Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 34: Bulatkan Tekad

Keesokan paginya di rumah sakit tempat Ame dirawat. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh, namun Ame masih belum terbangun juga dari tidurnya. Mr. Y dan Kazuya setia menunggunya terbangun. Mr. Y duduk di kursi sebelah kanan tempat tidur Ame, sementara Kazuya duduk di sofa yang ada di belakang Mr. Y.

"Argghh!" Teriakan Ame membuat Mr. Y dan Kazuya terkejut.

Ame langsung terbangun dari tidurnya. Saat dia ingin memegangi kepalanya dan merapatkan kedua kakinya, dia tidak bisa melakukannya. Kedua tangan dan kakinya diikat oleh tali, layaknya seorang pasien yang terkena gangguan kejiwaan.

"Maafkan aku mengikatmu seperti itu. Sudah kedelapan kalinya kau mengamuk selama kau tidur pagi ini, jadi terpaksa pihak rumah sakit melakukannya." Mr. Y menatap Ame dengan tatapan cemas bercampur prihatin.

"Kenapa aku di sini? Bagaimana dengan yang lainnya? Ke mana Taka?" Ame melihat ke sekelilingnya seperti orang linglung.

"Taka? Kau bertemu dengannya?" tanya Mr. Y heran.

Ame menundukkan kepalanya. "Dia mendatangiku dan menjelaskan semuanya, dia bilang kalau dia dan Kuro adalah anggota ‘Black Mask’.”

Adrenalin Mr. Y tersentak begitu mendengar Taka juga adalah anggota ‘Black Mask’. "Dia mengkonfirmasinya sendiri?” tanyanya seakan tidak percaya.

Ame menganggukkan kepalanya. Mr. Y langsung berdiri dan keluar ruangan karena ingin menghubungi seseorang. Sebelum keluar, dia melakukan kontak mata dengan Kazuya.

Sekembalinya dari luar, Mr. Y berdiri di hadapan Ame. "Aku tahu terlalu cepat untuk menanyakan ini padamu, tapi aku rasa memang harus menanyakannya sesegera mungkin."

Ame menegakkan kepalanya menatap ke arah Mr. Y. "Apa itu?" tanyanya.

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini? Balas dendam atau kembali menjalani hidupmu seperti sedia kala?" Mr. Y menatap Ame dengan tajam dan serius.

Ame menundukkan kepalanya lagi dan air matanya mulai menetes membasahi pipi. "Tidak, aku mohon. Aku sudah tidak sanggup lagi melihat atau merasakan seseorang yang merupakan teman atau rekanku tewas. Sudah cukup buatku."

"Baiklah aku tidak akan memaksamu. Tapi aku ingin memberikanmu sebuah tugas terakhir, karena hanya kaulah yang mampu melakukannya.” Mr. Y meminta Kazuya memberikan amplop coklat yang disimpan olehnya, dan Kazuya pun memberikannya.

“Itu apa?” tanya Ame bingung.

Mr. Y dibantu Kazuya melepaskan tali yang mengikat Ame. Setelahnya, Dia meletakkan amplop coklat itu di atas pangkuan Ame dan duduk di atas kasur di sebelah kakinya. “Itu adalah data lengkap mengenai mereka berempat.”

Adrenalin Ame tersentak. “Apa yang harus aku lakukan dengan ini?”

Mr. Y menyilangkan kedua tangannya di dada. “Aku ingin kau menyerahkan bayaran mereka kepada ahli waris yang tertera dalam biodata mereka. Di dalam amplop itu ada data lengkapnya. Meskipun, aku baru mendapatkan data lengkap Kaguya satu jam yang lalu dari asisten pribadinya Shin, Sagiri. Baca saja terlebih dahulu.”

Ame menggenggam dengan kuat amplop yang dipegangnya dan menatap Mr. Y dengan tatapan kesal. “Kenapa harus aku? Kenapa tidak kau saja? Bagaimanapun juga kau adalah orang yang sangat bertanggung jawab atas kejadian ini.”

Mr. Y bangkit dan membungkukkan badannya sembilan puluh derajat tepat di hadapan Ame. “Aku mohon padamu. Aku tahu aku salah, tapi aku juga tahu kalau aku bukanlah orang yang pantas untuk melakukannya. Aku hanya akan membawa kabar buruk kepada keluarga mereka. Tapi kalau kau, sebagai rekannya pasti punya kenangan yang pernah kalian lalui meskipun cuma selama tujuh hari. Kau bisa membawa sedikit kabar baik untuk mereka.”

Ame menundukkan kepalanya. “Baiklah, akan aku lakukan. Tapi izinkan aku membacanya terlebih dahulu, supaya aku tidak salah bicara nanti.”

Mr. Y menegakkan badannya lagi. “Terima kasih, Ame.”

Ame mulai membaca biodata mereka berempat, dimulai dari Yume karena dialah orang terakhir yang bersama dengannya. Ame menangis begitu mengetahui Ayah Yume meninggal karena dibunuh anggota Yakuza. Dia semakin menangis begitu melihat surat wasiat Ibu Asuka sebelum bunuh diri, yang memintanya untuk kembali akur dengan adiknya, Aizen. Dan tangisannya pun semakin menjadi begitu melihat tujuan Kaguya menerima pekerjaan ini.

“Kaguya punya cita-cita seperti ini, setelah tugas ini berakhir?” Ame menatap Mr. Y dengan matanya yang sudah memerah karena terus menangis.

Mr. Y tertunduk dan menganggukkan kepalanya pelan. “Iya. Menurut cerita Sagiri, begitulah keinginan Kaguya.”

Ame kembali membaca berkas biodata yang tersisa, yakni milik Ogura. Adrenalinnya tersentak begitu melihat apa yang diinginkannya setelah berhasil menyelesaikan tugas ini.

Ame menghapus air matanya, kemudian menatap Mr. Y dengan serius. “Beritahu aku apa yang mereka berenam inginkan sebagai bayaran jika tugas membasmi ‘Black Mask’ ini selesai. Apa mereka hanya mendapatkan uang saja sama sepertiku?”

Mr. Y duduk kembali di atas kasur dan menatap balik Ame dengan serius juga. “Tentu saja tidak. Yume ingin aku mencari tahu siapa yang telah membunuh ayahnya dan juga membantunya untuk balas dendam. Asuka ingin aku melepaskan Aizen tanpa ada syarat apapun. Selain uang, Kaguya ingin aku memberinya sebuah rumah di dekat pantai di Kota B. Dan Ogura ingin aku memberikannya tempat untuk mati.”

Ame sudah menduga hal itu lah yang Ogura minta. Di data mengenai Ogura, Mr. Y mencantumkan dialog percakapannya bersama Ogura saat menawarkan pekerjaan ini. Dan jawaban Ogura adalah, “Aku ingin membalas dendam pada diriku sendiri, tapi aku tidak mau membunuh diriku. Jadi, apa kau bisa memberiku tempat untuk mati?

Seketika itu juga, Ame menundukkan kepalanya dan teringat perkataan Ogura kepada Ayase tempo hari. Balas dendam tidak dilakukan untuk meluapkan kesedihan, tapi dilakukan untuk menghilangkan perasaan mengganjal yang sulit dijelaskan. Karena tak mau terus menyimpan perasaan mengganjal di dalam hatinya itu, Ame membulatkan tekadnya.

“Mr. Y,” ucap Ame. Ame menegakkan kepalanya kembali dan menatap tajam Mr. Y. “Kalau aku bilang hal yang ingin aku lakukan selanjutnya adalah balas dendam, apakah kau akan membantuku untuk menggapainya?”

Mendengar hal itu dari Ame, Mr. Y dan Kazuya saling menatap satu sama lain. Mr. Y kemudian menatap Ame kembali. “Aku pasti akan membantumu menggapainya. Tapi, aku ingin memberitahumu bahwa jalan yang harus kau tempuh itu sangat sulit dan kau juga akan merasakan hidup layaknya neraka. Apa kau siap?”

Ame terus melawan rasa takutnya dengan semakin kuat mengepal kedua tangannya. “Tentu saja aku siap. Aku tidak mau hidup dengan perasaan mengganjal ini seumur hidupku.”

Mr. Y berdiri sambil mengangguk-anggukkan kepalanya dengan tersenyum. “Kalau begitu, nanti malam datanglah ke markas Overkill. Aku akan mengenalkanmu pada mereka yang akan menunjukkan neraka itu padamu.”

“Osh!” seru Ame dengan antusias.

Mr. Y dan Kazuya tertawa kecil melihat semangat Ame yang terlalu berlebihan. Mr. Y pun menunjuk amplop coklat di pangkuan Ame. “Tapi selesaikan tugasmu terlebih dahulu. Kazuya akan menemanimu, karena aku tak mau kau sampai kenapa-kenapa.”

Kazuya mendekat ke Ame dan tersenyum menatapnya. “Selama dalam pengawasanku, tak akan ada satupun orang yang berani menyentuhmu seujung jaripun.”

Ame menatap balik Kazuya dengan tersenyum. “Terima kasih, Kazuya.”

Sontak. Jawaban Ame itu membuat Mr. Y dan Kazuya terkejut. Biasanya, Ame akan takut mendengarkan hal-hal semacam itu. Tapi dia terlihat biasa saja saat ini. Itulah yang membuat mereka berpikir kalau kekuatan batin Ame semakin kuat setelah kejadian ini.

***

Jam dua siang setelah Ame keluar dari rumah sakit. Dia ditemani Kazuya sedang dalam perjalanan menuju sebuah bar yang tertera pada cerita Sagiri mengenai Kaguya.

Kazuya melirik ke arah Ame, dan melihatnya kelihatan tegang seperti belum siap menjalankan tugasnya. "Apa kau tahu tentang sebutan 'Alone at Last'?" tanyanya berusaha mencairkan suasana.

"Iya, aku tahu. Sebutan untuk para tentara atau anggota sebuah tim yang masih tersisa sedangkan semua anggota lainnya tewas terbunuh," jawab Ame.

"Aku salah satu orang yang masuk ke dalam golongan 'Alone at Last' itu," ucap Kazuya menatap Ame lewat cermin yang ada di tengah mobil.

"Kau juga salah satu anggota tim yang pernah dibuat Mr. Y?" tanya Ame penasaran.

Kazuya menggelengkan kepalanya. "Aku adalah mantan tentara angkatan laut. Sekitar enam tahun yang lalu, timku yang berjumlah delapan orang ditugaskan untuk menyelamatkan sebuah kapal pengangkut minyak bumi yang mengalami kerusakan. Tiba-tiba saja, kapalnya meledak. Semua rekan-rekanku tewas, terkecuali aku yang belum turun dari helikopter."

"Aku turut berduka akan hal itu, Kazuya." ucap Ame dengan tersenyum.

"Tidak apa-apa. Lagipula, aku sudah merelakannya. Tujuanku menceritakan ini karena ingin menunjukkan aku bisa, itu artinya kau juga. Lalu ada dua hal lagi yang ingin kukatakan, Ame. Pertama, hanya beberapa orang yang tahu akan ceritaku ini. Kedua, kita sudah sampai." Kazuya menoleh ke arah Ame dan menatapnya dengan tersenyum juga.

Saat mendengar hal yang pertama, Ame tersenyum. Tapi, begitu mendengar hal yang kedua, Ame jadi gugup dan gemetaran, mengingat sebentar lagi dia harus memulai tugasnya.

"Tenang saja, aku akan menemanimu. Aku di sini bukan hanya untuk melindungimu saja, tapi juga membantumu." Kazuya langsung keluar dari mobil, begitu juga dengan Ame.

Begitu keduanya berada di depan bar, ada dua orang penjaga melarang mereka masuk. "Masih terlalu pagi bagi kalian," ucap salah satu penjaga itu lantang. "Pergi, sebelum kami gunakan kekerasan." ancam penjaga yang satunya.

"Kami ke sini karena ada urusan bisnis dengan bosmu. Kami ingin membeli barang dagangannya.” Kazuya tersenyum menatap kedua penjaga itu.

Kedua penjaga itu saling bertatapan, mereka merasa kalau yang dikatakan Kazuya bisa jadi adalah transaksi bisnis yang akan bos mereka lakukan. Salah satu penjaga itu pun masuk dan setelah beberapa saat, kembali lagi.

"Masuklah," ucap penjaga yang baru saja kembali itu.

Kazuya dan Ame pun dibawa oleh penjaga itu ke ruangan pribadi milik bos mereka yang ada di bagian dalam bar. Di dalam ruangan itu, seorang pria yang menggunakan jas rapi sedang menghisap rokok dan duduk kokoh di kursinya.

"Kalian berdua ingin membeli barangku, barang yang mana?" tanya pria berjas rapi itu dengan tersenyum.

Kazuya menatap pria itu dengan tersenyum. "Namamu, Tuan Taiga, bukan? Aku di sini berniat untuk membeli barangmu yang cukup berharga.”

"Sepertinya akan ada transaksi yang menguntungkan buatku. Silahkan kalian berdua duduk terlebih dahulu, biar lebih enak membicarakannya." Tuan Taiga langsung berdiri mempersilahkan Kazuya dan Ame untuk duduk di kursi yang ada di hadapan mejanya. Kazuya dan Ame pun duduk, sementara dia kembali duduk di kursinya.

"Barang berharga apa yang kalian inginkan?" tanya Tuan Taiga antusias.

"Nama barang itu, Imada Matsumoto." Kazuya menatap tajam mata Tuan Taiga.

"Barang itu adalah barang antik. Kenapa kau menginginkannya? Karena antik, harganya sangatlah mahal, Tuan." Tuan Taiga menatap balik Kazuya dengan tajam juga.

"Sebutkan harganya," ucap Kazuya.

"Lima juta yen," jawab Tuan Taiga tersenyum lebar.

"Sudah aku duga dia pasti meninggikan harganya," gumam Kazuya geram. "Berapa nomor rekeningmu?"

Tuan Taiga memberikan secarik kertas kepada Kazuya, di mana di situ tertulis nomor rekening miliknya. Kazuya pun memberikannya kepada Ame yang segera memprosesnya. Ame menoleh ke arah Kazuya dan menganggukkan kepalanya, mengisyaratkan bahwa uang sudah di transfer ke rekening yang tertulis.

"Sudah aku kirimkan. Sekarang, berikan data-data lengkap Imada Matsumoto padaku." Kazuya menatap tajam Tuan Taiga sambil menyodorkan tangannya.

"Baiklah," ucap Tuan Taiga.

Tuan Taiga mengambil ponselnya dari kantong celana, lalu melihat adanya notifikasi bahwa dia baru saja menerima sejumlah uang sesuai yang diinginkannya. Dia tersenyum lebar dan bahkan tertawa. Di saat itu juga tiga penjaganya berdiri mengelilingi Kazuya dan Ame. Mereka berdiri di bagian Barat, Selatan dan Timur.

"Sudah aku duga akan jadi seperti ini. Jangan beranjak sedikitpun dari tempatmu, Ame." Kazuya berdiri menggulung lengan kemejanya. Dia mengeluarkan senjatanya dan secepat kilat, menembak ketiga penjaga itu tepat di kepala mereka. Hingga ketiganya pun jatuh terkapar dan tewas tak berdaya.

Kazuya langsung menodongkan senjatanya ke kepala Tuan Taiga. "Aku datang ke sini baik-baik. Jangan sampai aku menggunakan cara kasar untuk mengakhirinya. Mengerti?" Dia menatap Tuan Taiga dengan tatapan membunuh.

"Ba—ba—baik …" ucap Tuan Taiga gemetaran.

Kazuya dan Ame pun meninggalkan tempat itu dan kembali ke dalam mobil membawa data-data pribadi milik Imada Matsumoto. Kazuya terlihat masih sangat marah, sementara Ame terlihat masih merasa ketakutan. Ame seperti itu karena baru pertama kali baginya melihat Kazuya melakukan hal semacam itu, menandakan betapa kuatnya Kazuya.

“Aku sampai harus mengeluarkan tenagaku untuk membungkam bajingan semacam dia. Sebenarnya aku tidak sudi.” Kazuya mengepal kuat tangan kanannya.

“Kau kuat sekali, Kazuya. A—A—Aku tidak menyangkanya …,” ucap Ame pelan.

Kazuya menoleh ke arah Ame. “Ah … segitu sih tidak seberapa,” ucap Kazuya menggaruk-garukkan kepalanya.

Lalu, seberapanya itu seperti apa?” Ame menelan ludahnya karena tidak bisa membayangkan hal yang lebih gila lagi yang bisa dilakukan oleh Kazuya.

Bersambung.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro