Pandangan Shintarou tertuju ke kehampaan malam di balik jendela kamarnya. Satu tangan menyangga dagu, satunya lagi mengetuk-ketuk permukaan meja dengan ujung jemarinya. Lampu kamar telah dimatikan, kini tinggal Shintarou dalam pelukan gelapnya malam.

"Kau mengingkari janjimu," Shintarou berujar, pandangan masih terpaku ke kaca jendela, tidak ingin bersusah-susah menatap sosok yang tiba di kamarnya. "Kau berjanji untuk tidak meninggalkankun, (Your Name)."

Sosok itu tersenyum hambar. Meski begitu, ia mendekat. Tangan yang terlihat transparan terjulur ke depan, berusaha menyentuh sang kekasih.

Namun, tentu saja gagal.

"Maafkan aku, Shintarou," suara lembut mengalun merdu, sekalipun sarat akan kesedihan juga rindu. "Karena berjanji dan menepatinya adalah dua hal yang jauh berbeda."

Detik itu juga Shintarou menengokkan kepala, bersiap untuk menyangkal ucapan kekasihnya yang telah tiada. Namun sayang, yang didapatinya hanyalah kehampaan.

Sekali lagi, kini tinggal Shintarou dalam pelukan gelapnya malam.