Chapter 2
╔═════ஓ๑♡๑ஓ═════╗
All Of Me
╚═════ஓ๑♡๑ஓ═════╝
- - --- ꒰ 🎶 ꒱
●
●
0:58 ━━❍─────── 3:35
↻ ⊲ Ⅱ ⊳ ↺
Volume: ▁▂▃▄▅▆▇ 100%
●
●
❍⌇─➭ Happy Reading ﹀﹀ ︵↷
▪︎
▪︎
▪︎
Hari ini guru yang mengajar di kelas, menyuruh Evellia untuk mengantarkan dokumen pada ketua osis yang batang hidungnya tidak terlihat sejak pagi. Mungkin kegiatannya sangat padat karena sibuk mengurusi beberapa hal. Gadis itu pun akhirnya bergegas pergi ke ruang osis.
Selama perjalanan gadis bersurai merah itu menghindari tatapan siswa lain di hadapannya. Para siswa berhamburan karena ini adalah jam pulang mereka. Mengabaikan siswa lain yang berlalu-lalang, Evellia terus melangkahkan kaki dengan menundukkan kepala hingga sampai di ruangan osis.
Pintu diketuknya sebanyak dua kali lantas gadis itu membuka pintu sedikit sembari berucap, "Permisi".
Balasan segera diberikan oleh ketua osis yang ada di dalam sana, "Masuklah- eh Eve?"
Lelaki berwajah cantik itu mempersilahkan Evellia masuk ke dalam. Ia lantas menerima setumpuk dokumen yang diserahkan oleh gadis tersebut.
"Pak guru menyuruhku membawa dokumen ini padamu," ucapnya dan tak ingin berlama-lama ia pun segera membalikkan badan berniat untuk segera meninggalkan ruang osis. "Aku pergi du-"
Namun seseorang yang tidak lain adalah Yuki, menahannya dengan memegang pergelangan tangan gadis itu. "Apa kau punya waktu?"
Evellia menjadi sedikit terkejut kala tiba-tiba seseorang memegang pergelangan tangannya. "Eh?"
"Jika kau ada waktu, maukah Evellia menemaniku sebentar?" tanya Yuki meminta gadis itu untuk berada di ruang osis bersamanya.
Evellia menolehkan kepalanya agar bisa menatap lawan bicaranya secara langsung. "Aku luang kok"
Tersenyum senang, Yuki nampak gembira ketika gadis itu secara tidak langsung berkenan menemaninya. "Arigatou Eve"
Gadis dengan manik dan surai bewarna merah itu tersenyum kecil sebagai balasan. Lantas ia baru menyadari sesuatu, kepalanya secara refleks ditundukkan untuk melihat tangan Yuki yang masih memegang pergelangan tangannya. "A-anu..."
Tersadar akan apa yang dilakukannya, Yuki menjadi gugup dan segera melepaskan tangannya. "Go-gomen aku lupa"
"Ti-tidak masalah...," balas Evellia dengan menundukkan kepalanya sebagai upaya untuk menyembunyikan raut wajahnya. Entah kenapa merasa jantungnya berdegup kencang saat ini.
"Evellia," panggil Yuki membuat sang pemilik nama langsung memandang padanya, menunggu perkataan Yuki selanjutnya. "Apakah kau akan mempercayai apa yang kukatakan?
"...Tentu...," jawabnya tidak mengerti kenapa lelaki ini bertanya seperti itu.
Yuki menyiratkan sebuah senyum yang terlihat tulus. "Arigatou. Mungkin aku akan menceritakannya padamu sebentar lagi"
"Menceritakan apa?" tanya Evellia penasaran.
Lelaki bersurai abu-abu itu menaruh jari manisnya di depan bibir. "Masih rahasia"
"..Kalau begitu aku yang akan bertanya," balasnya sembari memainkan ujung seragamnya.
"Apa itu?" tanya Yuki menunggu pertanyaan yang akan ditanyakan oleh gadis di hadapannya.
"Kenapa Yuki menceritakannya padaku dan Apakah kau juga menceritakannya ke orang lain?" tanya Evellia.
"Aku tidak akan menceritakan privasiku kepada orang selain Eve. Karena orang yang paling kupercaya hanyalah kamu," jawabnya.
Mendengar jawaban dari lelaki itu sontak membuatmu membuang muka ke samping, semburat merah terlihat di pipinya. "Be-begitu
.."
Sementara Yuki tertawa kecil ketika melihat rona merah di wajah gadis itu, yang baginya terlihat imut.
Beberapa menit berlalu sebelum insiden kecil terjadi. Tanpa disengaja Yuki kesandung dan jatuh ke arah Evellia. Sehingga secara refleks gadis bersurai merah itu berniat menahani lelaki itu. Alhasil keduanya berakhir dengan berpelukan dan terjatuh duduk ke lantai. Tak selang beberapa detik semuanya terungkap. Karena kutukan shio miliknya, saat secara tak sengaja mereka berpelukan. Yuki berubah wujud menjadi hewan shio nya yaitu tikus.
Seragamnya menjadi terlepas karena lelaki itu berubah wujud. Baik Yuki ataupun Evellia, keduannya sama-sama terkejut dengan apa yang terjadi. Tikus yang tidak lain adalah Soma Yuki itu perlahan keluar dari dalam seragam sekolahnya.
Perubahan Yuki yang terjadi akibat dia tanpa sengaja berpelukan dengan Evellia membuat gadis itu mematung di tempat. Sejujurnya otaknya sedang ngelag dengan hal itu. "Yu-Yuki?"
"..."
Tetapi ia tak mendapat respon apapun dari orang yang dipanggilnya. "Yuki..?"
Selang beberapa detik berlalu dengan asap bewarna abu-abu yang menguar kembali mengubahnya menjadi manusia... tentu dengan keadaan tanpa busana. Yang sontak membuat Yuki segera mengambil pakaiannya dan Evellia yang sudah menutupi kedua matanya.
Lelaki itupun segera mengenakan kembali seragam sekolahnya dengan rapi. Lantas ia berucap, "Kau bisa membuka matamu sekarang, Eve"
Membuka mata perlahan, ia mendapati Yuki mengulurkan tangan padanya yang sedari tadi masih terduduk di lantai. Evellia pun meraih tangan Yuki yang berniat membantunya berdiri. "Arigatou, Yuki," ucapnya.
Senyuman diberikan sebagai balasan, lantas dengan senyum canggung ia menggaruk belakang kepalanya walau tak terasa gatal. "Maaf membuatmu terkejut. Pasti aku aneh kan. Kau jadi jijik padaku kan. Karena aku tikus-- shio tikus," ujarnya.
Kepala ditundukkannya menatap lantai. Perasaannya menjadi tidak karuan karena perubahannya diketahui oleh gadis itu. Padahal ia berencana memberitaukan hal ini lain waktu. Tapi siapa yang menduga insiden kecil terjadi. Ia kembali berujar, "Sebenarnya ini yang ingin kukatakan padamu. Rahasiaku. Aku mempunyai kutukan shio. Jadi itulah alasan aku menjaga jarak dari para perempuan. Haha... Aneh kan... Waktu itu Honda-san menerimaku... Tapi... tidak mengelakkan fakta jika aku aneh... Maaf ya... Jauhi saja aku"
Diam sesaat, gadis bersurai merah itu mencoba mencerna apa yang terjadi dengan penjelasan dari lelaki itu. Bohong jika dia bilang tidak terkejut. "Yuki"
Tangan kecil perempuan itu memegang tangan lelaki bersurai abu-abu itu. "Memang itu mengejutkan. Aku juga tidak bisa mengatakan kata-kata yang menghibur atau semacamnya. Tapi... Aku tidak ingin menjauhimu, apakah itu tidak boleh?"
Manik Yuki membelalak mendengar perkataan Evellia barusan. "Apa? A-aku akan sangat senang jika Eve tidak menjauhiku, tapi kan..."
Perempuan itu menyunggingkan senyum puas di wajahnya. "Yosh... Aku juga tidak mau jauh dari seorang yang kuanggap berharga, hehe"
Binar di manik abu itu bergerak memutar, ia merasa terharu sekaligus senang dan bersyukur. Semburat merah langsung menghiasi kedua pipinya. Tidak mampu membalas karena degup jantungnya yang kencang, Yuki menaruh tangannya menuju pucuk kepala gadis itu.
.
.
Waktu terus bergulir tanpa istirahat hingga sebulan pun telah berlalu. Bulan lama berganti dengan bulan yang baru. Hari baru akan dimulai pada bulan ini.
Hubungan antara ketua osis dan perempuan biasa itu masih bertahan hingga detik ini. Bahkan klub penggemar Pangeran Yuki juga merasa iri karena Yuki dekat dengan perempuan yang pendiam di kelas.
Namun selama seminggu dalam bulan baru ini Yuki sama sekali tidak bertemu dengan gadis itu. Tepatnya Evellia tidak masuk sekolah sudah seminggu lamanya. Dihubungi tidak dijawab dan pesan pun tidak dibaca. Ia juga tidak menemukan keberadaan Evellia meskipun mencarinya akhir-akhir ini. Hal itu membuatnya sangat khawatir. Perempuan bersurai merah itu tidak menampakkan sosoknya, juga tanpa kabar hingga hari ini.
Hingga akhirnya ia teringat suatu tempat pertama mereka berkenalan waktu itu. Sebuah taman tempat para anak-anak kecil bermain. Mungkin saja gadis itu berada di sana.
Lelaki bersurai abu-abu itu tampil dengan busana yang mendukung penampilan elegannya. Kaos merah gelap dipakainya dengan jaket bewarna putih yang menjadi pelapisnya, juga celana panjang bewarna hitam.
Bahkan Tohru yang merupakan salah satu teman Evellia pun ikut serta mencari keberadaannya yang tidak terlihat selama seminggu. Berniat mengunjungi rumahnya namun mereka tidak tau alamatnya. Alhasil mereka berpencar dan bertanya pada orang-orang sekitar.
Waktu terus berlalu hingga langit kini menjadi kemerah-merahan. Cahaya yang terang itu mulai meredup seiring matahari mulai terbenam. Angin semilir berhembus dengan sejuk dan mulai menjadi dingin. Burung-burung terbang bersamaan dengan kicauan merdu yang terdengar.
Yuki telah sampai di sana, pandangannya mengedar berharap menemukan sosok gadis itu. Tak perlu waktu lama maniknya menangkap sosok perempuan bersurai dan bermanik merah itu berada di sana dan duduk di bangku taman. Ia mengenakan sweather bewarna hitam dan rambut panjangnya bertebangan terkena angin. Ia menunduk hingga akhirnya tersadar akan kehadiran seseorang di tempat itu. Tepat sekali dua pasang manik itu bertatapan, sama-sama memperlihatkan keterkejutannya masing-masing.
Evellia pun berdiri dari posisi duduknya. "Yuki..."
Yang namanya disebut, kini melangkahkan kaki mendekat padanya. "Darimana saja kau, Evellia?!"
"A-ah etto...," gadis itu memainkan ujung pakaiannya. "Ada urusan kecil..."
"Urusan?" beo Yuki yang kini semakin merasa adanya keanehan. Dia berusaha mengabaikannya, namun ada yang salah dengan Evellia. Penampilan lusuh yang sama seperti waktu itu. "Kenapa Evellia selalu mengenakan baju berlengan panjang?"
Manik crimson milik Evellia menurun untuk menghindari bertatapan dengan Yuki. "Itu... karena..."
Tangan kurus gadis itu diraihnya begitu saja dan betapa terkejutnya ketika dia melihat warna kebiruhan di sana. Segera Evellia menarik lengannya yang dipegang oleh Yuki.
"Kenapa lenganmu? Apa yang terjadi Eve?" tanya Yuki.
Yang ditanya tidak tau harus menjawab seperti apa. Karena berbohong di situasi sekarang pun mungkin akan ketahuan. Ia menjadi gelisah dengan memainkan jari-jemarinya sendiri. "I-itu....". Manik merah miliknya perlahan mulai berkaca-kaca.
"Apa Evellia tidak mempercayaiku?" Yuki-
"Tentu aku percaya...," Evellia-
Menampilkan senyum kecil, Yuki menaruh beberapa helai surai yang bertebangan menuju belakangan telinga gadis itu. "Apa kau bisa mempercayaiku dengan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi?"
Merapatkan bibirnya gadis itu memutuskan untuk mempercayai lelaki di hadapannya ini. "Aku tidak diinginkan... bahkan oleh ibuku sendiri... Ia tidak menyukaiku dan menjadikanku sebagai pelampiasan... Tidak ada yang membantuku... Aku tidak tau harus berbuat apa..."
"Dan sepertinya aku akan berhenti sekolah," lanjutnya dengan menyiratkan senyum penuh luka.
"Jadi kupikir aku tidak mungkin bertemu denganmu, dan Tohru lagi...," ucapnya.
"Lebih baik aku menghilang, lagipula aku tidak diinginkan. Aku sadar jikakalau aku ini tidak memiliki apapun yang istimewa. Aku sangat payah dalam apapun...," ujarnya mengepalkan erat telapak tangannya sendiri. Kepalanya tertunduk ke bawah, pikiran dan hatinya sudah kacau.
"Eve-"
"Aku sudah lelah dengan perlakuan ini. Aku tidak sanggup jika harus kesakitan seperti ini. Jika aku tidak diinginkan maka aku akan menghilang-"
Ucapan gadis itu terputus seketika- tepatnya ia bungkam karena tanpa disangka sebuah kecupan mendarat singkat tepat di bibirnya. Ia mematung di tempat saking terkejutnya.
"Apa Evellia akan tetap menghilang meskipun seseorang menaruh rasa suka padanya?" tanyanya.
"A-apa?!" pekiknya tidak percaya.
"Jika kau menghilang maka aku tidak bisa menjadikanmu milikku. Oleh sebab itu aku tidak akan membiarkannya terjadi," ujarnya.
Kini kedua tangannya memangkuk wajah gadis itu. "Hey.. Aku tidak akan meninggalkanmu begitu saja. Habisnya aku begitu menginginkanmu untuk menjadi kepunyaanku!"
Binar matanya menjadi berkaca-kaca. Ia kembali menundukkan kepala dengan tujuan untuk menyembunyikan rona merah di pipinya. Satu tangannya memegang tangan Yuki yang masih menempel di pipinya. "Baka..."
"E-eh?!" Yuki menjadi kelabakan mendengar satu kata yang diucapkan oleh Evellia.
"Hahaha... aku bercanda!" balasnya tertawa kecil karena merasa jika ekspresi Yuki terlihat lucu baginya.
"Astaga... Apa Yuki baru saja menyatakan perasaan? Dengan kata lain Yuki menyukaiku?" tanyanya dengan nada menggoda.
"A-apa sih... Jangan menggodaku!" balasnya menutupi sebagian wajahnya dengan tangan. Namun semburat merah itu masih dapat terlihat. "T-tapi... me-memang iya"
"Yuki tunjukkan wajahmu!" pintanya sembari menyingkirkan tangan Yuki yang menutupi wajah lelaki itu sendiri.
"Ukh... Kamu membuatku menjadi gugup Eve. Detak jantungku jadi tidak karuan," ucapnya.
"Hehehe. Yuki lucu deh," balasnya terkekeh kecil. Lantas ia menyuruh lelaki yang lebih tinggi darinya itu untuk sedikit membungkuk. Sedangkan yang disuruh hanya menuruti tanpa tau maksut Evellia menyuruhnya begitu.
Ia melangkahkan kaki sekali membuat jarak diantara keduanya menyempit. Kepala didekatkannya pada Yuki, hingga mulutnya berada dekat dengan telinga lelaki itu.
Tiga kata diucapkannya dengan pelan tepat di telinga Yuki, "Aku juga menginginkanmu"
Kisah cinta yang ada di dalam film dan komik, kini aku mengalaminya. Cinta berbalas yang menghasilkan ending bahagia. Ending yang diinginkan oleh kebanyakan orang. Aku seperti sedang bermimpi. Telah kuceritakan secara singkat kisah milikku. Selanjutnya akan kuceritakan endingku ini.
- To be continued -
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro