!” seru ibu itu ketika tidak setuju terhadap apa yang dikatakan oleh dokter mengenai Sha.

Sha bukanlah orang yang berbahaya, apalagi jika hanya menyangkut mengenai mata kirinya yang aneh, begitulah yang ibu Sin pikirkan. Setelah berkata demikian, giliran dokter itu berkata, “Saya tidak macam-macam, Bu. Saya hanya mengatakan apa yang saya pikirkan saat ini.”

Ibu Sin semakin merasakan syok yang terjadi pada dirinya. Dia tidak bisa menerima semua ini. Setelah mendengar kabar buruk yang seperti itu, salah seorang dokter lainnya keluar dan menghampiri ibu Sin dan dokter yang tadi. “Permisi, apakah Anda merupakan keluarga dari pria yang tadi dibawa ke sini?” tanya dokter kedua itu.

“Iya, Dok. Dia suami saya. Katakan apa yang terjadi pada beliau,” ujar ibu Sin to the point. Dia tidak ingin digantungkan oleh rasa penasarannya akan suaminya dan juga Sha.

“Mohon maaf, Bu. Nyawa beliau tidak bisa tertolong lagi. Dia sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Kami sudah mengusahakan semaksimal mungkin agar suami Anda selamat, tetapi sayangnya ... takdir menghendakinya untuk menghadap Tuhan,” ujar dokter kedua itu lirih.

Lengkaplah sudah semua kesedihan yang dialami oleh ibu Sin. Pertama, nyawa suaminya tidak dapat diselamatkan lagi. Serta yang kedua, anak kandungnya, Sha, harus mendapat cobaan yang berat. Mata kirinya dianggap berbahaya sehingga harus ditutup dengan penutup mata, dan itulah yang paling berat. Sha dianggap cacat oleh orang banyak nantinya.

***

To be Continued

A/n: Maaf ya jika kesan Fantasy-nya kurang. Masih butuh krisar nih 😌

Mind to Vote and Comment?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro