Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 25: Tak Mudah untuk Dipercaya

Jam sepuluh tepat di Kantor Shigure Corperation, tepatnya di ruang rapat umum yang biasa digunakan Tuan Okada rapat bersama para pemegang saham. Tuan Okada selaku orang yang meminta Tuan Shin dan Mr. Y menyuruh semua anggotanya datang, duduk di bagian tengah meja panjang. Sementara, Mr. Y bersama anggota timnya duduk di kursi barisan kanan dan Tuan Shin bersama anggota timnya duduk di kursi barisan kiri.

Ketujuh anggota tim Mr. Y semuanya sehat walafiat, sementara tiga dari keenam anggota tim Tuan Shin mengalami luka-luka. Bahkan dua di antaranya mengalami luka yang bisa dibilang cukup parah. Kondisi itu membuat Mr. Y dan juga Ogura tak bisa menahan tawa melihat kondisi kedua orang yang terluka parah itu, yang membuat Tuan Shin kesal. Namun, tak hanya itu saja yang membuat suasana di antara kedua kubu memanas.

Asuka menatap sinis pria yang menyerangnya semalam, yang membuat pria itu merasa tak nyaman dan terus menatap ke sana ke mari karena tak berani menatap balik Asuka. Hal senada juga dilakukan oleh Kuro, tapi pria yang melawannya semalam tetap terlihat biasa dan bisa menjaga wibawanya. Meskipun keringatnya bercucuran karena batinnya masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana Kuro membuatnya tak sadarkan diri.

Kotaro dan Sagiri melakukan hal yang hampir sama. Keduanya sama-sama curi pandang ke arah dua orang yang ada di hadapan keduanya saat ini. Kotaro pada Yume, Sagiri pada Kaguya. Sementara kedua hacker, OC dan Ame saling menatap satu sama lain. Keduanya seakan tengah membayangkan bagaimana wajah asli masing-masing. Karena saat ini OC memakai topeng badutnya, sedangkan Ame menggunakan topeng tengkorak.

Tuan Okada mengetuk meja beberapa kali untuk membuat mereka kembali fokus dan siap mendengarkan apa yang ingin diucapkannya. “Aku langsung saja ke inti permasalahannya. Siapa yang menyerang dan siapa yang bertahan? Mengaku sejujurnya.”

Mr. Y menunjuk Tuan Shin dan menatapnya dengan tersenyum. “Shin dan timnya yang menyerang, sementara aku dan timku hanya mempertahankan diri saja.”

Tuan Okada menatap ke arah Tuan Shin dengan serius. “Lalu, kenapa malah timmu yang justru mengalami luka parah, Shin?”

Tuan Shin tertunduk mengepal kuat tangannya, lalu menatap balik Tuan Okada. “Aku mengakui kehebatan mereka. Tapi,”—Tuan Shin menatap anggota tim Troublemaker satu-persatu—“mereka tidak bisa kupercaya. Bagaimanapun juga kriminal tetaplah kriminal. Meski dibayar dengan pantas, belumlah cukup untuk membuat mereka jadi orang yang bisa dipercaya. Bagaimana kalau salah satu dari mereka bertujuh adalah anggota ‘Black Mask’?”

Adrenalin Mr. Y tersentak, tidak, bukan hanya dia saja, ketujuh anggota tim Troublemaker juga. Kata-kata pedas itu menimbulkan berbagai macam rasa dalam pikiran dan hati mereka. Sakit hati karena dituduh tanpa alasan, rasa takut yang mendadak timbul terhadap satu sama lain, hingga rasa percaya yang sebelumnya mulai terbentuk bisa kembali memudar.

Keheningan itu mendadak sirna begitu Ogura bertepuk tangan. Meski sedang bertepuk tangan, dia tetap menatap tajam Tuan Shin tanpa gentar sedikitpun. “Aku sudah satu tahun menekuni dunia ini. Berbagai hal licik sudah pernah aku lakukan, tapi hanya ada satu yang belum pernah satu kalipun aku lakukan. Yaitu, menuduh tanpa alasan dan tujuan.”

Adrenalin Tuan Shin tersentak. Dia berusaha untuk tetap tenang, namun tatapan mata Ogura yang menatapnya jauh lebih menyeramkan dibandingkan semalam.

Ogura menunjuk anggota tim Tuan Shin satu-persatu. “Mereka juga bisa jadi adalah anggota ‘Black Mask’, begitu juga dengan semua orang di Arufabetto ini.” Ogura menyilangkan kedua tangannya di atas meja dan tetap menatap Tuan Shin dengan tajam. “Sejauh ini, yang diketahui soal ‘Black Mask’ hanya sosok ketuanya The Grim Reaper yang selalu memakai perban hitam mengelilingi wajahnya dan seorang anggotanya yang bernama Hayate. Sudah, hanya itu, tidak ada lagi. Jadi pertanyaanku sekarang, bagaimana bisa kau menuduh salah satu dari kami tanpa tahu ciri-ciri spesifik anggota ‘Black Mask’ seperti apa. Tolong jawab aku, Tuan Shin Musano.”

Tuan Shin merasa kesal setelah mendengar perkataan Ogura. Dia pun menyilangkan kedua tangannya di dada dan menatap balik Ogura dengan tajam. “Intuisiku saja. Meski ketepatannya Cuma 45%, tapi aku sangat mempercayainya.”

Mendengar perkataannya semalam dipinjam oleh Tuan Shin, Ogura tersenyum lebar. “Jawaban yang sangat menarik.”

Taka yang sejak tadi hanya memperhatikan saja, akhirnya ikut buka suara. “Mungkin saja apa yang kau katakan itu benar, Tuan Shin. Bisa saja ada anggota ‘Black Mask’ di antara kita bertujuh. Tapi, hal itu sama sekali tak menjawab pertanyaan kami yang paling mendasar. Kenapa kau tidak mau mempercayai kami?”

Kaguya sedikit tertawa. “Dan yang membuat ini semua menjadi lucu adalah,”—Kaguya berdiri melepaskan jaketnya dan menggoyang-goyangkannya, yang juga diikuti rekannya yang lain—“tak ada satupun dari kami membawa senjata. Karena kami percaya kau dan anggotamu datang untuk memenuhi panggilan Tuan Okada, bukan untuk menangkap kami.”

Taka duduk sambil memakai kembali jaketnya dan menatap keenam anggota tim Tuan Shin satu-persatu. “Sementara kalian berenam, membawa senjata yang cukup lengkap di balik pakaian yang kalian pakai. Pistol, pisau, amunisi, bahkan ada granat juga.”

Ogura menyilangkan kedua tangannya di atas meja lagi dan menatap Tuan Shin dengan tersenyum. “Jadi pertanyaanku sekarang, siapa di antara kita yang tidak bisa dipercaya sebenarnya? Kami para kriminal atau kalian para penegak hukum?”

Tuan Shin dan keenam anggota timnya terdiam setelah adrenalin mereka tersentak beberapa kali. Sementara keenam anggota timnya hanya diam saja, Tuan Shin menatap ke arah Ogura, Taka, dan Kaguya secara bergantian.

Ogura menyerang menggunakan kata-kata dan bahasa tubuhnya, sementara kedua laki-laki bernama Taka dan Kaguya itu memberikan support padanya dengan cara mencari tahu senjata apa saja yang aku dan timku bawa. Kombinasi ketiganya bisa membuat aku sampai terdiam seperti ini.” Tuan Shin tersenyum tipis menggelengkan kepalanya.

Tuan Shin bangkit dari kursinya dan berdiri menghadap Tuan Okada, yang diikuti keenam anggota timnya. “Terima kasih karena telah mengundangku, Tuan Okada. Dengan begini, masalah kesalah pahaman ini tak perlu diperpanjang. Aku hanya akan mengawasi dan memberikan bantuan jika dibutuhkan.” Tuan Shin membungkukkan badannya, yang juga diikuti lagi oleh timnya. Dia bersama dengan timnya pun keluar ruangan setelahnya.

Tuan Okada menghembuskan napas lega. “Syukurlah, aku kira akan sulit untuk membuat Shin mau mengerti. Ternyata, hanya semudah ini. Aku sempat takut masalah ini akan jadi berlarut-larut dan tak menemui ujungnya.”

Mr. Y menatap Tuan Okada dengan tersenyum. “Selalu ada cara untuk membuat serigala membungkam mulutnya, Tuan.”

Tuan Okada tersenyum menatap ke tujuh anggota Troublemaker. “Aku apresiasi kalian karena tidak membawa senjata ke tempat ini. Meski membawanya sekalipun, aku tetap tidak mempersalahkannya karena kalian perlu senjata untuk melindungi diri.”

Bukannya tersenyum dipuji oleh Tuan Okada, Ogura justru menatap Tuan Okada dengan tatapan heran. “Jadi, kau percaya dengan perkataan kami tadi? Aku ucapkan terima kasih untuk itu. Tapi, aku minta maaf karena telah mengecewakanmu.” Ogura mengambil pisau lipat yang disembunyikannya di balik kaos kaki dan meletakkannya di atas meja.

Taka, Kuro, Kaguya, Asuka, Yume, dan bahkan Ame mengeluarkan senjata masing-masing yang disembunyikan mereka di balik kaos kaki dan meletakkannya di atas meja juga.

Taka mengeluarkan bagian selongsong pistolnya, kemudian memasukkannya lagi. “Hanya pembunuh bayaran bodoh yang tidak membawa senjatanya ke mana-mana.”

Melihat kelakuan mereka bertujuh, Mr. Y tertawa dan Tuan Okada mendesah karena tak percaya bahwa pujiannya diarahkan ke tempat yang salah. Harusnya, dia memuji tim Troublemaker karena telah berhasil membohongi Tuan Shin dan timnya.

***

Di basement Shigure Corperation tempat mini bus terpakirkan. Para anggota laki-laki menunggu di luar mini bus menunggu Asuka dan Yume yang sedang pergi ke kamar mandi. Ogura, Ame dan Kaguya bersandar pada badan mini bus, sementara Taka dan Kuro berdiri di hadapan ketiganya.

Ogura menyilangkan kedua tangannya di dada. “Jadi, Kaguya. Apa perlu aku beritahukan pada mereka apa yang telah kau lakukan semalam?”

Kaguya terkejut, langsung bangkit dari sandarannya dan menatap Ogura. “Kau tahu darimana soal itu? Seingatku, aku belum menceritakannya pada siapapun.”

“Pantas perempuan itu terus melirikkan matanya ke arahmu,” ucap Taka.

Kaguya menatap Taka dan melambai-lambaikan tangannya. “Tidak, tidak, tidak. Hubungan di antara kami berdua tidak sampai seperti itu. Lagipula, dia juga sudah tahu kalau aku mencintai perempuan lain.”

“Asuka, kan?” Ogura melirik Kaguya dengan tersenyum.

Kaguya terkejut, namun tetap bisa terlihat tenang. “Kau tahu darimana?”

Ogura sedikit tertawa. “Beberapa kali aku melihat apa yang Asuka lakukan terhadapmu. Seperti memukulmu untuk melampiaskan emosinya. Hal itu sama seperti yang pernah Kairi lakukan padaku. Katanya, begitulah cara perempuan mencintai laki-lakinya.”

Mendengar jawaban Ogura, Kaguya tersenyum, yang juga diikuti yang lainnya juga. Namun, Kaguya langsung menatap serius keempat rekannya secara bergantian. “Tapi, tolong tetap rahasiakan hal ini. Aku dan Asuka di sini untuk bekerja, tidak untuk melakukan hal semacam itu. Jadi … bisa kan kalian tetap tutup mulut?”

Serempak mereka berempat melakukan gerakan mengunci mulut dan membuang kuncinya sejauh mungkin. Namun tak seperti yang lainnya, Ame terlihat belum bisa mencernanya dengan baik. Baginya, masih ada sesuatu yang aneh antara Kaguya dan Asuka.

Meski takut mengungkapkannya, Ame memberanikan dirinya untuk bicara karena tahu Kaguya adalah orang yang baik, tidak mungkin mengejeknya seperti yang sudah Ogura sering lakukan terhadapnya. Dia menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan.

“Emm … Kaguya,” ucap Ame.

Kaguya yang sudah kembali bersandar pun menoleh ke arah Ame. “Ada apa, Ame?”

Ame menatap Kaguya dengan tatapan cemas. “Apa pekerjaanmu itu tidak jadi permasalahan bagi Asuka? Bagaimana pun juga pekerjaanmu itu bisa saja menyakiti hatinya.”

Ogura sedikit tertawa, lalu menatap ke arah Kaguya juga. “Pertanyaan menarik. Aku jadi mau ikut mendengarnya juga. Bagaimana bisa perempuan yang sangat membenci laki-laki bisa mencintaimu dan bahkan memaklumi pekerjaanmu?”

Kaguya tersenyum menatap ke atas. “Aku sendiri juga tidak tahu apa alasannya. Dia pernah ditugaskan untuk membunuhku, tapi aku selalu bisa lari darinya. Aku sama sekali tak pernah melawannya balik dan hanya menghindari serangannya saja.
Selama satu bulan terus seperti itu, sampai akhirnya dia menyerah dan tak pernah datang lagi. Saat itulah aku merasa kehilangan dirinya. Aku pun mulai menemuinya dan selalu memberinya sesuatu, terus seperti itu sampai tiga bulan. Hingga akhirnya dia luluh juga. Entah apa alasannya.”

Taka menatap ke arah Kaguya dengan serius. “Kalau dia dalam bahaya, tapi misi kita harus tetap berjalan. Mana yang akan kau pilih?”

Kaguya menatap balik Taka dengan tajam. “Aku akan menyelamatkannya.”

“Meski itu membahayakan misi, nyawamu dan nyawa rekan-rekanmu?” tanya Ogura.

“Kalian pergilah dan tinggalkan kami. Buat ulang rencana, karena itu pasti mudah bagimu.” Kaguya menatap sejenak Ogura, lalu menatap ke atas lagi. “Mati bersamanya jauh lebih baik daripada hidup tanpanya.”

Kuro memukul dengan pelan dada kiri Kaguya, sebagai tanda dia menghormati keputusan Kaguya itu. Sementara yang lainnya tersenyum, ikut menghormati keputusan Kaguya juga. Namun, suasana nyaman itu berubah menjadi kepanikan begitu Asuka dan Yume datang dari arah belakang, titik buta mereka berlima.

“Ayo, Yume. Segera berangkat ke markas. Kita berenam harus melatih Ame bertarung dan menggunakan senjata.” Ogura langsung masuk ke dalam mini bus, diikuti juga dengan yang lainnya. Sementara Ame terkejut dan hanya bisa pasrah.

Asuka yang berjalan paling belakang, membalap Kaguya yang berjalan di depannya. Begitu melewati Kaguya, dia memukul pelan dada kiri Kaguya tanpa mengatakan apapun dan masuk ke dalam mini bus terlebih dahulu. Di momen sepersekian detik itu, Kaguya bisa melihat jelas wajah Asuka yang dihiasi dengan senyumannya.

***

Di Blok basement yang berbeda, Mr. Y dan Kazuya sudah berada di dalam mobil mereka bersiap untuk pergi. Namun, tiba-tiba saja kaca di sebelah kiri Mr. Y diketuk seseorang dari luar. Begitu tahu kalau yang mengetuknya adalah Tuan Shin, Mr. Y menurunkan kacanya.

“Ada apa, Shin?” tanya Mr. Y.

Tuan Shin membungkukkan badannya dan menyandarkan kedua tangannya pada bagian bawah jendela mobil. Dia menatap Mr. Y dengan serius. “Aku belum bisa mempercayai mereka sepenuhnya, Y. Aku akan menyelidiki tentang mereka dan juga pemimpin ‘Black Mask’ The Grim Reaper. Kalau aku menemukan sesuatu, aku akan memberitahumu.”

Mr. Y menatap balik Tuan Shin dengan tersenyum. “Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan, Shin. Selama tidak mengganggu mereka menjalankan rencana.” Mr. Y menutup jendelanya, membuat Tuan Shin langsung menyingkir. Mr. Y dan Kazuya pun pergi dari sana.

Setelah Mr. Y pergi, Tuan Shin menghubungi Sagiri, salah satu anggota timnya yang sekaligus asisten pribadinya. “Setelah tiba di Kantor Pusat, kalian sudah bisa memulainya.”

Laksanakan, Tuan.

Bersambung.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro