Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ʟɪᴍᴀ

"ɪғ ʏᴏᴜ ʜᴀᴅ ᴛʜᴇ ᴄʜᴀɴᴄᴇ
ᴛᴏ ᴄʜᴀɴɢᴇ ʏᴏᴜʀ ғᴀᴛᴇ, ᴡᴏᴜʟᴅ ʏᴏᴜ?"

《》

Nana mendapati pemandangan aneh saat memasuki ruangan Klub Voli. 

"Kenapa lagi nih?"

Suna, yang terlihat tak terlalu hiperbola, menunjuk tepat pada figur Osamu yang tengah dikelilingi teman satu timnya. "Dapet beasiswa."

Gadis itu menatap ragu, "yang ke Amerika itu?"

"Iya." Suna dan Nana sama-sama terdiam lama. Saat laki-laki itu ingin bertanya, tatapan mata Nana  seakan menjelaskan semuanya. "Eh, maaf."

"Kenapa minta maaf?"

"Lupa."

Seakan bisa berbicara tanpa mengatakan yang sebenarnya, Nana  mengerti kenapa Suna melemparkan permintaan maaf yang ia rasa tak seharusnya. "We're nothing anyway."

"Justru dengan kamu ngomong kayak gitu malah memperjelas that you two had a thing."

Ditengah perbincangan seru, Atsumu menyadari kehadiran gadis itu. "Wey, mbak manajer baru dateng nih. Masa nggak ngasih selamat?"

"'Samu!" Nana sedikit berlari menyadari dirinya menjadi pusat atensi. Satu tangan bergerak menepuk pundak, raut bahagia sama sekali tak terlihat dibuat-buat. "Selamat ya!"

Ruangan yang semula bising kini menjadi hening, seakan semua penghuni benar-benar memusatkan atensi pada dua orang yang tengah berinteraksi. Osamu menatap datar, mulutnya berkata setengah hati. "Ya."

"Apaan masa 'ya' doang?" Atsumu, yang tak ada hubungannya sama sekali malah bertingkah seolah dirinya yang paling tersakiti. 

"Kalau aku sih bakal bilang makasih, terus meluk lah dikit."

Osamu tersenyum miring, "oh gitu? Dapet beasiswa juga nggak kamu? Enggak ya? Kasian."

"Hah?!" 

"Udah ah berisik!" Ginjima yang terlihat sedang sakit sedikit mengeratkan jaket yang ia kenakan, "pokoknya latihan hari ini libur."

"Yaudah, skuy main PS dirumah mbak manajer."

"Yok."

"Mau goput atau masak bareng kayak biasa?"

Ginjima menatap bete, "latihan diliburin tuh biar kalian bisa istirahat. Malah pada kumpul-kumpul."

Nana melayangkan pandangan skeptis, "jadinya Kapten ikut nggak?"

"Ya ayok."

Suara-suara aneh yang dengan tujuan menghina Ginjima mulai menguar ke seluruh penjuru ruangan, Sang Kapten hanya memasang cengiran kuda tanpa merasa berdosa.

"Banyak gaya banget emang." Atsumu, si pencetus ide kumpul bersama menjadi penghina paling utama. "'Samu ikut kan?"

Laki-laki itu mengangguk kecil, "nyusul. Mau fotokopi berkas-berkas dulu."

》《

"Yang masak siapa?"

"Mbak manajer." 

"Lah kita ngumpul dirumah dia, pake kamar dia, stik PS sama TV punya dia, makanan suruh dia juga yang masak?"

"Kan kodratnya emang nggak tau diri."

Tak tahu harus berterima kasih atau berteriak misuh-misuh, gadis pemilik kamar hanya mendengus geli saat suara obrolan anggota Klub Voli menggema di seisi rumah yang biasanya sepi. 

Memiliki orang tua yang workaholic menyebabkan Nana terbiasa dengan keheningan, mengingat dirinya merupakan anak satu-satunya. Uang yang mengalir melewati rekening setiap bulan tak menjamin kebahagiaan yang dirasakan. 

Ya, setidaknya kehadiran serta obrolan-obrolan khas anak tongkrongan mereka membawa kehangatan tersendiri bagi hati seorang Nana.

Saat langkahnya sampai di dapur, gadis itu mengeluarkan ponsel dengan niat menghubungi seseorang yang ia kenal. Jemarinya bergerak mencari kontak si kakak kelas, menuliskan pesan yang terkesan segera membutuhkan jawaban



Nana tersenyum tipis. Bersyukur karena tanpa diberi tahu pun kebanyakan temannya sudah ngeh apa yang Nana maksudkan.

Kenyataannya jelas. Nana tidak mau Osamu pergi begitu saja. Mereka bahkan baru dekat selama beberapa hari kebelakang, betulan berbicara seraya saling menatap baru dalam waktu yang sebentar. 

Osamu adalah satu-satunya orang di lingkaran pertemanan Nana yang paling sulit didekati. Meskipun dirinya jarang menyendiri. Hal ini yang menjadi alasan Nana merasa sangat senang ketika laki-laki itu mulai mengajaknya berbicara. 

Seorang teman baik nyatanya memang sulit didapat, bukan?

'Mungkin aku harus berusaha lebih keras supaya dia mau temenan sama aku.'

"Masak apa?" 

Air muka Nana berubah cerah saat mendapati Osamu baru memasuki rumah. "Onigiri."

"Kirain makanan berat?"

"Mereka nggak laper-laper banget katanya."

Osamu mengendikan bahu cuek. Badan kurusnya berjalan mendekati kulkas, mengambil sebungkus rumput laut saat Nana baru saja selesai mencuci tangan. 

"Aku bantu."

Netra coklat memandang senang, Nana mengangguk antusias seraya tersenyum tipis.

Osamu lagi-lagi melirik dari ujung mata. 

“’Samu,” Nana berbicara tanpa meninggalkan fokus dari makanan yang tengah ia siapkan. “Kapan kamu pergi ke Amerika?"

Osamu tak menjawab, kedua tangannya fokus membungkus bulatan-bulatan nasi dengan selembar nori. 

"Jawab dong!" 

Laki-laki itu mendecak, badannya berbalik menghadap perempuan yang memasang wajah dongkol. "Diem."

"Nggak sopan tau ada orang nanya didiemin." 

Setelah onigiri terakhir selesai ditata diatas piring, Osamu berjalan menuju wastafel. Nana memasang badan dengan kedua tangan terlipat didepan dada, "jawab dulu." 

Osamu ikutan dongkol, otaknya berpikir puluhan kali dalam waktu beberapa detik. Tak kunjung menemukan jawaban dari pertanyaan tadi, tangannya yang kotor ia sapukan pada pipi Nana. 

Keduanya bergeming, saling menatap dalam jarak yang dekat. 

"'Samu-"

"WEY ADA APA NIH?

"Gila udah main pegang-pegang aja."

"Nggak nyangka."

"Bikin apaan sih kok lama banget— wah mau bikin anak ya kalian?!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro