“Kau benar-benar mencintaiku?” Entah apa yang memasuki otak (Your name) hingga membuat gadis itu melontarkan pertanyaan tersebut tiba-tiba.

“Aa.”

“Kau akan mengikutiku kemanapun aku pergi?”

“Ya. Kemanapun. Bahkan kamar mandi.”

“Kau—“ (Your name) mengurungkan niat untuk memukul kekasihnya setelah mendengar respon Daiki yang seperti demikian. Ia menghela nafas sebelum kemudian melanjutkan kalimatnya. “Bahkan ke neraka?”

“Bahkan ke neraka,” ulang Daiki untuk memastikan. Kemudian salah satu alis biru tuanya terangkat ketika ia menatap sang kekasih. “Mengikutimu? Ke neraka? Sebuah tempat tak bisa disebut ‘neraka’ jika ada kau disana, bodoh. ‘Neraka’ bagiku adalah tempat dimana aku tak bisa melihatmu.”

Dan hal yang Daiki lihat setelahnya adalah wajah penuh rona merah milik sang kekasih.