Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 12 : Kamu Selingkuh, Duniaku Berakhir

“Jupiter?”

“Tari?”

Kedua mata Mentari membelalak menyaksikan kekasihnya yang bernama Jupiter tengah memeluk seorang wanita sambil bersenda gurau. Raut bahagia sangat jelas tergambar di sana, di wajah lelaki yang paling dia sayang selama kurang lebih dua tahun ini. Susah payah Mentari meyakinkan Alpha agar merestui hubungan keduanya. Tapi ternyata ini yang menjadi alasan Al meminta dia segera mengakhiri hubungan dengan lelaki yang memiliki dua lesung pipi itu.

Jupiter Rafasya Argantara telah mengotori kepercayaan Mentari secara telak. Hatinya sakit ditambah pedih menerima kenyataan dia telah dikhianati kekasihnya sendiri.

Dia memergoki Jupiter secara kebetulan, mungkin ini juga cara Tuhan membuktikan perintah Al agar dia memutuskan hubungan dengan Jupiter bukan tanpa alasan.

“Ju, dia siapa?” tanya Mentari, dengan suara bergetar. Matanya sudah mulai terasa perih dengan butir kristal yang sebentar lagi akan turun membasahi pipi chubby itu.

“Tari, ini aku bisa jelaskan.” Jupiter tampak kebingungan.

“Sayang, dia siapa?”

Sangat jelas, sungguh sangat jelas Tari mendengar wanita di samping Jupiter memanggil kekasihnya dengan sebutan 'Sayang'.

“Gila! Kamu keterlaluan, Jupiter!” pekik Mentari sembari memegang dadanya yang terasa sakit bukan main. “Kamu brengsek! Jadi ini alasan kamu nggak jadi jemput aku di kampus? Kamu bilang kamu lagi kurang sehat, ternyata?”

“Sayang, ini sebenarnya ada apa?” Wanita di sebelah Jupiter seperti tidak tahu apa-apa tentang Mentari.

Jupiter mengusap kasar wajahnya sembari meremas kepalanya. “Maaf, Mentari, sumpah aku nyesel. Dia bukan—“ putus Jupiter melangkah maju mendekati Mentari.

“Berhenti. Cukup! KITA PUTUS JUPITER! JANGAN PERNAH KAMU CARI AKU LAGI!”

“MENTARI TUNGGU! AKU BISA JELASKAN!”

Tapi sayangnya Mentari tidak berhenti, dia terus berlari sambil membawa rasa sakit yang begitu tiba-tiba menyerang tepat di jantung. “Kamu tega banget, Ju!” Napasnya tercekat berpadu dengan tangis.

Mentari menghentikan langkahnya sambil menangis terisak di dekat tempat parkir mobilnya. Mentari tidak tahu apakah dia sanggup untuk menyetir sendiri dalam keadaan seperti itu. Dia shock, dia tidak sanggup bertahan, kepalanya sakit, dia serasa akan pingsan sebentar lagi. Tangannya segera meraih ponsel dari dalam tasnya. Kemudian dia mencari sebuah nomor telepon orang yang dia percaya, satu-satunya selain Alpha. Mentari tidak mau membuat Al pusing, apalagi dia belum lama sempat kekeh untuk tidak mau memutuskan hubungan dengan Jupiter.

“Mars...”

Mentari menahan sesak sambil memegang ponsel yang menempel di telinganya. “Lo bisa jemput gue, kan?”

****

“Bi, kamu kenapa? Kok, muka kamu tegang banget?” tanya Venus saat menatap wajah kekasihnya yang berubah pucat.

“Beb, aku harus jemput temen aku,” jawab Mars.

“Temen kamu? Siapa, Bi?”

“Dia kayaknya lagi kacau deh. Kamu nggak apa-apa, kan? Aku tinggal dulu di toko buku, setelah aku selesai aku jemput,” kata Mars sembari mengusap sebelah pipi kekasihnya.

Venus mengangguk. “Iya, kalau teman kamu butuh bantuan kamu, nggak apa-apa, Bi.”

Mars mengecup punggung tangan Venus berulang. “Makasih Beby, aku pergi dulu ya. Ingat, kalau udah mau pulang kamu kabarin, oke?”

“Iya, Bi. Tapi, kalau kamu agak lama aku nggak apa-apa kok pulang sendiri. Novel yang aku cari udah ketemu, tinggal bayar doang.”

“No, pacar aku nggak boleh pulang sendiri. Kamu baca dulu bukunya, ya. Sambil nunggu aku jemput, gimana?”

Venus tersenyum mengangguk. “Oke, Bi.”

“Pinter banget pacarnya Mars. Aku pergi dulu, ya, My Beby.”

“Iyaaa...” angguk Venus sambil mengecup sekilas pipi kekasihnya.

Mars pergi menuju pintu keluar toko buku membiarkan kekasihnya kembali berkutat dengan buku-buku ditangannya.

“Apa gue nggak apa-apa membiarkan dia pergi menemui temannya? Gimana kalau teman dia cewek?” gumam Venus yang tiba-tiba saja kepikiran.

“Setahu gue teman dia udah lama bubar deh semenjak gengnya udah nggak ada. Semua temen dia udah memencar. Apa mungkin ini teman dia yang lain, ya?”

Venus menggeleng segera menghilangkan pikiran anehnya.

“Mars nggak mungkin aneh-aneh, gue percaya dia.”

****

“Astaga MENTARI!” Mars berlari menghampiri temannya yang sedang berjongkok di depan mobil sambil menangis sendirian. Keadaanya sangat kacau, sampai-sampai Mentari reflek langsung memeluk tubuh Mars begitu mendapatinya datang.

“Mars... Gue mau mati aja!” Mentari memeluk Mars sangat erat, tubuhnya bahkan sampai gemetaran.

“Tari, lo kenapa, sih? Hei, jelasin ke gue.”

Mars mengapit kedua pipi Mentari sembari mengusap air mata di sana.

“Jangan gini, lo cerita, kenapa?”

Mentari masih sesenggukan. “Gue putus sama Jupiter.”

“Hah? Lo putus?”

Jupiter adalah mantan anggota di geng Mars dulu. Mereka bubar karena ada selisih pendapat dan satu-persatu para anggota didalamnya angkat kaki hingga menyisakan Mars dan Jupiter saja. Tapi karena kesibukan masing-masing membuat Mars akhirnya keluar dan memilih membubarkan gengnya.

Jupiter mengenal Mentari, sahabat Mars, saat itu Mars sudah berpacaran dengan Venus. Mars dan Venus memang sudah lama berpacaran sejak sekolah menengah pertama. Tapi Venus tidak tahu banyak tentang siapa saja teman-teman Mars itu.

“Jupiter brengsek!” teriak Mentari.

Mars menahan geram sambil menggertak kan gigi. Padahal Mentari adalah sahabatnya, dia percaya Jupiter mencintai Mentari, tapi dia tidak menyangka kalau akhirnya Jupiter malah membuat Mentari menangis seperti sekarang.

“Bilang sama gue, Tar! Jupiter apain lo?”

Mentari menggelengkan kepalanya.

“Gue cuman ngerasa bego, Mars! Gue udah terlalu percaya sampai gue tuh nggak dengerin omongan buruk tentang Jupiter yang katanya balikan sama mantan pacarnya dulu. Gue sempet denger itu di kampus, katanya Presiden Mahasiswa, Jupiter Rafasya balikan sama mantannya. Lo tahu, kan? Dia milih backstreet sama gue, padahal Aa gue udah mengizinkan gue pacaran sama dia. Gue mau hubungan gue diketahui semuanya. Tapi, ternyata ada alasan yang bikin dia tetep mau kita backstreet, Mars,” terang Mentari.

Mars benar-benar marah. Dia jelas mengenal mantan kekasih Jupiter yang dimaksud Mentari itu.

“Maksud lo Jupiter balikan sama Gita?”

“Gita?” ulang Mentari.

“Mantan Jupiter setahu gue cuman Sagita Ryusa Abigail, dia cinta pertama Jupiter, Tari.”

Hal itu makin membuat Tari meringis, dia kembali memeluk Mars, sahabatnya. “Gue mau pulang ke rumah lo, Mars.”

“Hah? Lo gue anterin pulang aja ya,” sahut Mars.

“Kenapa? Apa lo mau ninggalin gue di saat gue begini?”

Mars mengusap wajahnya sambil memikirkan Venus kekasihnya.

“Bukan gitu, Tari.”

“Pacar lo tinggal sama lo?”

“Enggak! Bukan gitu juga,” geleng Mars.

“Gue bisa tidur di kamar tamu, Mars. Please, kali ini aja, gue nggak berani pulang.”

“Tar, kasian nyokap sama bokap lo kalau lo nggak pulang.”

“Gue akan bilang gue nginep di rumah temen.”

“Tapi temen lo cowok, gitu? Astaga Mentari!”

“Mars, lo mau buang gue juga ya!”

Mars menggaruk keningnya yang tidak gatal. Kalau sudah begini dia tidak dapat berbuat apa-apa.

Mars akhirnya menelpon Venus.

“Beby, maafin aku, ya. Kamu bener, kayaknya aku nggak bisa jemput kamu. Sorry Beby,” sesal Mars pada Venus.

Terdengar tarikan napas cukup dalam dari balik sambungan telepon. Mars tau, pasti Venus kecewa. Hari ini Mars janji akan menemani pacarnya itu seharian, apalagi baru kemarin mereka merayakan anniversary mereka yang ke tujuh tahun.

Iya, Bi. Tapi jujur sama aku, teman kamu itu cewek atau cowok?

Mars makin panik. Tentu dia bukan bermaksud berbohong pada pacarnya itu. Hubungan dia dengan Mentari juga sebatas sahabat. Tapi, kalau dalam kondisi sekarang Mars jujur, dia takut keadaannya jadi runyam.

“Cowok, Beby.”

Oh gitu. Iya, deh Bi. Aku mau ke rumah Starla aja ya. Kayaknya aku mau ke rumah dia, deh.

“Oke Beby kesayangan Mars. Jangan lupa makan ya nanti, aku sayang kamu.”

Iya, sayang kamu juga, Bi.

Venus menghela napas panjang. Dia memang kecewa. Dia sudah merencanakan untuk bersama seharian dengan Mars. Tapi Venus tidak mau egois, walau bagaimanapun Mars juga punya masalahnya sendiri, Mars juga punya teman, dia juga punya kepentingan yang harus dia jalani. Karena pengertian Venus itulah yang membuat langgeng hubungannya dengan Mars selama tujuh tahun.

“Starla, lo lagi sibuk, nggak?”

Tumben lo nelpon gue duluan Ve! Kenapa? Lo lagi galau?

“Bangke lo! Gue emang nggak boleh nelpon lo? Apa lo lagi persiapan skidapapap ya sama Mas Al?”

Apaan sih lo! Berhenti bikin gue tambah stress deh!

“Hahaha lo kenapa? Apa lo mulai ditagih skidapapap sama suami lo?”

Venus! Gue tuh lagi datang bulan! Lo jangan ngeres mulu ngapa! Pengen gue sapu kepala lo sampai nggak ada isinya lagi baru tau lo!

“Ya Allah gusti, kasian amat Mas Al. Harus berapa lama dia nahan diri sih? Lo jangan tega gitu dong, La! Kalau dia cari istri baru, rasain lo!”

Venus Mutiara cucunya Set—

Tiba-tiba saja ucapan Starla terhenti.

Maaf, Mas, ini lagi nelepon sama Venus.

Venus mendengar sahabatnya berbicara agak takut.

“Hahahahha rasain lo! Mau ngatain gue cucunya setan kan lo! Kena marah suami lo rasain!”

Brengsek lo Venus! Sangat pelan, pasti Starla takut kedengaran lagi oleh suaminya.

“Hahaha ya ampun Starla temen gue. Mending lo tobat deh jangan bully temen lo yang udah berjasa ini. Udah sana lo lanjutin deh ya diskusi sama suami lo.”

Diskusi apaan sih Venus gelo!

“DISKUSI TENTANG SKIDAPAPAP DONG HAHAHAHHAAH!!!”

****

Venus langsung mematikan sambungan teleponnya.

“Gue rasa lebih baik gue nggak ganggu si Lala dulu, deh.”

Setelah mengurungkan niat untuk datang ke rumah sahabatnya. Akhirnya Venus memilih berjalan-jalan di sekitar toko buku. Dia berhenti di sebuah toko yang menjual makanan bernama crepes. Itu adalah makanan kesukaan kekasihnya, Mars.

Lagi, Venus malah merasa sedih.

“Kangen kamu, Bi.”

Padahal setiap hari mereka bertemu. Tetapi entah mengapa kali ini Venus agak mellow saat harus ditinggalkan Mars demi temannya.

Bi, kamu lagi apa? Aku nggak jadi ke rumah Starla.

Venus mengirimkan chat itu kepada Mars. Dia menunggu di depan toko penjual crepes.

“Boleh, Kak, mau yang rasa apa?”

Venus tersenyum tipis kemudian memilih di deretan menu yang menempel di stand crepes tersebut.

Choco Banana.” Itu juga adalah rasa kesukaan Mars.

“Baik, Kak, mohon ditunggu, ya.”

Venus mengiyakan.

Bi My Marsmellow
Beby, kamu dimana? Aku jemput, ya. Temanku udah tidur.

Venus membaca balasan dari kekasihnya, senyumnya pun terlukis cerah di bibir merah yang terpoles lip tint.


Aku di depan toko crepes, yang biasa kamu suka beli. Ke sini ya, Bi.


Bi My Marsmellow
Oke, Beb. Aku kesana, ya.

Venus bahagia, dia tidak lagi merasa sunyi, sepi, dan sendirian.

Semula dia mengira hari ini adalah harinya yang sangat menyedihkan karena harus sendirian. Meski dia agak penasaran sebenarnya siapa teman Mars itu.

“Dia bilang temannya udah tidur. Berarti temannya nginep kali di rumah dia, ya? Atau Mars yang nginep di rumah temannya?” gumam Venus.

“Silahkan, Kak. Choco Banana, ya.” Penjual crepes menyerahkan cemilan berbentuk segitiga yang dibungkus kertas berwarna bertuliskan Your Crepes.

“Terima kasih,” sahut Venus sembari merogoh tasnya kemudian menyerahkan selembar uang seratus ribuan.

“Kembaliannya, sebentar, ya.”

Venus mengangguk.

Dia menatap crepes kesukaan Mars. Senyumnya melebar tak sabar menunggu pacarnya datang untuk menikmatinya berdua. Satu gigitan untuk Mars, menyusul gigitan selanjutnya untuk Venus. Begitu, seterusnya.

“Ini kembaliannya, Kak. Terima kasih, ya.”

“Sama-sama,” balas Venus ramah.

“Saya tunggu orang di sini nggak apa-apa, kan, Kak?” tanya Venus pada penjual crepes yang kira-kira seusia dengannya, kalau dilihat dari wajahnya.

“Boleh, silahkan, Kak,” jawab pemuda itu.
Venus menganggukkan kepala, dia menunggu Mars sambil mendengarkan lagu dari earphone miliknya.

Tak lama kemudian, seseorang menutup mata Venus, lalu mengambil sebelah earphone yang ada di telinganya.

“Beby.”

Venus berbalik sembari tersenyum manis.

“Bi, kamu udah datang.”

Mars mencium sekilas pipi kekasihnya.

“Iya, ini buat aku?” tanyanya sembari menunjuk ke makanan manis ditangan Venus.

“Buat kita, Bi. Kan kita selalu makan berdua,” jawab Venus.

“Oh iya, duhhh manisnya pacar Mars. Ya udah, kita jalan sekarang, yuk.”

“Ayok.” Venus menggandeng mesra lengan kekasihnya.

“Aku kangen, Bi.”

“Baru ditinggal bentar, udah kangen,” jawab Mars sembari mencubit pipi Venus gemas.

“Emang kamu enggak?”

“Hmm... Gimana, ya?” Mars mengerutkan keningnya.

“Dihhhh... Kamu selingkuh, ya!” pekik Venus sambil mencubit lengan Mars.
Seketika Mars hening. Venus sempat heran, kok Mars kelihatan agak shock.

“Bi, kamu kenapa?”

Mars mengerjapkan matanya. “Enggak, lagian kamu nih, mana mungkin aku selingkuh.”

Venus tertawa kecil. “Iya iya, maaf ya, Bi. Kalau kamu selingkuh, duniaku berakhir.”

Mars membeku, dia tidak selingkuh dan tidak berniat melakukannya. Tetapi, ini kali pertama dia berbohong pada kekasihnya dengan merahasiakan keberadaan Mentari yang menginap di rumahnya.

________

Sebelum ke lanjutan cerita Starla dan Mas Al. Kita bahas Venus dan Mars ya.

Besok hari minggu baru deh, siap-siap terMasAl-MasAl ಥ╭╮ಥ

Udah tau kan passwordnya?

Baca = Vote
AWoakwoak 🗿

Komen = Sayang Cherry ❤️

Salam kenal ya buat yg baru mulai baca karya cherry.
Semoga kalian terhibur 😗

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro