“Kalau kau ingin uang, carilah pekerjaan yang benar! Merampok itu salah!”

Daiki dapat mendengar sebuah seruan ketika ia tengah mengejar perampok yang mengambil tasnya. Memasuki gang tersebut, sang pemuda surai malam melihat seorang gadis—kalau ia tidak salah ingat bernama (Your name)— yang merupakan teman satu kelasnya.

Mulut sang ace tim basket menganga menyadari bagaimana gadis itu berdiri dengan salah satu kaki berada di atas perut si pria malang—yang wajahnya penuh luka memar.

“Kau Aomine, ‘kan? Ini milikmu?” gadis itu bertanya sebelum kemudian melemparkan tas yang ia bawa kepada si empunya.

Daiki mendapatkan tasnya. Kemudian tanpa bepikir panjang ia balik melontarkan pertanyaan.

“Kau (Your name), ‘kan? Aku menyukaimu. Sore ini jam 6. Kutunggu di taman kota. Akan kubuat kau menyesal jika berani tidak datang.”

Dan dengan itu Daiki berjalan pergi dari tempat kejadian ketika (Your name) masih berdiri dalam diam guna memproses apa yang baru saja ia dengar.

Hanya karena keberanian sang kekasih dalam menghajar habis-habisan seorang perampok, seorang Aomine Daiki jadi tahu bagaimana rasanya jatuh cinta. Pun karena keberanian sang kekasih, Daiki jadi ikut merasakan betapa beraninya—dan mengerikan—seorang (Your name) sebenarnya.