Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#AB -3

"Apa aku salah terlahir bodoh?"

-Jeon Jungkook-

.

.

.

(Author ***** POV)

Saat itu....

PRANKKKKKK....

"Kau bodoh!!! Kenapa kau tidak bisa melakukan hal ini dengan becus hah!!!??"

Suara bentakan setelah benda jatuh berbahan kaca itu bersekan hancur di atas lantai, terasa aura penuh dengan kemurkaan yang begitu kuat terpancar dari dalam sana. Membuat siapapun bergidik takut saat hendak mencoba memasuki ruangan tersebut.

"Appa.. ak..aku..."

BRAKKKKKK....

PRANKKK!!!

BRUKKKKK!!

"Ap.. Appa.. ja..jangan appa, ku-kumohon..."

"DIAM KAU ANAK BODOH!! SEHARUSNYA APPA SUDAH MEMBAKARNYA DARI DULU, BENDA-BENDA INI AKAN MENGHAMBAT DIRIMU!!!"

Murka yang meninggi, emosi yang terlihat nyata, amarah yang tak mampu dibendung lagi. Membuat seorang pria yang ada disana kalap dengan segala perbuatannya. Membuat seorang pria dengan kaca mata juga jas mahalnya membantai kamar sang anak kedua. Membuat namja dengan wajah manis juga gigi kelincinya itu....

"Appa kumohon hikksss... jangan rusak lukisan itu appa hikkss... Jungkook mohon.."

Menahan sang ayah, memegang kaki panjang sang ayah dengan suara bergetarnya Jungkook mencoba untuk menahan perbuatan sang ayah. Menyaksikan bagaimana benda kesayangan juga salah satu hobinya itu akan musnah di tangan sang ayah membuat Jungkook, rela bersujud memegang kaki sang ayah menangis pilu dengan raungan penuh permohonan pada sosok yang ia hormati dan ia sebut sebagai 'ayah.'

"Hikkksss... Appa, aku mohon jangan lakukan itu hikkss... Jungkook janji akan membuat appa bangga... hikkkss... kumohon appa, beri aku kesempatan hikkkss... hikssss..."

Menahan kaki sang ayah, meski itu sulit lantaran pria dengan kaca matanya itu bergerak kuat, mencoba melepaskan pelukan sang anak di kakinya. Terlihat dengan jelas bagaimana guratan wajah kesalnya. Bahkan seseorang yang disana... yang sedang duduk sembari menikmati tehnya hanya tersenyum tipis. Melihat adegan seorang ayah yang murka dengan seorang anak, mencoba membakar benda kesayangan sang anak, dan melihat bagaimana sang anak menangis meraung dan memohon layaknya seorang gelandangan.

"Hikkkssss... kumohon appa hikksss... kumohon jangan bakar mereka hikkkssss... tolong dengarkan Kookie hikkksss... appa... hikkksss... kumohon..."

"DIAM JUNGKOOK, APPA TIDAK PEDULI DENGAN TANGIS JUGA RENGEKANMU. APPA MELAKUKAN INI DEMI KEBAIKANMU DAN JUGA OTAKMU, KAU LIHAT KARENA KAU MELAKUKAN HAL YANG TAK BERGUNA KAU MENDAPATKAN NILAI YANG BURUK, BAHKAN KAU MASIH SMP MESKI USIAMU SUDAH SEBESAR INI!! KAU MAU MEMBUAT APPA MALU HAH??!!"

Bentakan demi bentakan Jungkook dapatkan, membuat sesak dan sakit itu kian terasa apalagi... kata-kata menyakitkan dari orang tua adalah hal yang terburuk bagi Jungkook. membuat rasa sakit itu kian terasa dan terasa....

"Hikksss... Appa, andweee... hikksss kumohon jangan lakukan ini padaku. Kumohon appa aku anakmu jangan buat aku menangis seperti ini hikkksss... appa tahu kalau aku suka dengan-"

"APPA TETAP AKAN MENGHANCURKANNYA, KARENA BENDA ITULAH MENYEBABKAN DIRIMU BODOH JUNGKOOK!!!!"

Bentakan itu datang lagi, bahkan kaki sang ayah bergerak. Berusaha melepaskan pelukan kuat dari sang anak, melepaskan dan mencoba mengacuhkan sang anak kedua. Membawa korek api di genggamannya dan yang ia lakukan adalah membakar benda berupa kanvas, dan juga kuas itu hingga hancur.

"Hikksss... andweee... aku tak akan membiarkan appa merusaknya hikksss..."

"LEPAS!!!"

"Hikksss... aniiii..."

"LEPAS JUNGKOOK!!!"

"Tidak mau hikksss..."

"DASAR ANAK SIALAN!!!"

BRAKKKKK!!!
BRUKKKK!!!

"Akh..."

Sakit yang luar biasa datang dengan cepat saat pria dengan jasnya itu menghempaskan kakinya ke belakang, membuat namja yang menangis pilu itu langsung meringis menampilkan wajah kesakitan apalagi dengan tangan yang menahan berat badannya yang membentur lantai. Ya, seperti kalian duga sang ayah telah sukses membuat sang anak kedua merasakan sakit untuk kesekian kalinya.

Dan itu sukses membuat sang ayah menyunggingkan senyumnya, entahlah melihat wajah sang anak yang meringis sakit lantaran perbuatannya justru menjadi hiburan tersendiri baginya. Apakah pria itu tak berpikir siapa namja yang justru jatuh kesakitan karena dorongan kakinya, apakah dia lupa siapakah namja itu? tak sakitkah hatinya ketika melihat sang anak justru mengaduh sakit dan menangis karena segala tingkahnya.

Bagaikan seorang psicho gila yang senang melihat penderitaan sang anak.

"DASAR ANAK BODOH, KAU AKAN TETAP BODOH SIALAN!!!"

"Hikkss... appa... hikksss..."

Hingga akhirnya sang ayah atau yang dikenal dengan nama Jeon Han So melangkahkan kakinya, mendekati benda yang sudah tak terbentuk di bawah kakinya. Menatap kesal rupa dan bentuk benda yang menjijikan baginya. Terlihat dengan jelas bagaimana gambaran yang terbentuk di atas kanvas itu hancur dan ternoda karena ulahnya. Begitu menyedihkan memang saat lukisan cantik itu harus berakhir dengan naasnya di tangan sang direktur besar sebuah perusahaan yang ia jalankan.

"Appa... Kumohon jangan lakukan itu..." entah sejak kapan gumaman penuh permohonan itu datang, apalagi tangan berkerut Han So digenggam erat oleh sang anak. membuat kedua bola mata yang terhias kacamatanya itu sedikit melirik ke arah sang anak, yang justru terduduk di lantai menatap ke arahnya dengan kepala yang mendongak. Terlihat dengan jelas bagaimana kelopak itu sembab, membuat seorang Jeon Jungkook benar-benar menyedihkan.

Apalagi...

"Jungkook jangan membantah appamu, apa kau sadar kau memang bodoh! Dan lagi eomma setuju jika benda itu dihancurkan, karena benda itulah yang membuatmu menjadi anak yang malas belajar dan bodoh Jungkook!!!"

Suara itu...

Suara yang membuat suasana semakin tegang, apalagi terselip kata-kata menyakitkan dari wanita yang berstatus sebagai seorang ibu. Jeon Hee Jin, itulah namanya seorang artis sekaligus model terkenal, dengan wajah yang awet muda dan bakat acting luar biasa, mampu mendongkrak namanya menjadi terkenal di media.

Ya, tentu saja dirinya terlahir sebagai seorang wanita karier yang beruntung apalagi, dirinya menikah dengan seorang pemilik perusahaan di Korea. Membuat kehidupan mewahnya semakin bertambah dan bertambah, dan beruntungnya sang suami sangat mencintai dirinya.

"Eomma..." seperti tak percaya dengan ucapan sang ibu Jungkook hanya bisa menatap nanar sang ibu. Menatap seorang wanita yang duduk dengan santai di kursi kamarnya sembari mengesap sebuah minuman hangat di cangkirnya. Dalam otaknya Jungkook berpikir, benarkah ini adalah sosok sang ibu?

Sosok sang ibu yang begitu ia hormati....

Sang ibu yang melahirkannya, dan kenapa justru sosoknya tega menyakitinya?

Jungkook hanya mampu menatap nanar wajah wanita cantik yang mengulas senyum sinis kerahanya, ditatapnya tatapan tajam mematikan yang ditujukan kepada dirinya, dirinya yang berstatus sebagai anaknya.

"Eomma..."

Entah kenapa Jungkook merasa sakit di ulu hatinya, membuat ia menyentuh dadanya. Mencoba meredakan rasa sakit di ulu hatinya, kedua mata yang tak lelah mengeluarkan cairan bening di netranya itu tak teralihkan, masih sama... menatap wajah cantik sang ibu yang kini memandang tak suka ke arahnya. Ditatapnya makin dalam kedua manik hitam yang sama dengan dirinya, seakan kedua manik itu mengatakan bahwa...

'kau anak bodoh yang menyedihkan...'

Dan Jungkook mampu membaca tatapan sang ibu, karena dia adalah seorang Beta. Seorang namja dengan sifat tertutup namun peka terhadap perasaan seseorang, dan yang ia sadari adalah...

Tak ada cinta orang tua terhadapnya...

Yang ada hanya...

Bruussshhhh....

"KAU MEMALUKAN JUNGKOOK, DASAR ANAK BODOH!!!" umpatan dan langkah kaki yang nenjauh, disusul dengan...

"Kau tak lebih baik dari Yoongi, Jungkook!!! kau hanya Beta bodoh, dan eomma percaya akan hal itu, anak tak berguna!!!" bisikan mematikan dari sang ibu, yang terpaksa berjongkok mengulas senyum mengerikannya dan memberikan tatapan senang melihat air mata sang anak.

Benar-benar seperti seorang ibu tiri yang kejam.

Kekecewaan dan kesedihan....

Semua itu yang Jungkook rasakan terlebih lagi, dia harus menyaksikan dan merasakan dari jarak yang cukup dekat. Beberapa kanvas dengan kuasnya dan juga cat air yang terbakar di dalam tong sampah berbahan alumunium itu. menyaksikan bagaimana mimpi kecilnya hancur, seperti lukisannya yang dibakar oleh sang ayah. Dan juga ucapan yang membandingkan kehebatan sang kakak dengan dirinya, merasa sakit sang ibu menyindirnya dengan mengatakan bahwa sang kakak jauh lebih hebat.

Jungkook menyadari jika dirinya tak sehebat kakaknya, Jungkook bahkan tak masalah jika sang ibu begitu membanggakan kehebatan sang kakak. Tapi jika Jungkook boleh memilih bisakah sang ibu tak melakukannya? Tak melakukan perbandingan kemampuan dirinya dengan sang saudara? Karena itu jauh lebih menyakitkan dan sangat menyiksa.

Sesak tentu saja....

Bisakah?

Dan justru hal itu membuat sakit hati bukan?

Terdiam dan tak tahu harus apa...

Hanya bisa menyaksikan bagaimana lukisan itu hancur lebur menjadi abu....

Hanya terduduk di atas lantai, dan memandang sendu. Seakan pikirannya benar-benar kosong, jujur itu benar-benar menyakitkan bagi siapapun yang menyaksikannya.

Sangat...

Sangat...

Sangat....

Dan rasa itu kian terasa...

Hingga akhirnya...

"Bahkan tamparanku mungkin belum cukup mengubah sifat bodohmu!!!"

Tes...

Tes...

Bahkan air mata itulah yang menjadi saksinya. Saksi dari segala rasa sakitnya, dan saksi dari....

Tindakan kedua orang tua yang tak adil terhadapnya...

'Apakah salah jika aku bodoh?' ingin sekali Jungkook menjerit, berteriak sesuai hati yang berbicara. Mengatakan bahwa dia menolak akan kebodohan dan dia tak menginginkannya.

Menolak jika dia 'tidak ingin menjadi namja yang bodoh...'

Tes...

Sepertinya Jungkook benar-benar sendiri disini, apalagi sang ibu tak lama berjalan pergi meninggalkan dirinya yang duduk di atas lantai dengan segala pemikirannya, dan juga...

"Hikkksss... Yoongi hyung..."

Mengharapkan kedatangan sang kakak yang sedang menjalankan ujian kuliah di malam ini....

.

"JUNGKOOK? APA YANG TERJADI??!"

Terkejut tentu saja, apalagi dirinya melihat bagaimana berantakannya kamar sang adik, buku-buku yang berserakan dengan buku paket tebal yang entah terbuka tak beraturan. Ditambah lagi dengan kekacauan lainnya. Sesaat kedua manik sipitnya melihat sebuah abu yang berserakan di atas lantai, dengan tong sampah yang tumpah di sampingnya.

Membuat Yoongi kembali mengedarkan pandangannya, meski kedua tangannya menyentuh pundak sang adik. Saat itulah ia tak melihat benda yang selalu di pajang sang adik di sudut kamarnya, membuat otak cerdas Yoongi menyadari sesuatu jika...

"Sialan!!!"

Kedua orang tuanya yang telah melakukan hal ini.

Dan Jungkook?

Dirinya hanya menatap kosong ke depan, tanpa ada balasan ucapan dan kesadaran jika sang kakak berada di depannya.

"Jungkook?"

Memanggil dan mengguncang pelan kedua bahu sang adik.

"Jungkook gwenchana?" bertanya sekali lagi meski tanpa ada balasan.

"Hei Jungkook?"

Mengguncang tubuh itu, dan sekali lagi hanya tatapan kosong dan sendu yang ia dapat. Melihat keadaan sang adik yang mengenaskan dengan rambut yang berantakan apalagi....

"Senyawa yang paling asam adalah HCL"

Yoongi tertegun saat Jungkook menjawab yang lain, tak sesuai dengan pertanyaannya ditambah tatapan Jungkook yang kosong dengan pensil dan buku tulis yang berada di tangannya.

"aku harus menyelesaikan persamaan atom ini... jarak antara anak dengan pesawat yang akan ditumpanginya saat lima menit lagi akan lepas landas adalah..."

Kedua tangan itu terjatuh, tatapan terkejut masih kentara di wajahnya apalagi dirinya begitu syok melihat Jungkook yang, menatap kosong dengan gumaman soal random di mulutnya.

"1600 dibagi dengan jarak dan dikalikan dengan waktu..."

Yoongi merasa sakit saat melihat sang adik seperti ini, jauh lebih sakit saat melihat Jungkook bagaikan orang gila yang berceloteh mengenai soal-soal. Sebenarnya apa yang terjadi malam ini, kenapa begitu banyak hal yang terjadi.

"Aku lupa jika aku harus menghitung bagian ini..." Jungkook mengalihkan tatapannya di atas lembar buku tulis di pangkuannya. Menggoreskan pensil itu dengan pelan menulis beberapa soal yang akan dijawabnya.

"Jungkook?"

"Aku pasti bisa mengerjakannya, aku kan tidak bodoh.."

Menyedihkan...

Dan Yoongi benar-benar muak dengan suasana seperti ini...

"Ah, sepertinya aku harus mengulanginya karena jawabannya tak kutemukan."

"Jungkook??"

Merasa terabaikan dengan sikap sang adik akhirnya Yoongi memilih memanggil sang adik.

"......"

"Jungkook, saeng?"

"......"

Tes...

Tes...

"Jeon Jungkook, ini aku Yoongi. Hyungmu..."

"....."

Tes...

Tes...

"Jungkook..."

Hanya ucapan nanar yang Yoongi berikan setelah melihat air mata sang adik jatuh, membasahi lembaran buku tulis yang sedikit basah akan air matanya.

"Aku harus bisa..."

Tes...

Tes...

Jungkook bergumam, memaksakan otaknya untuk terus berpikir, padahal sebenarnya dia merasa lelah dan pusing bersamaan.

"....."

Dan Yoongi hanya bisa diam, menatap wajah sang adik sendu sembari mengepalkan tangannya. Menahan emosi...

Emosi yang ia rasakan saat ia menyadari bahwa...

Ayah dan ibunya lah yang membuat Jungkook bagaikan sebuah boneka.

"Kalian orang tua yang brengsek eomma, appa!"

Tentu saja...

Yoongi tetap akan kehabisan kesabaran, melihat hal yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Kepada adiknya...

Adik yang ia sayangi dan banggakan...

Dan selamanya akan begitu..

Karena sang Alpha akan selalu berada di sisi sang Beta.

.............................

Waktu terus berjalan....

Begitu juga dengan sebuah takdir....

Menciptakan sebuah bagi manusianya, dan juga...

Pelajaran bagi mereka....

'cit cit cit cit...'

Cicitan burung menjadi pendongkrak utama, menyambut datangnya mentari dan embun di ujung dedaunan pohon bintang. Beberap embunnya bahkan menghiasi daun muda yang baru saja muncul di dahan, membuat kecantikan musim semi di pagi hari terpancar. Tak terkecuali....

Dia...

Seseorang yang kini menjadi atensi utamanya sejak pagi, seseorang yang kini menjadi pusat perhatiannya sepagi ini. dan seseorang yang masih terlelap setelah malamnya menangis dan bersedih karena perbuatan seseorang.

Jeon Yoongi terbangun sebelum matahari menyambut tidurnya... terbangun dan mengalahkan rasa kantuknya, bahkan dirinya tak merasakan kantuk meski semalaman dirinya terjaga dari tidurnya.

Tenang dan diam....

Itulah yang dilakukan oleh Yoongi saat ini, tak ada niat untuk dirinya mengganggu tidur sang adik, bahkan di matanya sang adik begitu manis dan selamanya akan begitu. Sejujurnya dia tak menyangka jika Jungkook akan semanis ini jika sedang terpejam, merasa melihat bayi besar tertidur pulas membuat Yoongi yakin jika....

Tuhan memberikan seseorang yang terbaik untuk menjadi....

Adik...

Seseorang yang membuat ia bergerak untuk terus melindungi...

Seseorang yang menjadi harapan untuknya...

Dan...

Betanya....

Melihatnya terlelap membuat Yoongi tanpa sadar mengulas senyumnya, sembari atensinya masih terhadap sang adik, dirinya...

Mencoba menggerakan tangannya, menggapai wajah yang terlelap dalam tiudrnya. Mencoba memberikan sentuhan berupa usapan penuh sayang untuk seseorang yang tidur di sampingnya, membiarkan tangan seputih susu itu mengusap rambut bagaikan bulu kelinci yang begitu lembut.

"Jungkook, maafkan hyung..."

Begitu lirih, sehingga tak ada siapapun yang bisa mendengarnya. Kecuali si pemilik suara yang telah menjatuhkan air matanya.

Merasa kecewa dengan dirinya sendiri, saat kejadian kemarin malam menjadi neraka bagi dirinya. Mengetahui dan melihat bagaimana tubuh terpuruk sang adik membuat hati seorang Yoongi terasa ngilu bahkan terlalu sakit. Terlambat dan melihat kesakitan juga air mata itu? sungguh menjadi hal paling menyakitkan bagi seorang Jeon Yoongi.

Apalagi...

Dirinya sang Alpha yang hanya bisa melihat sang Beta kesakitan di depan matanya.

"Hyung tidak bisa menolongmu..."

Tes...

Terus dan terus, membiarkan air mata itu jatuh jauh lebih baik. Setidaknya hatinya merasa lega meski hal itu akan lama. Karena setelah melihat bekas memerah di pipi sang adik membuat Yoongi sadar jika sesungguhnya...

Dia benar-benar terlambat.....

Tes...

Tes...

Tes...

Penyesalan datang begitu saja....

Meski ada air mata yang jatuh sepertinya Jungkook tak menyadarinya dan bahkan kelopak yang masih terlihat sembab itu masih saja memejamkan matanya. seperti tak ada niat untuk bangun atau memang Jungkook sedang bermimpi saat ini.

Hingga akhirnya kejadian dimana sang kakak mengusap, memberikan tatapan sayang dan gumaman maaf itu masih terjadi. Tak ada kata lelah untuk berhenti...

Seperti rasa sayang sang Alpha kepada Betanya... siapa lagi kalau bukan sang kakak Jeon Yoongi terhadap adiknya Jeon Jungkook.

Tes...

Tes...

Terpejam....

Menangis...

Tentu saja...

"Maafkan aku saeng..." sesal, dan itu pastinya.

..............................

TBC

Hai semua.... author kembali dengan chap ini, semoga kalian gak bosan dengan kedatangan author...

Disini author udah usaha yang terbaik buat bikin chap ini. dan author gak mau bikin kalian kecewa. Maaf kalau updete lama, karena author dah mulai sibuk hehehe...

Jangan lupa vommentnya ya, agar author tetap semangat...

Maaf kalau typo masih bertebaran, cerita tambah gaje atau apalah. Karena author hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan....

Semoga hasilnya memuaskan ya^^

Sekian dari saya, bye semua... sampai jumpa di next chap...

Salam cinta dan sayang untuk kalian semua....
#el







Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro