Chapter 64
Aku sudah melakukan tugasku, apa semua akan baik-baik saja?
Pastinya akan seperti apa, serahkan saja pada Long Jun yang kini baru saja bergabung dengan lainnya. Duduk, menegak teh dengan santai, memandang setiap dari mereka yang hadir dengan tatapan tak bisa diartikan.
"Aku sudah menjelaskan semuanya pada Cheng Yuan dan Yue Hua."
"Tian Di yakin cara ini akan berhasil?" tanya Wen Rou.
"Kita akan tahu nanti."
"Apa perlu bagiku dan Zhen Xi turun kembali membantu Cheng Yuan?" tanya Ding Bei.
"Tentu, kali ini bawa pasukan langit lebih banyak dari sebelumnya," jawab Long Jun.
"Jadi kali ini ... Tian Di benar-benar akan turun langsung melawan Zhao Yong?" tanya Yang Jian yang terkesan menyela.
"Hmm ... aku harus mengakhiri semuanya jika ingin mengembalikan kedamaian untuk seterusnya."
"Tian Di akan membunuhnya ... kali ini?"
Sejenak, pertanyaan Ta Hai mendiamkan semua orang yang hadir. Begitu angin menerobos masuk, memenuhi ruangan paviliun, menyentuh lonceng yang tergantung. Barulah, semua kembali ke semula, memandang lekat Long Jun.
"Apa yang buruk harus disingkirkan, apa yang baik harus dipertahankan. Jika dengan menyingkirkannya adalah yang terbaik ... maka akan kulakukan."
"Itu berarti, Tian Di masih ragu akan memusnahkannya atau tidak, bukankah begitu?" tanya Wen Rou.
Long Jun tersenyum, senyum yang tidak dipahami semua orang dan tidak ada pula yang berani menanyakan arti dari balik senyuman itu.
"Tian Di adalah Tian Di, tentu akan melakukan yang terbaik." Zhen Xi mengutarakannya dengan senyuman hangat.
"Kali ini, kalian lakukan seperti sebelumnya ... jaga alam kalian masing-masing. Biarkan aku dan pasukan kunlun yang melawan Zhao Yong."
"Apa Tian Di merasa, Zhao Yong akan kembali menyerang dengan cara sebelumnya?" tanya Ta Hai.
"Aku hanya merasa, dia akan melakukan hal lainnya untuk menghentikan sesuatu yang akan menguntungkan diriku."
"Tian Di, bukankah akan lebih baik jika kami semua ikut membantumu alih-alih menjaga tempat kami?" Jiang Zhong jelas tak setuju, ada semacam sikap ingin membantah dari pancaran kedua matanya. Namun, diurungkannya.
"Aku tahu kalian semua khawatir, tapi dengarkan aku ... aku tahu apa yang harus kulakukan."
Long Jun kemudian mengajak semuanya bersulang, menikmati teh dengan raut santai, tapi dengan mata penuh kekhawatiran. Kekhawatiran yang mungkin hanya Wen Rou dan Ta Hai saja yang melihat. Terbukti dari kebersamaan mereka setelah yang lainnya pergi.
"Katakan."
"Apa maksudmu, Wen Rou ...? Aku sudah mengatakan apa yang ingin kukatakan tadi."
"Kau pikir bisa membohongi kami? Katakan, apa yang mengganggumu," tambah Ta Hai.
Long Jun menatap keduanya bergantian, bangun dari duduknya menuju halaman depan, melihat angin yang menggerakkan pohon bonsai lengkap dengan suara lonceng yang terus saja bergemerincing.
"Perang kali ini tentu akan lebih besar dari sebelumnya, bagaimana bisa diriku tidak khawatir?"
"Zhao Yong ... jika kau gagal menggoyahkan hatinya, apa mungkin kau ...?" Wen Rou serius memandang Long Jun yang juga memandang dirinya.
"Tidak ...! Long Jun, kau tidak bisa melakukan itu," tegas Ta Hai.
"Jika dengan menghentikan degupan jantungku bisa memberikan kedamaian, kenapa tidak?"
"Kau ... sungguh akan melakukan hal itu?" tanya Wen Rou, memastikan.
"Sudah kuputuskan, jadi berhentilah mengatakan apa pun."
"Long Jun!" teriak Ta Hai tak terima akan keputusan itu.
"Aku adalah Tian Di ...! Bukan hanya Long Jun Sang Dewa Perang lagi," tekannya.
"Maka biarkan aku membantumu ... setidaknya biarkan aku membantumu kali ini, aku tidak ingin melihat kalian ...."
Wen Rou memalingkan tubuhnya, tak lagi sanggup menyelesaikan perkataan dengan setetes air mata meluncur. Dengan sekuatnya, dirinya menahan tangis. Sementara Ta Hai, memutuskan meninggalkan keduanya.
"Wen Rou, Alam Binatang membutuhkanmu. Dengan adanya dirimu alam itu akan berjalan baik maka ... itu sudah banyak membantuku."
Long Jun menghampiri, menepuk kuat bahu Wen Rou. Keduanya berdiri berdampingan, merasakan embusan angin yang menggerakkan awan putih sebelum akhirnya saling bertukar pandang, tersenyum memperlihatkan deretan gigi rata dengan mata terhiasi kristal bening.
"Keberadaanmu akan selalu menjadi pertolongan bagiku, karena itu ... Wen Rou, lakukan seperti yang kurencanakan. Apa kau mengerti?"
"Kau juga ... kuatlah dan hentikan Zhao Yong untuk bertindak lebih. Akan kunanti hasil terbaik untuk kalian, tidak peduli apa pun hasilnya. Jadi, lakukan yang terbaik karena kita ... akan selalu menjadi saudara."
Sementara di lain tempat, tempat yang awalnya hanya berupa kamar pribadi. Namun, kini berganti menjadi penjara, setidaknya bagi Yue Hua yang terduduk, tenggelam dalam pikiran. Terbangun dari lamunan begitu menyadari sosok Paman Ming berdiri di hadapannya.
"Apa yang kalian rencanakan lagi kali ini?"
"Dunia ini tak selalu berjalan sesuai apa yang kau inginkan, begitu pula aku."
"Karena itu, Paman bersedia bergabung dengannya? Membantunya?"
"Jika tidak, maka aku tidak bisa dekat denganmu."
"Jadi, Paman juga percaya bahwa aku reinkarnasi Ayong?"
"Bahkan jika bukan, aku akan tetap memperlakukanmu sebagai Ayong."
"Paman, jangan jadikan diriku sebagai alasan. Paman sama saja seperti Zhao Yong, mengaku semua demi kemarahan hati, melampiaskan. Padahal, dalam hati kalian sudah dipenuhi keserakahan untuk menguasai dunia."
"Tidak peduli apa yang kau lihat atau pikirkan mengenai kami, tapi kau perlu tahu bahwa kami tidak akan menyakitimu."
"Kami ...?" Yue Hua tertawa keras, menggeleng-geleng tak percaya akan apa yang didengarnya. "Paman bahkan sekarang tidak lagi ragu memanggil kata 'kami'?" Tawa mereda, mata malah berkaca-kaca.
"Istirahatlah, jangan pikirkan apa pun."
"Paman! Aku ingin keluar, kembali ke alam diriku seharusnya. Bantu aku jika Paman memang berpikir demi kebaikanku."
"Bagiku, saat ini hanya tempat ini yang bisa melindungimu."
"Jadi ... benar-benar akan terjadi perang besar-besaran kali ini?"
"Perisai itu hanya Zhao Yong seorang yang bisa menghilangkannya. Istirahatlah," ujar Paman Ming, jelas tak ingin mengatakan apa-apa lagi, melangkah pergi.
"Paman! Kau yakin akan sepenuhnya setia padanya?"
"Aku mengenal Zhao Yong sejak lama, awalnya tidak ingin, tapi ... sekarang aku adalah iblis bukan lagi Ming Chou dari Alam Roh. Bahkan jika diriku keluar dari tempat ini, Alam Roh tidak akan menerima diriku lagi dan alam lain akan memperlakukan hal yang sama padaku."
"Maka ... hubungan baik kita akhiri saja. Aku tidak ingin melihatmu, diriku tidak akan menganggapmu sebagai orang terdekatku lagi."
"Tidak peduli bagaimana kau membenciku, aku tetaplah Paman Ming yang sama. Setidaknya untukmu, Yue Hua."
Paman Ming melangkah keluar, setetes air jatuh dari kelopak matanya. Menghantam permukaan bersamaan dengan suara gemuruh saat ini. Gemuruh yang kuat bersamaan angin kencang. Namun, tak ada awan hitam atau tanda-tanda akan hujan. Sontak, semua orang-orang dari berbagai alam keluar, menengadah yang mengundang ketakutan kembali.
Lain halnya dengan Alam Manusia, kini malah tampak sepi seolah tak berpenghuni. Hanya terlihat Ding Bei dan Zhen Xi lengkap dengan pasukan langit berbaju zirah perak dengan jubah putih mengelilingi setiap kota dan desa sekitar.
"Apa cara ini benar untuk dilakukan, Taizi?"
"Jenderal, aku tahu kau pasti merasa buruk akan sikap lepas tangan ini, tapi ...! Ini akan membantu keselamatan banyak orang. Mari percayakan semuanya pada Alam Langit ... mari tunggu setelah kekacauan selesai."
"Kita akan kembali bertugas sepenuhnya begitu peperangan selesai. Saat itu, kalian bisa bekerja keras menggantikan perasaan buruk kalian saat ini," tambah Yuan Feng.
"Kami akan menerima perintah sepenuhnya!" teriak semua prajurit bersamaan.
Cheng Yuan hanya tersenyum dengan tangan terkepal erat, mata memancarkan sorot penuh keyakinan juga ketakutan. Ketakutan yang tak bisa ditunjukkan pada semua orang, menyembunyikan ketakutan tersebut dengan senyuman palsu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro