Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part. 36

“Kalo kita balikan, aku bakal diam soal rahasia pekerjaan kamu itu. Ini kesempatan kita, buat perbaiki hubungan dulu, by,” tutur Dion sembari memegang sebelah tangan gadis itu.

Namun gadis itu tidak berniat merespons sama sekali. “Aku nggak suka nunggu lama, by.”

Gadis itu menarik kasar, sebelah tangannya dari genggaman Dion. “Lo pikir gue bakal percaya? Nggak sama sekali," balasnya.

“Ck, sebenarnya kamu ini kenapa? Aku kurang apa? Kamu lebih pilih bocah ketua geng yang suka balap liar dan tawuran! Kamu bego, Risha!” bentak Dion hingga semua orang yang berada di sekitar meja kafe itu, memperhatikan mereka berdua.

Dion yang sudah naik pitam, langsung menarik kasar lengan gadis itu dan mencengkeram kuat. Laki-laki itu menarik tepat di bekas kemarin yang masih terasa perih.

Rinzy meringis kesakitan. “Lepas, Dion!”

Dion menarik kasar agar lebih dekat dengannya. “Kamu pilih balikan sama aku atau bocah itu mati depan kamu? Pilih sekarang!”

“Gue nggak pilih dua-duanya. Lo pikir cowo gue segampang itu matinya. Lo salah, Alren gue lebih dari sisi apapun dibandingkan lo. Cowo gila!” lontar Rinzy  menahan rasa perih di lengannya.

Tidak terima dengan balasan gadis itu. Dion lantas berpindah menarik keras rambut belakang gadis itu. Hingga membuat Rinzy mendongak, ia menahan tarikan rambutnya dengan tangan agar tidak terlalu sakit.

“Lepas brengsek!” pekik Rinzy.

Melihat wajah laki-laki membuat Rinzy semakin kesal. Lihatlah sekarang, Dion malah memandang wajahnya lekat dengan senyuman manis. Seakan ia menikmati rasa sakit yang dirasakan gadis dihadapannya itu.

Tidak tahan dengan mantannya itu. Rinzy langsung melayangkan tangan, menamparnya begitu keras.

Plak.

Tepat di sebelah pipi Dion, hingga tercetak jelas bekas tamparan itu. “Lo tau sakit nggak setan!” bentak Rinzy.

Setelah itu Rinzy bangkit berdiri membuat Dion tersentak. “Lo pikir, gue masih kaya dulu cuma diem doang, hah?!”

Dion yang terkejut, bukannya merasa bersalah. Namun, ia merasa tertantang dengan menampilkan senyuman miring. Laki-laki itu merasa ingin cepat-cepat mendapatkan Rinzy sepenuh.

Dion bertepuk tangan sebentar, sebelum melontarkan kata-kata. “Aku suka kamu yang begini. Apalagi kalo udah jadi milik aku.”

Gadis itu mendecih, seraya memutar bola matanya. “Mimpi! Gue nggak bakal jadi pacar lo apapun yang terjadi. Inget kata-kata gue.”

Dion menahan pergelangan tangan Rinzy. “Oke, aku kasi kamu kesempatan terakhir sampe besok malam. Kalo nggak, kamu bakal liat ketua bem dan ketua geng motor itu baku hantam atau mungkin ada mati."

Napas Rinzy memburu menahan amarahnya. Ia melepaskan tangan dari tahanan Dion. “Gue nggak perduli,” pungkas Rinzy langsung melesat pergi keluar kafe.

Sebenarnya ia takut dengan lontaran kata-kata Dion. Tapi ia tidak mungkin terlihat takut di hadapan laki-laki brengsek itu. Sekarang Rinzy hanya perlu memikirkan cara agar Raka dan Alren tidak menjadi korban laki-laki gila itu. Tanpa harus memilih pilihan bodoh.

Tidak ingin membuat Alren salah paham karena pertemuan dirinya dan Dion. Rinzy memutuskan memesan ojek online. Sembari menunggu, ia berteduh di depan toko yang sudah tutup. Karena hujan yang lebat, beberapa kali Rinzy memesan selalu di cancel. Akhirnya ia memilih berteduh sembari menunggu hujan berhenti.

“Rinzy,” panggil laki-laki dengan hoodie biru dongker yang masih memakai helm full face berhenti tepat di depannya.

Sontak Rinzy menoleh, mendapati Dewa yang tengah menuruni motornya. Ia berlari kecil menghampiriya yang tengah berteduh. “Dewa, lo ngapain di sini?”

“Bentar, gue kabarin cowo lo dulu.” Dewa merogoh ponsel, kemudian menelepon Alren. Ia memberitahukan lokasi Rinzy berada sekarang.

Rinzy terlihat bingung dengan tingkah Dewa yang sangat khawatir dan panik. Ia juga basah kuyup, pasti ada sesuatu yang terjadi.

“Ngapain kabarin dia, tadi gue udah taro kertas di atas meja. Soalnya hape gue lowbat takutnya dia pulang, panik nggak ada gue di rumah," sahut Rinzy.

“Lo tau, Zy? Cowo lo hampir pingsan, gara-gara dia pikir lo itu cewe yang kecelakaan tadi.”

“Hah? Kecelakaan? Kenapa mikirnya gue?”

“Jaket sama motornya mirip punya lo. Ternyata salah orang, untung dia nggak ikut ke rumah sakit. Baguslah, lo nggak apa-apa.”

Rinzy tersenyum tipis. “Iya gue nggak apa-apa, kok. Jadi, kalian cariin gue?  Padahal gue udah telpon sebelumnya, udah taro kertas juga. Dia lupa kayanya.”

"Cowo lo emang suka nyusahin," balas Dewa terkekeh kecil. Kemudian menoleh pada Rinzy. “Hm, tadi gue liat lo sama cowo, itu mantan lo, Zy?”

Sontak Rinzy menoleh, beberapa saat ia terdiam mencari jawaban yang pas. Namun ia memilih diam.

“Dion itu Abang sepupunya Riko. Lo tau, kan cowo yang waktu itu lo hantam pake helm? Kayanya banyak banget rahasia lo,” tambah Dewa seraya menoleh menunggu reaksi gadis itu.

Rinzy melirik sekilas. Kemudian kembali memandangi tetesan air yang jatuh. Ditambah dengan suhu yang semakin dingin.

“Iya bener. Dia mantan gue, waktu masih sekolah, udah lama. Kita putus karena dia selingkuh sama sahabat gue. Bahkan dua sahabat gue dan bodohnya karena gue terlalu polos. Gue malah berharap dia berubah jadi lebih baik, tapi ... Nggak pernah berubah sama sekali.”

“Lo harus hati-hati sama dia.”

Rinzy tersenyum tipis. “Sekarang gue lagi alami itu. Situasi di mana gue mesti berhati-hati.”

“Gue tau, lo itu secret guard Alren yang pura-pura jadi pembantu dan sekolah di sini.”

Thanks udah jaga rahasia gue, Dewa. Tapi, kayanya masih ada hal yang belum diketahui siapapun soal gue.”

“Gue tau, gue harap lo nggak sakitin hati siapapun, Zy.”

Rinzy menepuk pundak Dewa pelan. “Thanks, Dewa.”

Mendengar suara motor sport yang tiba-tiba berhenti, membuat Rinzy dan Dewa menoleh bersamaan. Motor itu menepi tepat di depan toko tempat mereka berteduh. Seseorang turun dari motor, membuka helm dan langsung berlari kecil menuju Rinzy.

Alren memeluk Rinzy sangat erat. Ia mengusap lembut rambut gadis itu dan punggung. Terdengar samar-samar sesegukan habis menangis. Rinzy merasa tubuh Alren bergetar, bahkan detak jantungnya berdetak begitu cepat.

“Recil, kamu—“

“Maafin aku sweetie. Aku malah tinggalin kamu sendirian. Aku takut, aku takut kamu kenapa-napa. Aku sayang banget sama kamu, Rinzy.”

Untuk pertama kalinya Alren menyebutkan namanya dengan lembut. Sungguh ini membuat Rinzy melupakan perjanjian awal dengan Mami Alren bulan lalu. Rasanya ia hanya ingin bersama laki-laki ini yang menyayangi dengan tulus. Walaupun ia tahu, jika suatu hari Alren tahu. Mungkin ia tidak akan mau melihat wajahnya lagi.

Gadis itu mempererat pelukannya. Ia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang laki-laki itu. Sungguh ini pelukan hangat yang selalu ingin dirasakan dan membuatnya merasa tenang dan dilindungi.

“Sweetie, kamu nggak apa-apa, kan? Ada luka atau lecet?” tanya Alren seraya melonggarkan pelukannya.

Laki-laki itu memeriksa keadaan Rinzy dan tidak sengaja memegang lengan, bekas cengkeraman Dion tadi. Terpaksa Rinzy harus menahan sedikit perih. Jika sampai ketahuan, bisa-bisa Alren kembali curiga.

“N-nggak apa-apa, Recil,” ujar Rinzy tersenyum tipis.

“Beneran nggak apa-apa? Kamu ke mana, sayang? Aku takut kamu kenapa-napa,” lanjut Alren.

Rinzy menggeleng kecil. “Aku nggak apa-apa. Kamu kenapa sampe ujan-ujanan gini? Nanti kalo kamu sakit gimana?”

“Aku keliling-keliling cari kamu. Terus aku dapat kabar kalo ada kecelakaan, terus aku—“

Rinzy menangkup wajah Alren yang terasa dingin dengan kedua tangannya yang hangat sembari tersenyum manis. “Nggak usah khawatir, aku baik-baik aja sekarang. Liat, aku nggak ada luka, kan? Kamu tenang, oke?”

Alren mengangguk kecil. “Aku khawatir banget. Mulai sekarang, kalo kamu kemana pun harus kabari aku, sayang.”

Gadis itu menurunkan tangannya dan menggenggam sebelah tangan Alren dengan erat. “Lagian aku nggak akan pergi kemanapun. Aku akan tetap jagain kamu, walaupun aku udah nggak ada.”

“Nggak, aku yang jagain kamu, sweetie. Kamu itu hidup aku. Nggak ada kamu, aku juga nggak ada.”

Rinzy hanya bisa tersenyum tipis, ia menunduk sedikit menahan netranya yang mulai berkaca-kaca. Dan untuk kedua kalinya Alren kembali memeluknya erat.

“Tolong, kalo mesra-mesraan jangan di depan gue,” lontar Dewa yang merasa seperti nyamuk antara pasangan kekasih ini.

Sontak membuat Rinzy melepaskan pelukannya, kemudian terkekeh kecil. Melihat wajah datar Dewa yang cukup menyebalkan, walaupun dia baik.

“Dari kapan lo di sini?” tanya Alren yang baru sadar, jika ada Dewa. “Gue kira lo udah balik.”

“Ck, dari tadi gue liat drama romance. Antara ketua geng motor sama pembantunya,” sahut Dewa seraya terkekeh. Lalu ia kembali memakai helm. “Gue balik. Zy. Oh iya itu, cowo lo bakal flu. Kayanya lo mesti jagain bayi gede malam ini.”

“Bangsat lo, Dew!” balas Alren.

“Ngomong apa tadi?” tanya Rinzy dengan sorot mata yang mendadak menyeramkan.

“A-aku nggak sengaja, sweetie.”

Dewa yang sudah terduduk di motor. Melihat mereka berdua hanya bisa tersenyum saja. Alren benar-benar sudah bertemu dengan gadis yang tepat. Sejujurnya beban pikirannya cukup banyak. Ia penasaran dengan apa yang akan dilakukan gadis itu selanjutnya. Entah dia bisa memilih atau tidak.










Haiii balik lagi dicerita Alren (。•̀ᴗ-)✧

Terima kasih udah mampir yaa.

Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini. (人 •͈ᴗ•͈)

Nantikan part berikutnya ya. (≧▽≦)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro