Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 13 : Mas Al Meresahkan

Yang suka lupa vote, mending pencet duluan 💔
Yang silent semoga dapat hidayah mau komen 🗿

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️

Starla meletakkan ponselnya saat selesai menerima panggilan masuk dari Venus. Bukan Venus namanya kalau tidak berhasil membuatnya kesal.

Gue nggak jadi deh ke rumah lo, La. Kayaknya lo butuh waktu lebih banyak deh untuk mendiskusikan tentang skidapapap.

Kata-kata Venus makin membuat Starla takut. Ia langsung teringat kejadian semalam saat Alpha mengecup belakang telinganya.

"Saya ini seratus persen normal."

"Maksud Mas? Tapi aku..."

"Saya hanya memberitahu kamu. Saya juga punya nafsu. Kamu kira saya ini patung."

Bukannya patung es?

"Mas..." sergah Starla sembari menjauhkan tubuhnya. Sial, padahal perut gue lagi sakit!

"Kamu takut sama saya?"

Starla meringis sembari mengusap perutnya. "Enggak, Mas."

Terpaksa. Malu kalau gue bilang takut. Dia ngomongin nafsu maksudnya apa coba!

"Saya sekarang lagi gak nafsu," kata Al.

Starla meneguk ludahnya yang pahit.

"Mas..."

"Saya bukan pemaksa, tapi saya juga punya batas kesabaran dalam menunggu, Starla."

Padahal biasanya Al itu irit berbicara. Kok tumben sejak tadi malah nyerocos terus, pikir Starla.

"Ingat, kan, Lala lagi haid, Mas." Starla menutup matanya sambil gemetaran. Tapi hawa hangat tiba-tiba saja mendekat di telinganya. Matanya membulat, dia langsung teringat cerita tentang hantu penunggu rumah mewah yang dikatakan oleh Venus.

"Astaghfirulloh." Starla memelototkan mata saat menoleh ke sebelahnya.

"Mas Al mau apa?" serunya kaget melihat Al sudah menatapnya sangat dekat.

"Cuma mau liat istri saya dari dekat," tukas Al tanpa ekspresi, hanya menatap dan terus menatap bahkan tidak berkedip barang sedetik.

Glek

Suara Starla meneguk ludah mungkin saja terdengar oleh Al barusan. Starla takut, dia segera memutar tubuhnya membelakangi suaminya.

Namun diluar dugaan, ada benda dingin yang menyentuh telinganya. Kemudian itu juga terasa seperti gigitan halus dan sekujur tubuhnya bereaksi alami, dia merinding, dia gemetaran.

"Mas Al!!!"

"Cuma penasaran, telinga kamu kayaknya enak."

Starla sungguh ketakutan. Dia ingin berteriak tapi tubuhnya lemas. Al masih mengecup telinganya dan itu sangat membuatnya ketakutan setengah mati.

"Mas..." rengek Starla memohon agar Al melepaskan bibirnya dari daun telinganya.

"Kenapa sih?" timpal Alpha menahan senyum.

"Masih tanya lagi, lepasin Lala!" Starla memekik takut saat tangan Al mulai menelusuri permukaan perutnya.

"Mas... hiks!" rintihnya seperti akan menangis dalam keputusasaan saat tangan Al berhasil mengusap perutnya. Jujur, mungkin apa yang dikatakan google ada benarnya juga. Terbukti saat Al mengelus perutnya, rasa keram itu agak berkurang.

"Tidur, saya cuma mau mengusap perut kamu."

"Tapi, Mas-" terputus karna Al mengisyaratkan jarinya di depan bibir.

"Tidur Starla, atau mau saya lakukan yang lebih dari ini? Saya nggak peduli loh kamu lagi menstruasi sekalipun. Tau kan? Ada cara lain tanpa saya harus..."

"Harus?"

"Ekhem?" Al berdeham sembari mengusap puncak kepala Starla.

"Mas Al! Oke! Lala tidur," geleng Starla ketakutan sampai dia ingin menangis. Kenapa suaminya itu mendadak agresif begitu sih.

"Bagus. Kamu harus biasakan diri. Saya juga udah nahan."

Starla tidak tahu saat ini wajahnya berwarna apa. Mungkin bisa jadi keunguan saking takutnya.

"Udah, Mas, Lala mohon..." agak merengek. Al malah terkekeh.

Gila ni Mas-mas, Astaghfirulloh, dia kek psikopat, seneng liat gue hampir semaput.

"Saya kayak hantu, ya, bagi kamu?"

"Iya, Mas nyeremin," cicit Starla dengan polosnya.

"Apa ada hantu kayak saya?"

"Ada, ini buktinya Lala merinding. Mas kerasukan ya?"

Al tertawa pelan. "Kamu belum mengenal saya."

"Iya, kan belum sempat."

"Mau kenalan?"

"Kapan-kapan aja deh," sungutnya asal.

"Kamu tahu kan ada hadis yang mengatakan tidak boleh membelakangi suaminya ketika tidur. Malaikat bisa melaknat loh sampai subuh."

"Masa?" resah Starla sambil meremas jari jemarinya. Al masih mengelus-elus permukaan perutnya. Starla sangat terintimidasi, dia tidak berdaya sekarang.

"Mau berbalik atau saya gigit lagi telinga kamu? Enak, kayak jamur."

"Mas..." Starla kembali mengeluarkan suara serupa rengekan. Kemudian dia perlahan berbalik tapi dengan mata terpejam.

"Saya jelek ya sampai kamu tutup mata?" tanya Al.

"Enggak, Mas ganteng malah." Starla kelewat polos.

Al kembali tertawa pelan. "Buka mata."
Starla menggeleng.

"Mau saya cium?"

Secepatnya Starla membuka matanya.

"Enggak! Please, Mas!"

Kedua mata Starla sudah terbuka lebar. Al kembali menatapnya dengan senyuman tipis, dan itu berhasil mengunci pergerakan Starla.

"Udah nggak terlalu keram kan?"

"Apanya?" jawab Starla kaku.

"Perutnya, Starla. Tadi kan saya lagi kasih usapan penyembuh."

"Usapan penyembuh?"

"Iya, kata google." Al menaik turunkan alisnya. "Bisa juga kalau mau dikompres, saya ambilkan, ya?"

"Nggak usah, Mas. Udah mendingan," tolak Starla.

Jadi dia dari tadi cuman pengen ngelus perut gue biar ilang keramnya?

"Gimana, berhasil?"

Starla mengangguk. "Udah nggak sakit."

"Good. Sekarang kamu tidur."

Al tidak melakukan apa-apa lagi, dia langsung memposisikan tubuhnya terlentang kemudian memejamkan mata.
Starla juga melakukan hal yang sama dengan jantung yang berdendang tidak karuan.

"Makasih, Mas."

"Sama-sama."

****

Sejak kejadian semalam, sikap Al kembali dingin lagi. Padahal semalam itu Al sangat membuat Starla terkejut dengan kata-kata dan aksinya yang agresif. Hanya saja begitu pagi datang, Al kembali dingin. Starla juga sudah tidak merasa sakit lagi, hari ini dia juga tidak ke kampus. Secara kebetulan jadwal dia libur dan suaminya libur berbarengan.

"Mas."

"Hm."

Al masih fokus menatap lembaran kertas ditangannya. Entah itu dokumen penting, atau kertas lain. Starla tidak tahu, tapi Al terlihat sangat serius.

"Tadi aku liat kotak di kamar. Warna merah muda, itu hadiah dari siapa? Kok ada tulisannya untuk Starla?"

Al mengehentikan kegiatannya lalu menatap Starla. "Kalau ada nama kamu, tandanya untuk kamu."

"Itu hadiah dari siapa, Mas?"

"Karyawan di kantor. Denia namanya,"

"Denia? Dia cewek?"

"Wanita, bukan cewek," Al meluruskan.

Apa bedanya, sih. Batin Starla.

"Iya, dia wanita?"

"Iya."

"Oh."

"Buka aja, itu hadiah pernikahan tapi katanya dipilihkan untuk kamu."

"Nanti aja Lala bukanya," jawab Starla.
Al kembali fokus pada lembaran kertas didepannya.

Sebenarnya Starla bosan, dia ingin pergi keluar bersama Venus saja rasanya. Tetapi Al menghukumnya, itu semua karena Starla telah pergi menemui teman lelakinya kemarin yaitu Bumi.

Ngomongin Bumi, sepertinya dia keterlaluan sudah memarahi temannya itu.
Tapi kalau tidak begitu, dia juga mana mungkim membiarkan Bumi bertindak nekat.

"Kamu bosen?" tanya Al menatap Starla sekilas.

"Hm, iya, sih, Mas." Starla menjawabnya jujur.

"Mau nonton film?"

"Nonton di mana?"

"Di rumah aja, diluar banyak virus."

Starla mengerutkan kening. "Mas masih marah soal Bumi?"

"Kamu senang menyebut nama dia, ya?"

"Hah?" Starla mendadak cengo karena pertanyaan Al.

"Lupakan. Jadi, kamu mau nonton nggak?"

"Boleh deh," angguk Starla. Tidak ada salahnya kan, kalau dia menonton dengan suaminya.

"Mas suka film apa?" tanya Starla.

Al nampak berpikir sejenak. "Horor. The Real Horor."

"What???" Padahal Starla itu penakut luar biasa kalau tentang setan.

"Kenapa? Kamu takut?"

Starla menggeleng. "Enggak! Siapa takut!"

"Hm, oke." Al beranjak dari duduknya.

"Jadi kita nonton horor nih?" tanya Starla.

"Karena saya tahu kamu pemberani, kita nonton horor thriller, gimana?"

"HAH?" Starla makin ketakutan. Kalau dia mengatakan pada Al tentang dia yang takut darah, dia pasti akan makin terlihat lemah.

"Takut, kan? Ngaku aja "

Starla memang merinding. Dia bisa pingsan kalau melihat darah.

"Enggak, kok."

"Kamu tunggu sini, saya yang siapkan filmnya."

"Iya, deh."

Akhirnya Al benar-benar menyiapkan film dengan genre horor thriller. Starla berusaha tenang tidak memperlihatkan ketakutannya yang sudah terkumpul. Tapi dia juga tidak mau kalau sampai Al tahu bahwa dirinya penakut.

"Kita mulai ya." Al menyalakan televisi berukuran kurang kebih lima puluh inci di depan mereka, cukup lebar untuk ditonton berdua.

Film mulai diputar, belum apa-apa hantu sudah muncul mengagetkan Starla.

"Aaaaaaa Mas Al!!!!" teriaknya kencang.

"Ya ampun, Starlaaa..." geleng Al. "Kamu takut sampe segitunya? Gendang telinga saya tidak ada yang versi KW loh. Kalau rusak kamu mau tanggung jawab!"

Starla mengelus dadanya sambil memejamkan mata. "Filmnya jelek, Mas, ganti aja deh."

"Ini kesukaan saya malah, kamu bilang aja takut."

"Bukan! Mas ngga usah sok, deh!"

"Ya udah, kamu jangan merem gitu."

Starla akhirnya terpaksa membuka matanya. Tapi kini di layar televisi ada leher yang tergorok sampai darahnya muncrat seolah memenuhi televisi. Starla memucat, bukan hanya gemetar, tapi dia tegang, dia sangat tegang dan nyaris mati ditempat.

Al malah serius menonton, sementara mengabaikan Starla yang semakin lemas.

"Mas Al matiin!!!" Starla reflek memeluk Alpha, kini dia sudah berada di pangkuan suaminya itu.

Al menelan ludahnya susah payah. Tapi Starla duduk ditempat yang salah. Televisi Al matikan, sontak membuat Starla bertambah kaget.

"Lala takut, Mas. Lala takut darah."

Manik mata begitu tegas menatap Starla dengan gerakan jakun Al yang membuat Starla agak salting dan salfok.

"Saya bangun, La."

"Hah? Bangun?" ulang Starla sambil mencerna maksud kata 'bangun' tersebut.

"Kamu beneran takut?" lanjut Al.

Starla mengangguk cepat. "Banget," akunya.

"Terus kamu kenapa sok berani kalau takut?"

"Aku cuma... aku cuma nggak mau di bully sama kamu, Mas!"

"Oke, saya nggak bully kamu. Tapi, kamu harus tanggung jawab."

"Ta-tanggung jawab apa?"

Kemudian Al menarik napasnya dalam-dalam. "Saya tegang, La. Kamu sentuh saya di situ." Al menunjuk ke bagian bawah tubuhnya yang sedang disentuh oleh jemari Starla.

Starla menurunkan pandangannya. Dia kaget melihat apa yang sedang dia sentuh. "Astaghfirulloh!"

Secepatnya Starla bangun dari posisinya. "Maafin Lala Mas!"

Starla berlarian ke kamar tanpa memperdulikan suaminya yang sudah kepusingan. "Ya Allah, Starla...."

"Begooooo Starla lo beneran nggak beres ya! Bisa-bisanya sih, lo sentuh dia di situ? Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan. Gimana kalau dia..."

"Starla, buka pintunya." Itu adalah suara Al yang mengetuk pintu kamar. Starla memang mengunci kamar karena tidak ingin Al masuk begitu saja di saat dia sedang kacau karena kejadian tadi.

"Maafin Lala, Mas!" ringisnya sembari menggigit ujung kuku. Tubuhnya gemetaran sampai keringat dingin.

"Buka Starla, saya nggak marah." Al masih terus mengetuk, padahal Starla sedang ketakutan setengah mati. Tapi, apa yang Starla takutkan, sih? Apa dia takut skidapapap dengan suaminya?

Starla lupa satu hal. "Gue kan lagi haid? Itu tandanya, aman, kan."

"Starla? Kamu tega suruh suami kamu nunggu untuk masuk ke kamarnya sendiri? Buka!" tuduh Al tanpa mengentikan ketukan di pintu kamar yang masih terkunci. Sesekali terdengar suara kenop pintu yang hendak dibuka paksa oleh suami Starla itu.

"I-iya, Mas." Starla segera berlarian ke pintu kemudian membukanya meski agak ragu campur takut.

"Ya Allah, Starla... Kamu sengaja nguji saya? Ini bukan uji nyali, La." cecar Al kemudian menggeleng. "Gimana saya mau nafsu, kamu keburu takut."

"Siapa yang mau uji nyali, kamu, Mas!" geram Starla. "Nggak usah nafsu, kan Lala nggak mancing," decitnya pelan agak tertahan.

"Terus? Kenapa kabur gitu aja? Pakai kunci pintu segala."

"Iya saya nggak nafsu." Al memperjelas.

Wajah Starla makin pucat, dia mundur menjauhi Al sambil memilin jemarinya.

"A-nu, tadi Lala suer deh, beneran nggak sengaja."

Al maju beberapa langkah hingga kini berada hampir tidak berjarak dengan istrinya.

"Kamu boleh sentuh saya di mana pun kamu mau sentuh, Starla."

Glek

Sial! Dia bilang nggak nafsu, kan?

"Bu-bukan gitu, Mas. Starla bukan meminta persetujuan, kok," gelengnya nyaris pingsan.

"Saya hanya memberitahukan." tukas Al, santai.

Mereka saling menatap, kemudian tangan Al sudah berhasil meremas perlahan jemari Starla yang sejak tadi tidak bisa tenang saking gugupnya. Hangat, itu yang dirasakan Starla saat Al menggenggam tangannya.

"Jangan terlalu takut, saya bisa bersabar sampai kamu siap."

"Mas..." Starla bukannya tenang, malah bertambah panik.

"Kamu juga lagi menstruasi, itu dilarang, kan?"

Apa-apaan ini, Starla yang terlalu mesum atau memang itu yang Al maksud.

"Mas... Lala belum siap,"

Al mengembuskan napas panjang. "Kiss, okay?"

Starla kembali menggeleng lambat.

"Nggak boleh? Meski sekali aja, La?"

Kok malah Al yang memohon, dan seolah ciuman saja berharga sangat mahal bagi Starla. Padahal itu suaminya yang meminta.

"Saya kasian sama kamu, La."

"Kenapa?" Starla mati-matian berusaha menahan diri agar tidak ambruk ditempat saking takutnya Al akan menciumnya.

"Takut Allah marah, itu kan, dosa." Al menghela napas kemudian berbalik dari Starla.

Saat itu Starla bingung, dia sadar dia tidak boleh seperti itu pada suaminya.
Al melangkah pelan menuju luar kamar.

"Mau ke mana, Mas?"

"Saya ke kantor ya, ada urusan sebentar."

"Hah? Kan Mas Al libur."

"Saya ngerasa kamu takut sama saya."

"Bukan gitu, Mas."

"Saya pergi dulu."

"Okey Mas. Mas boleh cium aku!!"

Al menahan senyumnya, nyaris dia tertawa lebar saat itu juga. Hatinya pasti bersorak kegirangan, rupanya triknya berhasil juga.

"Yakin?"

Al masih belum berbalik. "Iya," jawab Starla pelan sekali.

"Tapi, di kening aja, ya."

Al membulatkan matanya, kemudian berbalik, dia berjalan mendekati Starla yang makin takut karena gerakan Al tidak dia prediksi.

Cup

Bibir mereka bertemu. Posisi Starla mematung dengan mata membulat. Posisi Al mengapit kedua pipi Starla sambil memberikan kecupan dengan gerakan pelan.

First kiss gue!

__________

Makasih buat yang baca sampai sini, rajin menunggu up, gercep kasih vote dan komen 😗

Lanjut, nggak, nih? 😌

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro