Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#AB - 1

'Hal yang tak mampu aku lupakan adalah saat mendengar suara pecah tangis bayimu, saat suara kebahagiaan terpancar dan penyambutan kelahiranmu tiba. Lalu, saat itulah aku.... menggendong dan mencium bibirmu untuk pertama kalinya, mendengar suara tangis bayi yang begitu keras namun bagiku suaramu adalah suara malaikat yang datang di saat musim semi. Dan kau tahu apa yang terjadi selanjutnya? Saat itulah aku menteskan air mata, merasa bahagia... merasa sangat bahagia. apalagi yang kutahu bahwa... aku menjadi seorang hyung. seorang yang memiliki apa itu dongsaeng, dan aku menyebutnya sebagai anugerah seorang Alpha. Ya, Alpha... yang tak akan meninggalkan Betanya.... kau percaya bukan?'

-Yoongi-

' Yang aku tahu aku terlahir tepat di musim semi, waktu yang menunjukan sore hari. Waktu dimana katanya aku menangis keras untuk pertama kalinya, membuka kelopak mata meski sedikit yang disambut tawa oleh kedua orang tuaku. Kebahagiaan kala menyambut kelahiranku adalah sebuah sejarah, kau pun begitu. Meski aku tak ingat tapi kau mengatakan jika kau bahagia dengan kelahiranku, hingga akhirnya kau mencium bibirku pertama kali saat aku menangis. bahkan kau menangis terharu, Hyung... terima kasih untuk semuanya, terima kasih. Aku adalah Beta beruntung karena memiliki seorang kakak sekalgus Alpha sepertimu, aku menyayangimu hyung. sangat menyayangimu...'

-Jungkook-

.

.

.

.

'Aku tak tahu apa yang terjadi dengan kisah takdir, tapi yang aku tahu... takdir semakin lama semakin berubah membuat takdir semakin rumit ketika aku menginjak dewasa, dan jujur itu membuatku takut...'

(Jungkook **** POV)

Pernahkah kalian berpikir bahwa dunia tak selamanya indah seperti dongeng yang dibacakan ibu kalian ketika kecil? Pernahkah kalian membayangkan bahwa ketika menginjak dewasa akan ada hal-hal yang lebih menyenangkan dari masa bocah. Saat itulah aku merasakan apa itu semangat menjadi namja dewasa.

Tapi, ternyata apa yang aku bayangkan jauh dari sebuah kenyataan. Berpikir bahwa masa dewasa adalah masa paling membahagiakan, tapi....

Kenyataannya adalah....

Aku ingin kembali ke dalam masa dimana aku menjadi bocah. Berharap aku tidak akan menjadi dewasa untuk selamanya, mengerahui jika menjadi dewasa adalah....

"Jungkook?"

Aku membuka kelopak mataku, menyudahi aktifitas menikmati langit dari sini. Dari atap gedung sekolah yang menjadi tempat dimana aku menimba ilmu. Tempat dimana segala cerita pahit dan manis aku jalani saat ini, dan tempat dimana dulu seseorang yang begitu dan masih mempedulikanku bersekolah disini. dan aku percaya, jika kenyataannya....

"Kenapa kau tidak pulang? Hyung sudah menunggumu di bawah."

Ya, benar....

Itu dia, seorang namja dengan pemilik kelopak sipitnya. Rambut coklan dengan gaya sedikit berantakan, jangan lupa dengan jaket hodie yang ia kenakan dengan celana jeans yang melengkapi penampilannya. Tatapan yang terkesan dingin bagi setiap orang yang melihatnya, namun tidak denganku yang memiliki anggapan berbeda mengenai sorot matanya.

Karena bagiku sorot matanya adalah sorot mata seorang malaikat, seorang namja dengan sikap melindunginya. Dan aku....

Cukup beruntung mendapatkan tatapan kasih sayang darinya.

"Eoh hyung?" buru-buru aku memakai kaca mata tebalku, membenarkan posisiku dan entah sejak kapan tangan kananku begitu lihai mengambil tas yang sudah aku taruh tak jauh dari sampingku.

Kutolehkan kepalaku, menatap ke arahnya dan masih sama. Kulihat dari sorot matanya, tatapan yang terkesan dingin namun penuh kepedulian terhadapku. Meski begitu tubuhnya tak ada niat satupun untuk merubah posisinya. Yang aku tahu bahwa dia menginginkan diriku berjalan mendekat ke arahnya.

Tap...

Tap...

Tap...

Tap...

Begitu pelan aku melangkahkan kakiku, dengan secara tak sadar aku menundukan kepalaku sesekali membenarkan kaca mata tebal yang selalu menghiasi wajah yang katanya tampan dan manis. Tapi... aku tidak merasa begitu, karena yang aku tahu aku adalah namja membosankan yang selalu berteman dengan buku dan rumus menyebalkan bagi beberapa siswa SMP lainnya.

Apakah kalian salah dengar dengan kalimat terakhir di atas? Kuharap kalian tidak salah karena apa yang aku katakan adalah sebuah kenyataan yang benar-benar nyata. Tidak ada kebohongan sama sekali dan kuharap kalian tidak menertawakan diriku, atau mencaci diriku sama seperti lainnya. Karena jujur aku sudah terlalu lama memendam rasa sakit dan hinaan setiap orang terhadapku, hingga terkadang aku merasa putus asa akannya.

Aku Jeon Jungkook, anak kedua dari keluarga Jeon. Namja berusia hampir 19 Tahun yang masih duduk di banku kelas tiga SMP. Seorang namja kolot dan berpenampilan begitu cupu dan menyedihkan bagi beberapa orang. meski temanku buku, namun tak ada satupun ilmu yang benar-benar masuk dalam otakku. Aku hanya sekedar tahu dan tidak mampu mengerjakan soal dengan baik.

Entah kenapa begitu banyak orang yang menyebutku sebagai namja yang begitu bodoh, dan sejujurnya aku tak pantas masuk sekolah SMP. Lantaran diriku yang kusadari masih memiliki kebodohan, jika kalian tahu aku seperti anak sekolah dasar yang tersasar disini.

"Yo-Yongi hyung maafkan ak-aku." Terbata-bata tentu saja, aku merasa takut hingga membuat diriku berkata dengan tergagap. Dan jujur aku memiliki begitu banyak kekurangan.

Sesekali aku membenarkan kaca mataku, dengan hati-hati. Karena aku takut...

Greb!

"Jungkook kenapa lenganmu membiru?"

Tentu saja, akan ada pertanyaan seperti itu dan betapa bodohnya aku yang membiarkan hal itu terjadi, seharusnya aku berusaha menyembunyikan bekas luka itu dengan baik bukan?

"In-Ini, ak-ak-aku jatuh hyung." berbohong, meski kenyataannya adalah hal yang sia-sia lantaran aku tak pandai melakukannya. Merasa kelu lidah ini kala sebuah kebohongan terucap dan aku mengakuinya.

Aku hanya bisa menundukan kepalaku, sesekali melirik ke arah dimana namja di depanku memegang lenganku. Menatap diriku dengan begitu tajam dan penuh menyelidik, sesekali aku rasakan bagaimana kulit seputih susu itu mencengkram lenganku meski tidak kencang. Tapi yang aku rasakan adalah....

'ada raut khawatir dari sikap dominannya....'

Hingga akhirnya aku tetap menundukan kepalaku, sedikit enggan menatap manik mata seorang Jeon Yoongi yang berada tepat di depanku. Lalu sesaat itulah aku...

"Mian, aku tak bisa menjagamu..."

Tes...

Tes...

Kurasakan sebuah pelukan hangat yang melingkupi tubuh kurus dan luka lebam juga rasa sakit yang berusaha aku sembunyikan.

"Yoongi hyung..." saat itulah aku merasa jika aku terlalu banyak merepotkan dirinya.

.

.

(Author **** POV)

Dewasa, masa dimana banyak sekali perubahan yang terjadi dalam hidup. Masa bocah yang penuh dengan rasa tahu dan kebahagiaan kecil serta sederhana yang berubah dengan seiringnya waktu. Begitu banyak masalah yang dimulai hingga terkadang mencapai puncaknya dan dimana masa itulah yang membuat beberapa orang terpuruk dan terpenjara akan masalahnya.

Tapi...

Bisakah jika sifat jahat dan tabiat buruk termasuk dalam kategori masalah yang dihadapi seseorang yang sedang berada dalam tahap dewasa? Bisa jadi iya... bisa jadi tidak. Dan entahlah... yang kutahu bahwa. Tidak ada masa indah seindah masa kala bocah, karena pada masa itulah Tuhan belum memberikan cobaan. Yang ada hanyalah sebuah mimpi dan kesenangan bak negeri dongeng.

Seperti halnya dengan Jungkook, yang menginginkan masa bocah terulang kembali dalam hidupnya, meski itu tak akan mungkin dan tak akan bisa. Hanya Tuhan yang mampu jika memang menjadi kehendaknya. Tapi, bisakah berharap jiak suatu saat datangnya kebahagiaan? Meski itu juga sama sulitnya dengan keinginan kembali ke masa lalu?

Sepertinya bisa meski sulit memang.

.

Kepala namja dengan wajah tampan juga gigi kelincinya, wajah manis berhiaskan kacamata tebal miliknya. Terlalu takut menatap langsung manik netra namja di depannya. seorang namja yang memang tak setinggi dirinya namun memiliki sorot mata dingin juga tajam bagi pendapat beberapa orang. seorang namja yang memiliki kulit seputih susu wajah manis dengan paduan ketampanan yang melebihi ekspetasi. Bisakah kalian membayangkannya? Seorang Jeon Yoongi yang menatap serius si manis bergigi kelinci yang tak lain adalah Betanya, seorang adik yang menjadi prioritasnya.

Bukan hanya itu saja, bahkan seorang Yoongi terlanjur sayang dengan namja bernama Jungkook itu, membuat setidaknya pertanyaan yang sama terlontar beberapa kali dalam kurun waktu seminggu.

Dengan pertanyaan yang sama pula.

Greb!

"Jungkook kenapa lenganmu membiru?"

Dan benar saja, meski bukan pertanyaan yang biasa tetap saja namja sipit itu melayangkan sebuah tanda tanya. Membuat seseorang yang sedari tadi sibuk menundukan kepalanya sedikit terkejut, tak menyangka jika ternyata sang kakak.

"In-Ini, ak-ak-aku jatuh hyung." berbohong tentu saja, membuat Jungkook merasa bersalah akannya.

Sebuah kebohongan kecil dapat membuat kebohongan besar lainnya, tak dapat dihindari jika memang sudah terjadi. Tanpa sadar Jungkook menggigit bibir bawahnya, berusaha menghilangkan rasa bersalah dan gugupnya. Dirasakan bagaimana tangan dingin sang kakak yang mencengkram pergelangan tangannya, membuat denyut nadi serasa bergerak cepat lantaran gugup mulai menderanya.

Ingin berucap namun terlalu takut untuk dilakukan, terlalu takut untuk dilaksanakan dan terlalu takut untuk disuarakan. Lagi dan lagi... terus dan terus hanya hening yang berlanjut. Membuat....

Grebb...

"Mian, aku tak bisa menjagamu..."

Lirih dan juga terasa sesak itulah yang didengar Jungkook dengan jelas di telinganya. Dapat ia rasakan bagaimana pelukan yang begitu melindungi yang ia rasakan, membuat secara tak sadar wajah bagian bawahnya mencium bau khas tubuh sang kakak. Begitu erat pelukan yang ia rasakan di tubuhnya, begitu erat... erat dan erat....

Hingga akhirnya yang Jungkook sadari adalah....

Tes...

Tes....

Jatuhnya air mata tepat di pipinya. Jatuh mengenai kelopak matanya, begitu kentara hingga membuat ia mau tak mau mendongakan kepalanya, melihat berasal dari manakah tetesan bening yang jatuh itu?

Dengan sedikit pergerakan Jungkook dirinya menoleh, menatap dimana yang akan menjadi sasarannya. Menjadi target penglihatannya hingga akhirnya....

"Yoongi hyung..."

Tatapan nanar dan rasa bersalah terlihat di wajah seorang Jeon Jungkook.

Jeon Jungkook, seorang Beta. Adik dari seorang Alpha yang begitu bertolak belakang. Jika sang Alpha pintar dan sempurna maka Beta sebaliknya, seperti halnya dengan Jungkook yang berbeda dengan sang kakak. Berbeda dan itu tak nampak dari luar. Karena yang banyak mereka tahu bahwa, Jeon Jungkook adalah murid abadi di sekolah SMP yang terkenal di Korea.

Kebodohan dan kekurangannya yang sulit menangkap dan mudah gugup dan takut yang menjadi kendalanya. Membuat dirinya terkucil dan selalu menjadi bahan bullyan orang-orang yang meremehkannya. Dan itu sama saja membuat setiap goresan luka di hati seseorang sepertinya.

"Maaf tak bisa berada disisimu setiap waktu Kookie." Panggilan kecil dengan suara sendu dan terdengar makin jelas.

Seketika sesak dan remuk yang dirasakan Jungkook apalagi...

"Aku hanyalah orang bodoh yang pantas dikucilkan hyung, dan aku bukanlah manusia yang cerdas lantaran kekuranganku yang entah kapan hilang."

Grebb...

Serasa erat pelukannya di tubuhku dapat kurasakan bagaimana hembusan nafas yang sedikit terasa di leherku, jujur aku menyukai pelukan hangatnya.

"Kau tidak bodoh saeng kau tidak bodoh! Orang-orang yang menyakitimu yang bodoh!"

Yoongi terus mengelak dan ia melakukannya. Hingga akhirnya....

"Seorang Alpha tidak boleh menangis hyung..."

Senyuman itu....

Usapan lembut tangan itu...

Dan jangan lupa manik mata yang tersembunyi di balik kaca mata tebalnya. Menatap begitu dalam dan dalam, hingga akhirnya sang kakak tak sanggup menahan bebannya, membuat ia.

Cup...

Mencium kening sang adik bagaikan seorang bayi... membuat sang adik memejamkan matanya meski sesaat.

"Kau salah Kook, justru sang Alpha akan menangis jika Betanya terluka. Dan itu kau saeng..."

"Hyung..."

Tes...

Tes....

Secara tak sengaja dirinya membuat air mata itu jatuh dan sekali lagi Jungkook tak menyadarinya. Benarkah dia memang bodoh?

...................

"Hyung?"

"Ada apa saeng?"

"Aku bodoh ya...."

"Maksutmu?"

"Hyung jika bisa aku ingin menjadi bocah atau paling tidak aku tak dilahirkan."

Mendadak kedua bola mata Yoongi seketika membola mendengar penuturan sang adik.

Dan Jungkook dirinya menatap sang kakak dengan netra yang berkaca di balik kacamatanya.

"Karena Beta sepertiku tak pantas menjadi dongsaeng dari seorang Alpha."

Tes...

Untuk kesekian kalinya air mata itu jatuh dan jatuh, mengingat bahwa....

'Dia bagaikan Beta payah dalam keluarga, kenapa ada anak sebodoh dia!!!'

Kata-kata menyakitkan dari bibir sang ayah, begitu remuk dan sesak memang.

Karena bagi Jungkook adalah....

Alpha dan Beta tak bisa bersama, jika sang Beta itu adalah dirinya.

Ya... dirinya...

Dirinya yang terlalu bodoh dan tolol, itulah yang dikatakan sang ayah, maupun ibunya.

Kejam memang dan Jungkook tak tahu sampai kapan dirinya bertahan?

Bertahan dalam setiap kata menyakitkan kedua orang tuanya, atau dunia luar yang selalu menyakiti dan mempermainkannya.

Ya... sakit dan sesak...

Benar-benar menyedihkan memang?

Apalagi saat ini matahari tenggelam, tenggelam ke arah barat. Bertepatan dengan hari dimana Jungkook dulu dilahirkan, dengan musim yang menunjukan keajaibannya. Musim semi....

.

Tbc...

Tinggalkan jejak dan vomment kalian karena itulah salah satu asupan giziku wkwkwk, gak maksa sih asal kalian suka ama ceritanya aku sujud syukur karena yang aku tahu nih ff belum layak buat dibaca karena pembukanya saja masih aneh ya...

Btw gomawo buat dukungannya maaf jika ada yang kecewa buat chapter 1 soalnya ini baru permulaannya saja, semoga di next chap hasilnya lebih baik ne. Gomawo....

Sampai jumpa...

Saranghae....

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro