Chapter 11: Predator
Sore hari setelah menjalankan tugasnya berinteraksi selama satu hari penuh bersama Tora, Kaguya bersama dengan Yume, Kuro dan Youu kembali ke markas. Tak seperti Kaguya, Yume dan Youu yang berjalan menuju tempat rapat, Kuro justru melipir ke arena bowling dan langsung membaringkan badannya di atas jalur bowling. Tentu mereka bertiga melihat hal itu, namun tak ada yang berani bertanya ataupun menegur Kuro.
Begitu ketiganya sampai di tempat rapat, mereka hanya bertemu dengan Ame yang sedang asik di depan laptopnya dan masih duduk di kursi yang sama, sementara Ogura, Taka dan Asuka tidak diketahui keberadaannya. Kaguya pun duduk di sebelah kanan Ame, Youu di sebelah kiri Ame, sementara Yume duduk di sisi pinggir kiri sibuk dengan ponselnya.
Kaguya menyandarkan kepalanya pada bagian atas sandaran kursi. “Ah … lelahnya. Mimpi apa aku semalam sampai ditugaskan melakukan hal semacam itu?”
Mendengar keluhan Kaguya, Youu sedikit tertawa, sementara Ame terlihat bingung. Ame mau menanyakannya pada Kaguya langsung, namun saat dirinya melihat Kaguya kelelahan, dia pun merasa tidak enak dan pada akhirnya memilih bertanya kepada Youu.
“Tugas yang diberikan Ogura bukannya cukup mudah untuk dilakukan? Kenapa dia sampai terlihat muram dan kelelahan seperti itu? Apa terjadi sesuatu?” Ame menatap Youu dengan ekspresi bingung yang bercampur penasaran.
Youu menghentikan tawanya dan menoleh ke arah Ame. “Seharian ini, dia benar-benar melakukan interaksi dengan Tora dan melakukan penyamaran agar Tora tidak curiga. Terhitung, dia sudah lima kali berganti penampilan saat melakukan tugas tadi. Jadi, kau bayangkan sendiri saja bagaimana lelahnya.”
Kaguya bangkit dari sandarannya, lalu memegang kepalanya dengan kedua tangannya yang berpangku pada meja. “Aku ingin sekali menghilangkan sosok laki-laki itu di dalam benakku, tapi kalau aku lakukan hal itu, semua yang kulakukan hari ini akan sia-sia. Itu sebabnya kenapa aku tetap diam dengan kemampuan hipnotisku karena pasti aku akan mendapatkan tugas semacam ini. Kenapa tadi aku keceplosan?”
Sontak, Ame langsung berusaha menahan tawanya dengan menutup mulutnya. Namun, dia tak bisa menahannya dan tawanya pun keluar cukup keras, sehingga bisa didengar oleh Kuro yang langsung terbangun menatap ke arah tempat rapat sejenak dan kembali tidur lagi.
Mendengar tawa Ame, Kaguya justru tidak marah. Dia malah ikut tertawa juga karena melihat Ame tertawa dengan riangnya. Bahkan, Youu yang sudah menghentikan tawanya pun ikut tertawa lagi.
“Kalian bertiga jangan berisik,” ucap Yume dengan senyuman manisnya.
Mereka bertiga secara otomatis berhenti tertawa begitu ditegur oleh Yume. “Maaf,” ucap ketiganya dengan pelan karena masih tersipu dengan senyuman Yume.
Kaguya menatap ke arah Youu. “Bagaimana? Apa atasanmu sudah memberi izin kalau Kazuya akan menggantikan posisimu selama dua hari ini?”
Youu menatap balik Kaguya sejenak dan menganggukkan kepalanya. “Aku sudah meminta izin untuk tidak masuk dengan alasan merawat ibuku yang sedang sakit. Aku bilang kalau aku menunjuk saudaraku sebagai penggantiku. Jadi, Kazuya hanya tinggal membawa Kartu Identitas Pekerja milikku dan bisa langsung mulai bekerja.”
Mendengar jawaban Youu, Ame merasa agak khawatir dengan alasan yang diberikan olehnya. “Apa tidak masalah membawa nama ibumu dalam hal ini?”
Youu menatap Ame dengan tersenyum. “Ibuku sudah meninggal, Ame.”
Timbul suasana canggung setelah Youu jujur mengenai ibunya. Karena tak tahu harus apa, Ame langsung kembali menjalani rutinitasnya di depan laptop. Membuat Youu dan Kaguya merasa penasaran dengan apa yang sedang dilakukannya.
“Tugas dari Ogura?” tanya Kaguya.
Ame menganggukkan kepalanya. “Ogura menyuruhku mencari data-data setiap orang yang mengikuti Turnamen Poker di Kasino Kota H selain Otawara Shinji. Aku sudah mengetahui siapa saja yang ikut, tapi belum selesai mengumpulkan data tentang mereka.”
“Ah … turnamen itu, ya? Kabarnya, pemilik Kasino sampai mempekerjakan tenaga ekstra agar acara itu berjalan dengan lancar. Karena memang, kabarnya akan ada banyak tamu yang datang hanya untuk menonton turnamen amal itu. Bahkan, kami para bandar akan mendapatkan bonus.” Youu menyatukan kedua tangannya dan terlihat sangat bersyukur.
Kaguya memangku kepalanya pada tangan kanannya dan menatap ke depan. “Mengetahui keterlibatan Otawara Shinji dengan cara seunik itu. Sepintar apa dia kira-kira?
***
Dua jam sebelumnya di sebuah restoran bintang lima, Taka dan Ogura sedang mengadakan pertemuan dengan Mr. Y yang ditemani oleh Kazuya di sisinya. Sementara Mr. Y memakan hidangannya, Taka dan Ogura yang duduk di hadapannya hanya terdiam memandanginya. Taka terlihat santai, sementara Ogura terlihat agak jengkel.
Mr. Y membersihkan mulutnya dengan serbet, lalu meletakkan serbetnya di atas meja. “Aku sudah mengerti rencanamu dan caramu mengeksekusinya. Yang jadi pertanyaanku adalah, apakah hal itu bisa dilakukan? Aku bukannya meragukan kemampuanmu, tapi hal itu sulit diterima oleh nalarku.”
Ogura memajukan badannya, menyilangkan kedua tangannya di atas meja dan menatap Mr. Y dengan tajam. “Kau pernah berada di Angkatan Udara sebagai pilot pesawat tempur. Otot di jari-jarimu dan urat di telapak tanganmu, telah menunjukkannya padaku.”
Adrenalin Mr. Y tersentak. “Lalu, kenapa kau bisa menyimpulkan kalau aku ini mantan pilot pesawat tempur hanya dari ciri-ciri itu?”
Ogura tertawa kecil, mengambil garpu di dekatnya dan menunjuk Mr, Y dengan garpu itu. “Dengan otot jari-jari dan urat di telapak tanganmu yang seperti itu, menyimpulkan bahwa kau selalu memegang setir. Tapi, kalau hanya dengan menyetir mobil tidak mungkin sampai seperti itu. Kau pasti menarik, mendorong, bahkan melakukan manuver dengan setir itu.”
Mr. Y yang kini tertawa setelah mendengar hipotesa Ogura yang menurutnya belum benar-benar menjawab pertanyaannya. “Pilot di pesawat biasa juga memiliki ciri-ciri semacam itu, bukan? Tak hanya pilot pesawat tempur saja.”
Ogura tetap menunjuk Mr. Y dengan garpunya, lalu mengambil sendok dengan tangannya yang lain dan menunjuk Mr. Y dengan sendok itu. “Pilot biasa tidak mungkin berada di posisimu. Hanya pensiunan tentara lah yang mau melakukan seperti yang sedang kau lakukan saat ini. Melindungi negara dari balik bayang. Pilot biasa lebih memilih menikmati masa tuanya bersama keluarganya di rumah. Jadi, apa dugaanku itu benar?”
Mr. Y menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tersenyum, kemudian menatap Ogura. “Kau baru duduk di hadapanku selama lima belas menit. Kalau kau duduk di hadapanku selama satu jam lebih, mungkin akan ada banyak hal yang bisa kau ketahui dariku. Kalau sudah begini, tidak ada alasan lagi bagiku untuk tidak mempercayai metodemu. Aku akan mendapatkan kursi untukmu di meja itu, kebetulan dua di antara sembilan peserta adalah rekanku. Dua hari sebelum turnamen, aku akan berikan uangnya padamu.”
Ogura mengembalikan garpu dan sendok di tangannya ke tempat semula, lalu bangkit dari kursinya yang juga diikuti oleh Taka. “Baiklah. Kalau begitu, aku dan Taka undur diri.” Ogura dan Taka membungkukkan badannya sedikit, kemudian melangkah pergi.
“Tunggu.” Mr. Y memanggil Ogura dan Taka yang baru mau melangkahkan kakinya.
“Ada apa?” tanya Ogura.
Mr. Y menatap Ogura dengan tatapan datar. “Kalian membawa senjata di pertemuan ini yang membuatku agak tersinggung. Padahal, aku saja tidak membawa senjata apapun.”
Mendengar sindiran Mr. Y itu, Taka langsung berdiri menghadap Mr. Y dan menatapnya dengan tajam. “Kau memang tidak membawa senjata, tapi Kazuya membawanya. Dua pistol dan empat pisau. Sisi kanan pinggang, paha kiri, lengan baju kiri dan kanan, dan di balik kaos kaki kiri dan kanan. Terlebih lagi, seharusnya kami yang tersinggung. Buat apa menyiapkan shotgun di balik meja? Takut kami berkhianat?”
Ogura menepuk pundak Taka dan tersenyum lebar menatap Mr. Y. “Bukan itu yang paling penting untuk ditanyakan, Taka. Kau salah. Ada yang jauh lebih penting yang sebaiknya kita tanyakan padanya.”
Mr. Y, Kazuya, dan Taka menatap Ogura dengan tatapan serius. Ditatap seperti itu oleh ketiganya, Ogura melepaskan tangannya dari pundak Taka, melihat ke sekelilingnya dan menatap Mr. Y setelahnya. “Mau sampai kapan kalian berpura-pura!” seru Ogura lantang.
Suara lantang Ogura dapat didengar seluruh orang yang ada di restoran saat ini. Namun, mereka semua tidak menatap ke arah Ogura setelahnya, sebagaimana mestinya reaksi orang ketika terkejut mendengar suara keras. Mereka menghentikan aktivitas masing-masing dan menundukkan kepala, yang langsung membuat restoran itu seketika hening.
Mr. Y tertawa dan menggelengkan kepalanya, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja Ogura lakukan. “Luar biasa. Dengan mudahnya, ular mengetahui keberadaan musuhnya. Dan dengan mudahnya juga, elang mengetahui seberapa kuat musuhnya. Aku tak bisa membayangkan bagaimana jika kalian berdua bekerja sama, ya?” Mr. Y menatap Ogura dan Taka, lalu menepuk tangannya sebanyak tiga kali.
Sontak, semua orang yang ada di ruangan besar ini bangkit dari kursinya masing-masing dan melangkah pergi meninggalkan ruangan. Menyisakan Mr. Y, Kazuya, Ogura dan Taka saja. Melihat kondisi itu, tentu membuat Ogura dan Taka tidak senang. Seakan, Mr. Y menaruh opsi tidak percaya pada mereka.
Ogura mengambil sebuah pisau yang disembunyikannya di sisi kiri bagian dalam jaketnya, lalu melemparkannya ke atas. “Aku tidak tahu apa tujuanmu. Tapi, kalau kau menjadikan kami bertujuh musuhmu. Kita sudah sama-sama tahu siapa yang akan dimakamkan dan siapa yang akan mengunjungi makamnya.” Pisau yang dilemparkan Ogura mendarat tepat di sela-sela garpu yang sempat digunakanya untuk menunjuk Mr. Y tadi. Setelah pisau itu mendarat, Ogura dan Taka keluar dari restoran itu.
Kazuya langsung mencabut pisau Ogura dan memasukkannya ke dalam kantong jas. “Kalau mereka berdua bekerja sama, apa yang kira-kira akan terjadi menurutmu?”
Mr. Y mengambil shotgun yang direkatkan dengan lakban olehnya di balik meja. “Bukan hanya mereka berdua. Kalau semua anggota ‘Troublemaker’ bekerja sama dan berniat untuk menyerangku balik, aku yakin aku akan tewas hanya dalam waktu dua bulan atau mungkin lebih cepat dari itu.”
***
Sementara itu, Ogura dan Taka berada di stasiun bermaksud kembali ke markas. Keduanya berdiri bersebelahan dan sama-sama menginjak garis batas aman. Keduanya juga sama-sama menatap ke depan dengan tatapan datar.
Taka melirik sejenak ke arah Ogura. “Bagaimana caramu mengetahui kalau mereka semua hanyalah orang-orang Mr. Y? Aku hanya melihat beberapa orang yang mencurigakan, tapi ternyata malah semuanya.”
Ogura sedikit tertawa mendengar pertanyaan Taka. “Lima belas menit kita duduk di sana dan selama itu pula tak ada satupun yang berlalu lalang selain pelayan. Tak ada yang pergi dan tak ada yang datang. Tak hanya itu, beberapa kali aku menangkap tatapan beberapa orang melirik sejenak ke arah kita. Untuk apa? Karena warna rambut kita berdua yang unik? Atau karena kita berdua orang yang berbahaya? Jadi, aku ambil langkah nekad tadi untuk memastikan hipotesa. Dan ternyata, aku mendapatkan hasil yang paling memuaskan.”
Ogura puas tertawa mengingat hal yang baru saja terjadi di restoran tadi, sementara Taka hanya tersenyum sejenak setelah mendengarkan ucapan Ogura. Beginilah jadinya jika Ular dan Elang bekerja sama, bukan saling memangsa satu sama lain.
Bersambung.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro