Chapter 12: Pembagian Tugas
Pukul tujuh malam di Kasino Kota H. Tepatnya di jalan sempit yang ada di bagian belakang Kasino, pintu masuk para karyawan berada. Tak jauh dari pintu masuk, Kazuya dan Kaguya bersembunyi di samping tempat sampah. Keduanya sama-sama menggunakan alat komunikasi di telinga kanan mereka, berupa kepala headset berwarna hitam.
“Kenapa laki-laki besar itu belum keluar juga? Bukannya ini sudah jam masuk karyawan?” Kaguya terlihat kesal setelah mengintip dan Tora belum berjaga di depan pintu.
“Sebentar lagi juga dia keluar. Lagi pula, kenapa kau terlihat tidak sabar sekali untuk menyelesaikan tugasmu. Bukannya, tugasmu itu sebentar dan mudah?” Kazuya menoleh ke arah Kaguya yang masih mengintip.
Mendengar perkataan Kazuya, Kaguya menoleh ke belakang dan menatapnya dengan tajam. “Meski sebentar dan mudah, tapi tugas ini menjijikkan buatku. Kau mengerti? Atau mau bertukar tugas denganku?”
Kazuya langsung geleng-geleng kepala. “Tidak, tidak, tidak mau. Tugasku memang berjam-jam, tapi setidaknya aku tidak disuruh melakukan kontak langsung dengan laki-laki”
“Aku tidak pernah bilang ingin melakukannya. Aku terpaksa.” Kaguya bergumam di dalam hati, lalu memilih untuk mengintip kembali daripada meladeni perkataan Kazuya.
Di saat Kaguya mengintip lagi, Tora sudah berdiri di sana. Dia pun memberitahukannya kepada Ogura dan Asuka lewat alat komunikasi. “Target sudah dalam posisi. Amankan TKP.”
Di dua jalan menuju pintu masuk itu, Ogura dan Asuka tengah bersiap di posisinya masing-masing. Mereka bertugas untuk mencegah siapapun untuk lewat, karena mereka tidak mau adanya saksi mata yang dapat mengacaukan rencana.
“Siap,” ucap Ogura dan Asuka bersamaan di tempatnya masing-masing.
Setelah dirasa aman, Kaguya memulai aksinya. Dia berjalan menghampiri Tora layaknya seorang Yakuza yang sok jagoan. Begitu sudah berada di hadapan Tora, Kaguya langsung menepuk pundak Tora, yang tentu membuatnya terlihat agak risih.
“Apakah ini pintu masuk ke dalam Kasino? Aku dengar, kau ini mudah disogok. Jadi, biarkanlah aku masuk lewat sini karena aku tidak mau diperiksa oleh penjaga di depan.” Kaguya menunjukkan sebuah plastik kecil berisi tepung yang dikira oleh Tora adalah narkoba.
Tora langsung mendorong Kaguya dengan tangan kanannya. “Pergilah. Aku tidak tahu kau mendengarnya dari siapa, yang jelas berapapun kau membayarku aku tidak akan pernah mengizinkanmu masuk membawa barang itu.”
Kaguya mengangkat kedua tangannya sampai sepundak dan menatap Tora dengan tersenyum. “Ayolah … bisa kita menjadi sahabat sebentar? Aku membutuhkan barang ini agar merasa lebih tenang di saat bermain.”
Tora menjulurkan pendeteksi logam ke hadapan wajah Kaguya dengan tangan kanan dan menatapnya dengan tajam. “Pergilah sebelum aku menggunakan cara kasar.”
“Izinkanlah aku masuk sebelum aku melakukan ini.” Dengan cepat Kaguya menjentikkan jari tangan kanannya tepat di hadapan kedua mata Tora, yang langsung membuatnya jatuh tersungkur tak berdaya dan menimbulkan suara yang cukup keras saat badannya membentur tanah.
“Suara apa itu?” tanya Ogura, Asuka, dan Kazuya serempak.
“Gajah ambruk,” jawab Kaguya. Kaguya pun dapat mendengar suara tawa dari beberapa rekannya melalui alat komunikasi.
Kazuya menghampiri Kaguya yang tengah duduk bersimpuh di sebelah tubuh Tora. “Kau sedang apa?” tanyanya heran.
Kaguya melirik sejenak ke arah Kazuya, lalu menepuk pundak Tora. “Aku ingin memberikan sugesti padanya. Kau masuk saja, lakukan tugasmu.”
Sementara Kaguya melakukan tugasnya yang tersisa, Kazuya melapor kepada Ogura. “Target sudah dilumpuhkan. Aku sudah bisa masuk ke dalam.”
“Iya aku sudah tahu. Gajah ambruk itu siapa lagi kalau bukan targetnya. Lakukan tugasmu dengan baik Kazuya. Ingat, selain aku menugaskanmu untuk menyelundupkan alat komunikasi dan ‘The Worst’ milik Ame, aku ingin kau beradaptasi menjadi bandar poker dan memahami situasi di sekitarmu. Salahlah sebanyak mungkin hari ini, tapi besok aku akan membunuhmu kalau kau salah sekali saja.”
Kata-kata Ogura membuat Kazuya terdiam. Konsentrasinya yang sebelumnya masih beberapa persen, kini memuncak hingga seratus persen. Setelah melihat apa yang Ogura dan Taka lakukan di restoran tadi siang, Kazuya pun berpikir dua kali untuk menghiraukan ancaman Ogura tersebut.
Kazuya masuk ke dalam Kasino, tapi tugas mereka belum selesai. Kaguya masih memberikan sugesti kepada Tora sebelum menyadarkannya dari hipnotis.
“Berapa lama lagi, Kaguya?” tanya Ogura.
Kaguya tak menjawab pertanyaan Ogura, tapi Ogura dan semua anggota Troublemaker bisa mendengar dengan jelas setiap perkataan yang sedang Kaguya katakan saat ini.
“Dengarkan perkataanku baik-baik. Saat hitungan ketiga, kau harus melupakan segala hal yang terjadi dalam sepuluh menit terakhir. Saat hitungan keenam, kau harus melupakan wajah setiap laki-laki yang kau temui hari ini. Dan dalam hitungan kesepuluh, kau akan terbangun dan merasa lebih rileks dari sebelumnya.” Setelah memberikan sugesti, Kaguya menepuk pundak Tora lagi.
Kaguya pun berdiri, melangkah mundur pelan-pelan dan mulai menghitung dari satu sampai sepuluh dengan perlahan. Karena jaraknya yang semakin jauh seiring dengan hitungannya, Kaguya mengeraskan suaranya.
Begitu sampai di hitungan kesepuluh Kaguya berteriak, “Sepuluh!” Kemudian lari sekencang-kencangnya seperti dikejar anjing. Kelakuan Kaguya itu membuat rekan-rekannya tertawa, meski hanya bisa mendengar suaranya saja.
***
Esok paginya di markas Troublemaker. Waktu menunjukkan pukul sepuluh. Mereka berkumpul di tempat rapat. Ogura berdiri di depan papan tulis, sementara Kuro, Taka, Ame, Kaguya, Asuka, dan Yume duduk di hadapan meja poker berurut dari kiri ke kanan.
“Malam ini kita akan membobol sistem pertahanan Kasino langsung ke akarnya. Kalau kita gagal malam ini, itu artinya ucapkan selamat tinggal pada turnamen poker dan kita terpaksa mencari cara lain. Jadi, aku harap kalian mendengarkan baik-baik rencana yang akan aku jabarkan saat ini.” Ogura menatap dengan tajam ke arah mereka berenam.
Kuro, Taka, dan Asuka terlihat tetap tenang. Sementara Kaguya, Ame, dan Yume terlihat agak gugup karena berbagai alasan.
"Aku mendengar ancaman yang Ogura katakan pada Kazuya semalam, karena alat komunikasiku dengan Kazuya itu pararel, tidak seperti yang lainnya. Aku cukup terkejut mendengarnya, tapi aku lebih terkejut lagi saat melihat Kazuya terdiam dan langsung serius menjalankan tugasnya. Aku tidak bisa bayangkan kalau aku di posisi Kazuya bagaimana.” Kaguya menelan ludahnya begitu membayangkan kejadian semalam.
“Kalau aku gagal meretas, kalau tiba-tiba laptopku mati, kalau baterai alat ciptaanku habis, kalau ‘The Worst’ rusak, maka kita semua akan gagal. Bagaimana ini?” Kedua tangan Ame bergetar saat berbagai pikiran negatif hinggap di kepalanya saat ini.
“Kenapa harus melakukan rencananya di malam hari? Kalau melihat hal yang aneh-aneh bagaimana?” Yume membayangkan setiap hal menakutkan yang pernah terjadi padanya.
Ogura menghapus bagian rencana yang sudah mereka lakukan sebelumnya, lalu menggambar tiga buah kotak dan memberikannya nama. Kotak pertama yang terletak di paling atas bertuliskan “Racun”, kotak kedua di bawahnya bertuliskan “Penawar”, dan kotak ketiga di paling bawah bertuliskan “Virus”.
Ogura menunjuk kotak pertama. “Racun. Kaguya dan Kuro. Kalian berdua bertugas memasangkan ‘The Worst’ pada tempat yang sudah ditentukan. Kaguya akan mengeksekusinya, sementara Kuro yang bertugas menjaga situasi. Kalau ada sedikit saja yang mencurigakan, langsung katakan pada Kaguya, Kuro.” Ogura menatap ke arah Kuro, yang langsung direspon anggukkan kepala olehnya.
Ogura menunjuk kotak kedua. “Penawar. Aku dan Taka. Kita berdua akan menyamar sebagai teknisi yang berpura-pura memperbaiki kerusakan yang ‘The Worst’ sebabkan. Mekanik tak pernah diperiksa terlebih dahulu, karena memang semua peralatannya terbuat dari besi. Itu sebabnya, aku akan membawa … Ame, cepat beri nama alat itu biar lebih mudah dibedakan dan disebutkan.” Ogura menatap ke arah Ame, menunggu jawaban darinya.
Ame terkejut begitu Ogura memerintahkannya, membuatnya bingung dan tak tahu harus memberi nama apa untuk alatnya. Namun, tiba-tiba sebuah nama terbersit di kepalanya. “Ah, Bad Boys!” ucapnya menatap Ogura dan mengangkat telunjuknya.
Semuanya terkejut dengan nama aneh yang diberikan Ame, terkecuali ….
“Aku akan membawa ‘Bad Boys’ di dalam tasku. Kalau mereka menggeledah tasku dan bertanya apa itu, aku sudah tahu akan menjawab apa.” Ogura terlihat acuh dan tak peduli dengan nama aneh yang diberikan Ame.
Refleks, Taka dan Kaguya yang duduk di sebelah Ame menepuk pundaknya seakan mengirim rasa prihatin mereka lewat tindakan, bukan kata-kata. Tapi, Ame tentu tidak mengerti apa maksudnya.
Ogura menunjuk kotak ketiga dan melanjutkan penjelasannya. “Virus. Ame, Yume, dan Asuka. Selama Ame melakukan tugasnya, kau harus melindunginya Yume. Sementara Asuka, menjaga situasi di luar Kasino. Laporkan padaku jika kau melihat ada hal yang mencurigakan. Kaguya bilang, kepekaanmu terhadap situasi itu luar biasa.”
Begitu mendengar perkataan Ogura, Asuka langsung melirik ke arah Kaguya yang duduk di sebelah kirinya. Namun, begitu Kaguya menoleh ke arahnya dan tersenyum, dia langsung memalingkan wajahnya.
“Sampai di sini ada pertanyaan?” Ogura menatap ke arah mereka satu-persatu sambil berharap tak ada yang bertanya, karena dia merasa agak malas menjawabnya.
Kuro yang terkenal diam, tiba-tiba mengangkat tangannya yang langsung membuat semua perhatian tertuju padanya. “Hanya ada satu pertanyaanku. Bagaimana caramu mendapatkan peralatan teknisi? Kalau membuatnya sekarang, tidak akan sempat. Belum lagi, pihak Kasino tidak akan semudah itu percaya dan membiarkanmu masuk.”
Pertanyaan Kuro, membuat Ogura tersenyum dan langsung berjalan menghampiri Ame. Begitu sudah ada di belakang Ame, dia pun merangkulnya dan menatap ke arah Kuro. “Buat apa kita punya hacker terhebat di Arufabetto, kalau kita tidak pernah menggunakan kemampuannya? Ame akan mencari perusahaan penyalur jasa apa yang bekerja sama dengan Kasino itu, lalu setelah menemukannya dia akan membuat Kartu Identitas Pekerja palsu yang sama persis dengan yang dibuat perusaahaan itu. Bagaimana Ame, kau bisa melakukannya?” Ogura menoleh ke arah Ame, yang membuat wajah keduanya berjarak sangat dekat.
Ame mengepal tangan kanannya, menganggukan kepala dan menatap ke atas. Pertanda bahwa dia sangat semangat melaksanakan tugas yang diberikan oleh Ogura.
Ogura melepas rangkulannya dari Ame, lalu menatap Kuro kembali dengan tajam. “Kalau soal peralatan teknisi, kita akan mendapatkannya nanti sore. Dan kau lah yang akan menjadi kunci keberhasilannya.” Ogura menunjuk Kuro dan tersenyum lebar, yang langsung membuat Kuro menjadi pusat perhatian yang lainnya juga.
Bersambung.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro