Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 32: Daun yang Berguguran

Mr. Y dan Kazuya sedang dalam perjalanan menuju kediaman Duta Besar Jerman yang tengah mengadakan sebuah pesta. Sepanjang perjalanan, Mr. Y terus menatap keluar jendela dan terlihat tidak tenang. Dia seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu.

Kazuya tentu menyadari hal itu, namun dia memilih untuk diam saja. Tapi karena sudah dua puluh menit perjalanan Mr. Y tak mau membicarakan kegelisahannya juga, dia pun akhirnya berinisiatif untuk bertanya.

“Kau mengkhawatirkan mereka bertujuh, Tuan?” tanya Kazuya.

Mr. Y menoleh sejenak ke arah Kazuya, lalu melihat keluar jendela kembali. “Seumur hidupnya, Shin sama sekali tidak pernah berbohong padaku, meskipun kami sering berbeda pendapat. Sejak dia mengatakan ada kemungkinan salah satu anggota ‘Black Mask’ menyamar di Tim Troublemaker, aku jadi tidak bisa tenang. Masalahnya, bukan hanya nyawa anggota Tim Troublemaker yang lainnya saja yang terancam, tapi juga Tuan Okada dan keluarganya. Bahkan, tak menutup kemungkinan kalau mereka juga mengincarku. Itulah sebabnya aku langsung mengambil tindakan cepat untuk menanggulanginya sebelum terjadi.”

Lampu merah. Kazuya melirik ke arah Mr. Y melalui cermin. “Kau yakin mengutus Overkill untuk menanggulangi masalah ini? Kenapa tidak mencoba menyelidikinya terlebih dahulu? Aku hanya takut kau mengambil keputusan gegabah, Tuan.”

Mr. Y menatap balik Kazuya melalui cermin. “Tenang saja, Overkill tidak mungkin mengecewakanku. Bagaimanapun juga, Overkill adalah organisasi ciptaanku yang mengurus pekerjaan-pekerjaan kotor yang tidak bisa dilakukan oleh pemerintah. Jadi, mengutus mereka untuk mencegah ‘Black Mask’ bertindak semaunya adalah pilihan yang tepat.”

Lampu hijau. Kazuya kembali melajukan mobilnya, namun dia terlihat seperti orang yang kurang menerima jawaban Mr. Y tadi. “Kau terlalu takut, Tuan. Mencegah itu tidak masalah, tapi kalau berlebihan seperti apa yang kau perintahkan pada Overkill saat ini, bukanlah keputusan yang tepat.

Tiba-tiba saja ponsel Mr. Y berdering. Dia melihat dari siapa panggilan itu, dan langsung mengangkatnya begitu melihat Tuan Shin lah yang meneleponnya.

“Ada apa, Shin?” tanya Mr. Y.

Aku sudah menemukan sosok pengkhianat di Troublemaker,” jawab Tuan Shin.

Adrenalin Mr. Y tersentak. “Siapa dan apa buktinya?”

Timku sejak kemarin mencari tahu orang yang bertemu dengan TGR di malam sebelum pertemuan yang kau adakan dengan ketujuh anggota Troublemaker. Setelah mereka melakukan penyelidikan, akhirnya mereka mendapatkan hasil dan sebuah kesimpulan yang keakuratannya mencapai 92,7%. Bahwa, ada anggota ‘Black Mask’ yang menyamar di Tim Troublemaker. Dan orang itu adalah, Kuro Mikazuki.

Adrenalin Mr. Y tersentak lagi. “Terima kasih atas informasinya, Shin.” Dia mengakhiri panggilannya dan langsung menghubungi salah satu anggota Overkill. “Laporkan situasinya padaku. Apa kalian sudah selesai menjalankan tugas kalian?”

Maaf, Tuan. Kami terlambat.

***

Yume terus memacu cepat mini bus pergi menjauhi Kasino, sedangkan mental Ame masih terguncang dan hanya bisa duduk di bawah memeluk erat kedua kakinya. Ekspresi Yume telihat tetap tenang, namun pikirannya saat ini benar-benar kacau karena panik.

Yume sesekali melihat Ame lewat cermin dan dapat melihatnya sedang duduk termenung. “Ame, bantu aku. Aku juga tidak bisa berpikir jernih saat ini. Aku bahkan tidak tahu kabar mereka. Jarak kita sudah terlalu jauh dan alat komunikasi tidak bisa menjangkaunya lagi. Hubungi Ogura dan tanyakan padanya apa yang harus kita berdua lakukan saat ini.”

Ame sama sekali tidak mendengarkan ucapan Yume. Setelah merasa sudah cukup jauh dari Kasino, Yume meminggirkan mini bus dan manghentikannya di pinggir jalan. Dia menghampiri Ame dan memegang pipinya.

“Ame, lihat aku,” ucap Yume, yang langsung direspon Ame dengan mendongakkan kepala dan menatap Yume dengan matanya yang penuh dengan air mata.
“Aku tahu kau sedang terguncang saat ini, aku pun juga begitu. Tapi, kita berdua tidak bisa hanya lari seperti ini, kita juga harus punya rencana. Tenangkan dirimu, lalu kita lakukan apa yang sebaiknya kita lakukan. Mengerti?” Yume mengeluarkan senyuman yang jarang sekali diperlihatkannya demi membuat Ame merasa lebih tenang. Ame pun menganggukkan kepalanya dan mencoba untuk tenang seperti yang diinginkan oleh Yume.

Yume langsung memeluk Ame dan mendekapkan kepala Ame di dadanya. “Kau seperti adikku saja. Kau ini laki-laki, harusnya lebih kuat dari pada aku.” Yume sedikit tertawa untuk mencairkan suasana tegang yang tengah dirasakan keduanya.

Yume melepaskan pelukannya dari Ame, kemudian berdiri dan mengambil ponselnya untuk menghubungi Ogura. Dia mengatur napasnya sambil menunggu Ogura menjawabnya.

Kau menghubungiku dengan ponselmu, itu artinya jarakmu sudah cukup jauh. Kerja bagus, Yume.

Yume terlihat cukup lega begitu Ogura menjawab teleponnya. “Iya, kami berdua sudah cukup jauh dari Kasino. Kalian berdua di mana? Bagaimana kondisi di sana?”

Saat ini, Aku dan Kuro sedang mengejar Otawara Shinji. Kaguya tewas, kalau Asuka aku tidak tahu. Kemungkinan, dia juga sudah tewas. Aku sudah menyuruhnya untuk pergi, tapi dia malah menutup teleponku. Untuk saat ini, kalian berdua jangan menggunakan mini bus lagi, karena sudah dikenali musuh. Cari tempat menginap sementara.

“Sudah dikenali? Apa maksudmu?” tanya Yume heran.

Taka Ishizaki adalah anggota Black Mask.

Adrenalin Yume tersentak, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Kalian lakukan saja seperti apa yang aku katakan. Jaga Ame, mentalnya pasti sedang terguncang saat ini. Lindungi dia sampai aku mengabarimu lagi. Aku dan Kuro akan menemui kalian berdua kalau kondisi kami tidak memungkinkan untuk menyelesaikan rencana.

“Aku mengerti.” Yume menutup teleponnya dan mengantongi ponselnya kembali.

Ame menatap Yume dengan ekspresi cemas. “Apa yang terjadi, Yume?”

“Kaguya dan Asuka sudah tewas. Ogura meminta kita berdua untuk bersembunyi dan tidak menggunakan mini bus ini lagi. Dan ada satu hal lagi, Taka mengkhianati kita semua.” Yume berusaha menahan air matanya agar tidak keluar, karena tidak mau membuat Ame menangis lagi karena melihatnya menangis.

Ame langsung mengalami tekanan mental kembali begitu mendengarkan ucapan Yume. Ame kembali memeluk kedua kakinya erat dengan kepala yang tertunduk.

Yume duduk bersimpuh di hadapan Ame, mencoba untuk membuatnya tetap tenang. “Kita harus bertahan hidup, Ame. Kalau tidak, kita tidak akan bisa membalaskan dendam Asuka dan Kaguya. Kematian mereka berdua bisa jadi sia-sia kalau kita terus terpuruk seperti ini. Yang harus kita lakukan sekarang adalah saling menjaga satu sama lain sampai Ogura dan Kuro menemui kita lagi. Kau mengerti?”

Ame langsung berdiri, menghapus air mata yang hampir jatuh membasahi pipinya dan menganggukkan kepala dengan tersenyum menatap Yume. Mereka berdua segera menyiapkan barang mereka masing-masing, lalu keluar dari mini bus dan mencari tempat untuk bersembunyi sementara. Begitu keduanya sudah berjalan masuk ke jalan yang cukup gelap tidak jauh dari mini bus, Yume merogoh kantong belakang celananya.

“Gawat, dompetku tertinggal. Karena aku tidak nyaman ada dompet saat aku menyetir, aku mengerluarkannya. Tunggu sebentar di sini.” Yume memegang kedua pundak Ame, lalu pergi setelahnya. Ame menganggukkan kepalanya dan menunggu Yume kembali.

Dumm! Terdengar suara ledakan yang sangat keras dari arah mini bus.

Karena panik, Ame langsung berlari menghampiri kembali mini bus. “Yume!” teriaknya begitu melihat mini bus hangus terbakar.

***

Ogura dan Kuro terus mengikuti dari jauh pergerakan Otawara Shinji bersama dengan pengawalnya. Keduanya kini berada di jalan keluar darurat Kasino yang dipenuhi dengan para pengunjung yang berlarian keluar. Mereka juga memegang pistolnya masing-masing.

“Bagaimana dengan Ame dan Yume? Apa mereka baik-baik saja?” tanya Kuro.

“Mereka baik-baik saja. Bagi Yume, mengatasi hal semacam ini mungkin masih bisa dilakukannya. Tapi bagi Ame, hal seperti ini pasti akan membuat mentalnya terguncang. Kalau dia tidak ditangani dengan baik, dia bisa berakhir sepertiku atau bahkan lebih buruk lagi.” Ogura terlihat agak khawatir saat membayangkan kondisi Ame saat ini.

“Tenang saja. Dari kita bertujuh, dialah yang mungkin pertama kali kehilangan kedua orang tuanya. Jadi baginya, kehilangan sesuatu mungkin adalah hal yang biasa.” Kuro menoleh sejenak ke arah Ogura sambil terus berlari pelan.

Ogura tertawa kecil. “Kematian kedua orang tuanya, diketahuinya tanpa menyaksikannya langsung. Terlebih lagi, mereka meninggal karena kecelakaan. Dia jadi tidak bisa menaruh dendam pada siapapun. Lihat sekarang, dia malah dendam karena setiap pemakaman orang yang disayanginya, tidak pernah terjadi hujan. Sampai akhirnya melakukan hal senekad itu, yang membuatnya terkenal dengan cepat.”

Ogura menundukkan kepalanya. “Kalau Ame punya objek atau subjek yang bisa dijadikannya pelampiasan dendam, mungkin dia akan rela melakukan apapun untuk memenuhi hasratnya itu. Dia memang lemah, tapi kalau dia punya kemauan untuk menjadi kuat, tidak menutup kemungkinan kalau dia bisa menjadi orang yang sangat kuat suatu hari nanti. Meskipun, aku tidak sepenuhnya yakin hal itu akan terjadi.”

Kuro menatap Ogura sejenak. “Mau bertaruh?”

Ogura tertawa dan menatap Kuro dengan tersenyum. “Aku berani mempertaruhkan seluruh uangku, kalau Ame pasti akan menjadi lebih kuat untuk membalaskan dendamnya.”

“Sepakat,” ucap Kuro datar.

Mereka berdua pun berhasil keluar dari jalur darurat itu. Mereka melihat rombongan Tuan Otawara menuju gedung parkir di sebelah Kasino. Keduanya langsung mempercepat langkah agar tidak kehilangan jejak. Begitu mereka ingin masuk ke dalam gedung parkiran, Kuro tiba-tiba mendorong Ogura ke jalanan kecil yang ada di antara kedua gedung itu.

Saat tubuh Ogura melayang di udara, dengan cepat Kuro merebut senjata yang digenggam Ogura. Sementara Ogura berhasil mendarat dengan bertumpu pada kedua kakinya dan langsung melemparkan pisau yang dia sembunyikan di balik lengan jasnya tepat ke arah kepala Kuro. Tapi sayang, Kuro berhasil menghindarinya dengan mudah.

Ogura menatap Kuro dan sebuah pistol sudah ada di depan keningnya. Sontak, dia jutsru tertawa bukan panik ataupun cemas. “Luar biasa. Aku menaruh rasa curigaku hanya pada Taka dan Kaguya. Tapi ternyata, aku kurang satu orang untuk dicurigai.”

Kuro mengokang pistol revolver milik Ogura yang direbutnya tadi. “Aku tidak seperti Taka yang mudah kau prediksi seperti apa isi kepalanya.”

Ogura mengubah posisi duduknya menjadi bersimpuh sambil terus menatap Kuro. “Kalian berdua terus menyamar selema tujuh hari ini dan berbaur bersama kami layaknya seorang rekan yang ramah. Dan begitu saatnya tiba, kalian berdua menusuk kami semua dari belakang. Kau dan Taka mendengar cerita kami bertiga tentang masa lalu kami. Bahkan, kau juga menceritakan masa lalumu. Aku ini memang licik dan dikenal banyak orang sebagai laki-laki yang memiliki lidah tajam. Tapi, yang perlu kau tahu aku tidak pernah menusuk siapapun dari belakang, meskipun aku sangat membenci orang itu.”

Kuro menatap sinis Ogura. “Kenapa kau mengatakan hal itu? Kau merasa kecewa karena aku dan Taka berkhianat? Orang sepertimu bisa merasakan rasa kecewa seperti itu?”

“Kecewa?” Ogura langsung tertawa dengan keras. “Kenapa aku harus kecewa? Dua pengkhianat dalam satu hari dan aku tidak berpikir sejauh itu. Aku malah ingin berterima kasih karena kalian berdua telah menyuguhkanku sebuah lelucon yang belum pernah kurasakan.”

Kuro tak bergeming mendengar ucapan Ogura yang mengandung sindiran itu, meskipun dia merasa agak sedikit kesal saat mendengarnya. “Tapi kenapa kau pasrah seperti? Paling tidak, cobalah untuk melawanku meskipun kau tahu kau akan tetap kalah.”

Ogura merentangkan kedua tangannya ke samping dan menatap Kuro dengan tersenyum. “Aku tidak bisa menang melawanmu satu lawan satu. Kemampuan bertarungku berada jauh dibawahmu. Aku hanya bisa melempar pisau dengan cepat dan akurat, itu saja.”

Kuro mengokang pistolnya. “Kalau begitu, apa kau punya pesan terakhir?”

Ogura menghapus senyumannya dan menatap ke arah Kuro dengan tajam. “Kalau ingin menembak,”—Dia menunjuk dada kirinya, tepat di mana jantungnya berada—“tembaklah di sini. Jangan tembak kepalaku.”

“Kenapa?” tanya Kuro.

Tatapan tajam Ogura terus menatap Kuro tanpa berkedip sekalipun. “Ada Kairi di sana. Kalau kau tembak, tak ada lagi yang tersisa dari diri Kairi bagiku untuk kubawa ke ‘sana’. Karena hanya kenangan bersamanya saja lah yang masih aku miliki. Itu saja yang ingin aku sampaikan.” Dia menundukkan kepalanya, bersiap menemui ajalnya.

Kairi, akhirnya kita bisa bertemu.” Ogura tersenyum tulus untuk terakhir kalinya.

Kuro mengarahkan pistolnya tepat di jantung Ogura sesuai dengan yang diingkan olehnya. “Satu pesan dariku. Janganlah dendam padaku,” ucapnya dengan tersenyum.

Dorr!

Dentuman suara keras revolver berkumandang dengan keras di jalan itu, sehingga suaranya bergema ke seluruh penjuru di sekitarnya.

Bersambung.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro