Bab 10 : Meleyot ( Part 2 )
“Apa lo bahagia, La?”
“Ma-maksud lo apa, Bumi?” Kok tiba-tiba menanyakan kebahagiaannya segala, pikir Starla.
“Gue sayang sama lo, La.”
Astaga. Kok obrolan makin nggak beres, sih. Gue nemuin Bumi jelas bukan untuk membicarakan hal ini.
Saat bingung harus menjawab apa. Teleponnya bergetar, satu pesan baru saja masuk.
Bumi tampak menghela napas berulangkali.
Mas Al Suamiku
Kamu dimana? Kok nggak ada di rumah?
14.30
“Ya ampun jadi Mas Al udah pulang,” gumam Starla sambil mengetikkan balasan.
Lala ketemu teman, Mas. Sebentar lagi pulang.
14.32
Kasih tau lokasi kamu sekarang.
14.32
Starla reflek langsung membagi lokasinya pada suaminya.
“La? Gue nggak punya kesempatan, ya?” kata Bumi mengagetkan Lala yang masih sibuk mengirim balasan pesan dari mas Al-nya.
“Bumi lo tahu kan, gue udah nikah.” Starla mengedarkan pandangan sambil menahan rasa sakit di perutnya.
“Tapi lo dan dia dijodohin, La.”
“Terus? Menurut lo kalau dijodohin gue bisa sesuka hati gue menjalin hubungan dengan lelaki lain setelah menikah? Bumi, lo tahu kan, pernikahan itu janji di depan Allah.”
Bumi bungkam, tapi dia masih terlihat belum menerima semuanya.
Lo kenapa sih, Bumi! Ini beneran bikin gue nggak nyaman!
“La... gue...”
“Bumi, gue beneran sayang sama lo sebagai teman, sebagai abang.”
“Tapi gue cinta sama lo, La!”
“Apa? Cinta?” Starla mengulang kata-kata Bumi barusan padanya. “Lo nggak bisa cinta sama gue, Bumi.”
“Kenapa? Nyatanya cuman lo perempuan yang ada di hati gue.”
Inget! Lo udah nikah Starla Aurora Putri! Jangan main hati, jangan main mata dengan lelaki lain. Lo itu istri sah Mas Alpha Andromeda, jadi jangan pernah lo main-main! Paham?
Starla teringat kata-kata Venus sebelum tadi dia pergi menemui Bumi. Ya, sudah pasti kan, Starla memberi tahu Venus melalui video call perihal pertemuannya dengan Bumi saat ini.
“Gue hargai perasaan lo, Bumi. Tapi, gue minta maaf, gue nggak bisa.” Starla menggeleng. “Lagi pula, lo bisa cari perempuan yang jauh lebih baik dari gue, Bumi.”
“Kenapa, La? Kenapa lo selalu bilang gue bisa dapat yang lebih baik dari lo? Padahal udah dari lama gue suka sama lo. Bisa nggak? Lo pandang gue sekali aja.”
Obrolannya dengan Bumi sudah makin tidak bisa dibiarkan. Akhirnya Starla beranjak dari duduknya. Melihat itu Bumi pun ikut bangun. “Lo mau pergi ninggalin gue?”
“Bumi, lo jangan gini, dong, gue beneran nggak bisa ya ngeliat lo begini,” kata Starla sambil mengusap kasar wajahnya.
“Lupain rasa lo buat gue, Bu.”
“Nggak, La!” Bumi meraih paksa tangan Starla kemudian menggenggamnya.
“Bumi, lepasin!”
“Starla, apa lo nggak pernah sedikitpun suka sama gue?”
“Bumi, lepasin gue sekarang!”
“Enggak, jawab dulu pertanyaan gue.”
“Bumi, please, jangan gini,” mohon Starla sambil berusaha melepaskan genggaman erat Bumi padanya. Padahal sebelumnya Bumi sudah tahu kalau Starla paling tidak suka disentuh sedikit pun oleh laki-laki selain keluarganya.
“Gue bilang lepas, Bumi! Lo tahu kan, gue nggak suka ada yang sentuh gue!” sentak Starla dengan suara meninggi.
“Lepaskan istri saya.” Suara Al terdengar tegas menggema ditelinganya, sampai-sampai Starla tidak sadar lelaki itu sudah berdiri di sampingnya, di hadapan Bumi.
Bumi tetap enggan melepaskan Starla, sementara Starla cemas kalau suaminya memarahinya karena bertemu lelaki lain di belakangnya. Mungkin Bumi saking frustasinya, atau apa, Starla sampai kaget karena tidak menyangka sedalam itu rasa yang dimiliki Bumi untuknya.
“Lepas atau butuh saya paksa?”
Baru pertama kali Starla melihat sosok Al yang agak menakutkan. Intonasi bernada penegasan dengan tatapan mengintimidasi lawan bicaranya sangat dominan. Seketika itu juga Bumi dengan berat melepaskan genggaman tangannya pada Starla dan Al secepatnya meraih tangan Starla.
“Kita pulang,” ajak Al menggandeng Starla membawanya pergi begitu saja dari hadapan Bumi.
Di dalam mobil Al hanya terus menatap ke depan tanpa mengajak Starla berbicara. Saat itu Starla berpikir apakah suaminya itu marah kepadanya?
“Kenapa di saat seperti ini perut gue sakit, sih,” kata Starla pelan. Dari tadi perutnya itu memang sudah sakit, tidak tahu karena apa.
“Mas Al.”
Biasanya Al menjawab walau hanya berdehem, tapi sekarang Al hanya diam.
“Mas Al marah, ya?”
Tetap saja tidak ada respon dari Alpha. Fix dia marah, terus gue harus bilang apa, ya?
Venus, tolongin gue dong. Mas Al kayaknya marah deh, dia tadi nyamperin ke tempat gue janjian sama Bumi. Gimana dong.
Starla mengetikkan chat tersebut kemudian mengirimkannya pada Venus.
Sambil menunggu Venus membalas, gadis itu masih berusaha mencari jalan keluar agar lelaki dingin di sampingnya mau membuka mulut.
“Mas, maafin Starla.”
“Tau salah kamu di mana?”
Akhirnya Al mau menjawab ucapan Starla.
“Tau, Mas.”
“Apa?”
“Starla nggak bilang sewaktu menemui teman Starla.”
“Kamu nggak salah menemui teman.”
“Iya, tapi jadi salah kalau teman itu lelaki. Iya, kan? Maafin Starla, ya.”
Al menarik napas dalam-dalam kemudian menghentikan laju mobilnya. Starla melonjak kaget sambil memegang dadanya karena Al berhenti mendadak.
“Astaghfirulloh,” ucap Starla sambil mengusap-usap dadanya sendiri.
Al menatap kedua mata Starla dengan begitu tajam sampai-sampai Starla serasa akan pingsan saking paniknya ditatap suaminya seperti itu.
“Kamu suka sama dia?”
“Dia siapa, Mas?”
Starla agak gemetar, padahal dia dikenal gadis yang berani mengemukakan pendapat di kampusnya. Tapi di hadapan Al, dia seolah hanya berukuran sebesar semut hitam yang berada di atas lantai berwarna hitam.
“Teman kamu yang tadi di cafe.” Al memperjelas.
“Oh, namanya Bumi, Mas.”
“Saya nggak tanya nama dia dan tidak peduli.”
Starla meneguk ludahnya susah payah sambil menggaruk sebelah alisnya.
“Iya, Mas, maaf.”
“Kamu belum jawab pertanyaan saya, La.”
“Lala nggak ada perasaan apa-apa sama Bumi. Aku dan dia berteman sejak SMA,” jawab Starla.
Al mengalihkan pandangan dari gadis di sebelahnya, lalu menyalakan kembali mesin mobilnya.
Starla masih belum mengerti, kenapa suaminya menanyakan perasaannya terhadap Bumi. Nggak mungkin juga kan, kalau Mas Al cemburu? Hahaha ya kali, lo tuh suka kepedean, kayak Mas Al udah suka aja sama lo!
Setidaknya Al kini tidak lagi menatapnya dengan seram seperti tadi. Jujur itu seperti Starla yang sedang menjadi seorang narapidana yang akan dijatuhkan hukuman mati atau penjara seumur hidup.
Saat mereka hampir sampai di rumah. Pesan balasan datang dari Venus. “Bego ni anak, bukan balas dari tadi, telat!” decaknya pelan kemudian memeriksa isi balasan dari teman laknatnya.
Bestie Gelo
Kan udah gue bilang, seharusnya lo nggak usah menemui Bumi, Starla! Jelas lah suami lo kesel, gue juga kalau jadi suami lo, bakalan kesel bisa-bisa gue talak sekalian!
Bestie Gelo
Mau lo jadi janda belum di apa-apain? Dih! Udah lo camkan ya gue bilang apa sekarang. Jangan lagi mau ditemui sama Bumi, titik!
Percaya atau tidak wajah Starla sekarang sudah makin pucat membaca pesan dari Venus. Bukan hanya Al yang mengintimidasinya, tapi juga isi pesan Venus seratus persen menyalahkan tindakannya menemui Bumi. Apalagi kata-kata Venus tetang talak?
“Gue nggak mau jadi janda!”
Al menoleh ke arah Starla sambil mengerem lagi.
“Ya Allah, Mas Al! Kenapa sih seneng banget bikin aku jantungan!” kesal Starla sambil memasukkan handphone ke dalam tasnya.
“Udah sampai, turun.”
Ternyata Al mengerem karena mereka sudah sampai di depan rumah. Starla menyengir canggung lalu membuka pintu mobil dan keluar. “Gue kira dia marah lagi,” gumamnya.
Setelah kejadian tadi, suasana di rumah Al makin serasa dingin. Starla selalu bingung memulai obrolan dengan suaminya yang irit berbicara. Al begitu sulit diprediksi, dia tidak tahu apakah Al masih marah atau tidak dengannya. Kalau diingat lagi, Al juga tidak menanggapi saat Starla meminta maaf tadi.
Mereka berdua duduk bersama di meja makan. Semula Starla hendak memasak sup ayam dan tempe goreng yang mereka beli di supermarket. Tapi Al melarang dan memilih delivery saja. Padahal tadi Al sendiri yang bilang, kalau delivery itu kurang sehat dan lebih baik memasak. Starla sengaja belajar dari internet cara memasak sup ayam demi agar tidak terlihat sangat buruk di dapur.
“Mas nggak makan?” tanya Starla saat dua bungkus nasi padang tersaji di depan mereka. Starla sudah memindahkan makanan ke piring. Dia susun serapi mungkin agar saat Al melihatnya agak sedikit aesthetic gitu, pikirnya.
Al mengembuskan napasnya lalu mulai mengangkat tangannya. “Doa dulu.”
“Eh, iya, Mas,” angguk Starla mengikuti arahan Al. Selesai berdoa, mereka mulai menyantap makanan. Padahal Starla ingin sekali makan sup ayam dengan potongan wortel yang banyak. Dia ingat, Al membeli banyak wortel tadi. Tapi, sepertinya suasana hati Al sedang buruk. Apa mungkin karena tadi dia menemui Bumi?
“Mau bicara?” Tiba-tiba saja pertanyaan itu terdengar dari Al sambil menatap lurus Starla.
“I-iya,” angguk Starla sedikit ragu.
“Oke, kita bicarakan semuanya.” Al masih tajam pada Starla dan itu membuat sekujur tubuhnya bergidik merinding.
“Anu Mas, bisa nggak, jangan terlalu tegang. Aku tahu, aku salah. Tapi, apa Mas—“ putus Starla ragu untuk melanjutkan.
“Wajah saya sudah begini sejak lahir, Starla.”
Starla menelan ludah sambil mengangguk. “Gitu, ya.”
Al menggaruk keningnya sebentar. “Jadi, kamu udah tahu kan, kesalahan kamu apa?”
“Iya, Mas, aku tahu.”
“Baik, untuk kali ini saya memaklumi dan saya berpikir kamu tidak sengaja melakukan kesalahan ini. Ingat Starla, kamu istri saya, sepatutnya kamu izin sama saya kalau mau bertemu dengan siapapun apalagi itu teman laki-laki, paham? Itu kesalahan kamu yang pertama,” tegas Al.
“Iya, Mas,” jawab Starla makin menyesali perbuatannya.
“Dan satu hal lagi saya mau tanya, kamu jawab jujur.”
“Apa?”
“Teman kamu itu suka sama kamu, kan?”
Starla terdiam tapi batinnya terus bermonolog. Apa dia mau talak gue, ya? Terus kalau gue ditalak nanti gue jadi janda. Opa gimana ya? Opa pasti shock, ya Allah jangan gini amat jalan hidup gue, kenapa ya, apa salah gue? Apa ini azab orang yang sering ngomongin dosen dibelakang? Atau orang yang sering membully temannya sendiri? Tapi kan, Venus duluan yang sering bully gue?
“Starla, kenapa kamu diam?”
“Ah, maaf, Mas.” Starla sibuk bermonolog sampai lupa Al sedang menunggu jawaban darinya.
“Jadi? Dia suka sama kamu, kan?”
“I-iya, Mas, kata Bumi, sih, gitu.”
Al kemudian memejamkan matanya sesaat sebelum menatap Starla lagi.
“Udah menolak dia? Atau kamu mau menerima dia?”
Starla berdebar saat Al bertanya seperti itu. Jantungnya berdegup kencang dan ada rasa takut yang menyeruak dari dalam hatinya. Mas Al beneran mau talak gue, ya?
“Enggak, Mas, sumpah deh.” Starla menggeleng cepat. “Aku nggak menerima dia, aku juga sudah menolak,” tambahnya.
Al mengangguk lalu menyentuh punggung telapak tangan Starla. “Oke, saya percaya sama ucapan kamu.”
Jantung Starla berdegup kencang saat kulit mereka saling bersentuhan.
“Jangan diulangi, ya.” Al tidak tersenyum, dia hanya mengusap tangan Starla dua kali, kemudian menariknya kembali.
“I-iya Ma-mas..." lidah Starla sampai-sampai berubah kelu.
Jadi Al tidak mentalaknya? Alhamdulillah Ya Allah. Gue kira gue mau diceraikan.
“Makasih, Mas.” Starla hampir menangis, kenapa dia sangat ketakutan diceraikan, sementara hatinya sendiri belum memiliki rasa cinta untuk suaminya.
“Kalau kamu sudah menolak tandanya tugas kamu selesai. Tapi, kalau dia masih mengejar, kamu bisa lapor ke saya. Biar saya yang menyelesaikan, dengan cara saya sebagai suami kamu.”
Saat itu mereka kambali besitatap, lengkungan kecil muncul begitu saja di bibir Starla dan dia nyaris kehilangan kendalinya. Tapi, baginya kata-kata Al itu sangat gentle sebagai seorang suami yang membela istrinya.
“Makasih ya, Mas Al.”
Kalau saja tidak sekuat tenaga dia menahan diri, pasti dia sudah menjerit kegirangan mendengar kata-kata Al tadi. Persis seperti yang dia tonton di drama korea, pikirnya.
Dia lagi ngebela gue, ibarat gue diganggu cowok kurang ajar, terus dia mau melindungi gue, gitu nggak, sih? Ya Allah meleyot lagi, deh.
Sebenarnya, Bumi enggak kurang ajar. Gue ngerti perasaan dia, meski gue belum pernah menyukai orang sedalam itu.
“Sudah selesai, kamu boleh tidur.”
“I-iya. Mas nggak tidur?”
“Kamu mau saya temenin tidur?”
Seketika itu Starla membeku dengan mata melotot kaget.
_________
Meleyot part 2 kira-kira ada meleyot part selanjutnya nggak? Awoakwoak
tunggu aja ya, doakan agar aku bisa up lagi besok, minta dorongan semangatnya dong!
Kasih Cherry semangat yah! Sekalian kesan kalian setelah selesai baca Part ini 😁
Oh iya, aku udah ngetik sampai bab 13 dan aku spill dikit ya. Bab 13 nanti kalian akan baper berjamaah liat keuwuan Al. Ehem.
Dah, itu aja, biar kalian penasaran 😚
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro