Chapter 1
╔═════ஓ๑♡๑ஓ═════╗
All Of Me
╚═════ஓ๑♡๑ஓ═════╝
- - --- ꒰ 🎶 ꒱
●
●
0:58 ━━❍─────── 3:35
↻ ⊲ Ⅱ ⊳ ↺
Volume: ▁▂▃▄▅▆▇ 100%
●
●
❍⌇─➭ Happy Reading ﹀﹀ ︵↷
▪︎
▪︎
▪︎
Yuki Sohma adalah putra bungsu dari orang tuanya dan merupakan adik dari Ayame Sohma. Dia adalah adalah zodiak tikus. Yuki dikenal oleh teman-teman sekelasnya dengan julukan "Pangeran Tampan". Yuki merupakan lelaki yang menarik namun pendiam, dan sangat berprestasi juga memiliki banyak penggemar. Namun, karena situasi keluarganya yang hancur, masa kecil yang dijalaninya penuh dengan kekerasan, dan berkat efek dari Kutukan shio, Yuki memiliki masalah pada harga dirinya sendiri dan menjadi terisolasi. Yuki selalu menganggap rendah dirinya sendiri dan menutup diri dari lingkungan sosial juga ia sering kali merasakan dirinya seperti terasingkan.
Lelaki itu tinggal di rumah Shigure Sohma, dan ia juga menetap di sana bersama dengan Kyo Sohma dan Tohru Honda. Sejak bertemu dengan Tohru, Yuki selalu mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia jatuh cinta padanya, tetapi kemudian ia menyadari bahwa bukan itu yang diinginkan olehnya. Perlahan ia mulai menyadari dan menerima kenyataan bahwa dirinya telah menganggap Tohru sebagai sosok ibu. Berkat pertemuannya dengan Tohru, perlahan Yuki mulai mengubah sikap dan juga kepribadiannya.
Terutama semenjak dirinya bertemu dan mengenal seorang gadis bernama Evellia. Sosok yang dianggapnya berbeda dengan Tohru, ia seperti merasakan sebuah kesamaan antara dirinya dengan gadis itu.
Evellia merupakan murid pindahan di sekolah Yuki. Kebetulan gadis itu berada di kelas yang sama dengan Yuki juga yang lainnya. Di saat memperkenalkan diri gadis itu hanya mengucapkan nama depannya saja. Dilihat dari visualnya Evellia nampak seperti gadis pendiam yang jarang berbicara bahkan ia terlihat dingin karena sama sekali tidak tersenyum. Karena hal itulah akhirnya Evellia tidak disukai oleh beberapa siswa di kelas bahkan dirinya sempat dikucilkan.
Yuki Sohma yang menjabat sebagai ketua kelas sekaligus ketua osis merasa tindakan itu tidak baik. Lantas dirinya mencoba untuk berbicara dengan Evellia secara langsung. Dimulai dengan Yuki yang menyapa gadis itu saat mereka berpapasan di taman.
.
.
Lelaki dengan surai bewarna abu-abu itu tengah berjalan santai berniat pergi ke konbini untuk membeli beberapa bahan makanan untuk dimasak. Ia berpenampilan sederhana dengan memakai sweather berwarna biru dongker serta celana jeans bewarna hitam.
Ia menapaki jalanan selangkah demi selangkah dengan sabar sembari menikmati pemandangan pepohonan yang mulai menampakkan kuncup bunga sebagai pertanda musim semi telah tiba. Semilir angin yang berhembus terasa hangat namun menyejukkan, angin itu terasa begitu nyaman dan menenangkan.
Ia menempuh jarak dalam beberapa menit dan tanpa sadar ia telah sampai di taman tempat anak-anak kecil bermain. Namun bedanya, saat ini taman terlihat kosong dan sepi karena tidak ada satu pun anak kecil di sana. Kedua kakinya seakan menuntun dirinya untuk memasuki taman.
Disaat Yuki mengedarkan pandangannya, tanpa sengaja manik abu-abunya menangkap surai merah yang bertebangan tertiup angin. Rambut panjang itu nampak dari balik pohon besar yang berada di taman itu. Dari situlah ia tau ada seseorang di sana.
Yuki pun melangkahkan kakinya mendekati pohon dan mencari tau ada siapa di sana. Netranya sedikit membesar ketika menangkap sosok seorang gadis yang sedang berjongkok di sana. Perempuan itu memiliki surai panjang bewarna merah. Bajunya nampak lusuh dan rambutnya yang mencuat kemana-mana memberi kesan berantakan.
Merasakan kehadiran orang lain yang sedang menatapnya sontak gadis itu berdiri dan maniknya bertemu dengan manik milik Yuki. Ia mematung di tempat saat mengetahui ada orang lain di taman sepi itu.
"A-anu..." Evellia membuka suara pelan untuk memecah keheningan yang melanda. Ia langsung mengalihkan pandangan matanya menuju arah lain sembari meremas ujung kemejanya.
"Ah! Sumimasen, aku tidak bermaksut menguntit atau semacamnya!" balas Yuki sedikit panik dan merasa canggung.
"Iya. Tidak apa, jangan panik," jawab Evellia yang tidak menatap lawan bicaranya.
"Ah... uhm. Omong-omong kalau boleh tau, kenapa kau berjongkok di situ?" tanya Yuki.
"..."
"Ah! Sumimasen! Aku tidak bermaksut ikut campur. Hanya saja kau sendirian di sini" sahut Yuki merasa bahwa dirinya seperti ingin tau masalah orang lain. Ia tidak ingin membuat gadis itu tersinggung.
Gadis itu terlihat sedang membersihkan pakaiannya yang nampak kotor. "Aku hanya mencari udara segar," ucapnya menjawab pertanyaan Yuki sebelumnya.
"Evellia-san?" panggil Yuki memastikan bahwa dirinya tidak salah mengenali orang.
Mendengar namanya disebut Evellia kemudian menolehkan kepalanya untuk menatap lawan bicaranya. "Ha'i? Sohma-san?" jawabnya menyebut marga lelaki itu dengan sedikit ragu.
"Ternyata kau mengenalku?!" pekik Yuki sedikit terkejut.
"Karena kita sekelas. Terlebih kau dikenal sebagai pangeran tampan yang dikagumi oleh para gadis," balas Evellia mengungkapkan fakta.
"Ah itu ya..." Yuki terlihat canggung dengan menggaruk bagian belakang kepalanya dan mengalihkan pandangannya sesaat. "Kupikir Evellia-san tidak mengenaliku karena ini pertama kalinya kita berbicara," lanjut Yuki.
"Kau benar," balasnya kembali mengalihkan pandangan untuk menghindari kontak mata dengan lelaki di depannya. "Aku mengingat beberapa nama siswa di kelas meskipun aku terlihat tidak peduli dengan sekitar," ujarnya memainkan jari-jemarinya sendiri.
"Souka... Tapi bagiku kau tidak terlihat seperti itu kok," balasnya menampilkan senyum khas miliknya.
"Eh?" Evellia-
"Bagaimana kalau kita duduk di sana sebentar? Ah- jika Evellia-san tidak mau mengobrol denganku- aku tidak memaksa," ucap Yuki.
"..." Evellia memandang sosok Yuki melalui pucuk matanya lantas memberikan balasan, "T-tidak masalah. Aku justru merasa senang jika kau berkenan mengobrol denganku"
Kedua manusia itu pun berpindah dan duduk bersebelahan di bangku taman. Mereka terlihat sedang mengobrol topik yang random. Mungkin tepatnya Yuki lah yang mencari topik supaya pembicaraan mereka tidak canggung.
"Ternyata Evellia-san terlihat berbeda dari penampilan. Kukira awalnya kau orang yang dingin, tapi ternyata tidak. Maaf aku berprasangka buruk seperti itu," ujar Yuki.
Evellia menggelengkan kepala kecil sebagai jawaban, "Tidak. Semua orang pasti berpikir seperti itu saat melihatku. Tapi aku tidak masalah dengan itu. Dan-"
"Dan?" beo Yuki memiringkan kepala tidak mengerti sekaligus memuntun lanjutan dari perkataan Evellia yang terputus.
"..."
Hening melanda selama beberapa saat, membiarkan angin yang berhembus melewati kedua orang itu. Semilir angin sejuk yang menerbangkan surai dua orang itu secara bersamaan. Hingga gadis bersurai merah itu membuka mulut untuk melanjutkan perkataannya tadi.
"Terima kasih. Karena sudah berbicara denganku. Ini pertama kalinya seseorang mengajakku berbicara secara langsung," lanjutnya. Meskipun ia mengatakannya tanpa senyuman namun perkataan Evellia terasa tulus.
Yuki terdiam selama beberapa detik, entah kenapa ia seperti dapat mengetahui bahwa gadis yang diajaknya berbicara saat ini sedang merasa senang. Padahal Evellia tidak menampakkan wajah bahagia atau pun senyuman, namun ia yakin dengan apa yang dirasanya. "Uhm. Kalau kau mau kita bisa lebih sering mengobrol," tawar Yuki.
Evellia menatap Yuki dengan manik yang berbinar. "Bolehkah?" tanyanya.
"Tentu saja boleh. Aku senang jika kau mau mengobrol denganku," jawab Yuki tersenyum kecil.
"Terima kasih," ucap Evellia memelankan suara. Namun suara kecil itu masih bisa terjangkau oleh indra pendengar milik lelaki di sebelahnya. Sebagai balasan Yuki menampilkan senyum tulus di wajahnya.
Evellia POV:
Semenjak saat itu saat bertemu atau berpapasan, Yuki selalu menyapaku dan mengajakku ngobrol meskipun singkat. Ia selalu menampilkan senyum di wajahnya, membuatku merasa nyaman ketika bersamanya.
Jujur saja Yuki adalah teman pertamaku. Errr- apa aku bisa menyebutnya teman? Yah, kami beberapa kali mengobrol sih. Selain Yuki, tidak ada orang lain yang mencoba mendekatiku.
Walau begitu, Sohma Yuki adalah pangeran yang dipuja-puja dan diincar oleh para gadis di sekolah. Dekat dengannya menimbulkan dampak negatif bagiku. Karena para gadis pasti akan membenciku karena bisa dekat dengan Yuki.
But, I don't care about that.
Membencikupun tak masalah. Aku sudah terbiasa dikucilkan. Aku tidak peduli meski aku dikatai atau semacamnya. Toh.. selama ini aku sudah mengalaminya. Diroasting setiap hari, kena marah dan semacamnya. Ditarget untuk mencapai titik tertinggi yang mereka inginkan. Lantas aku dibuang bagai sampah saat tidak diperlukan. Bahkan mereka menganggapku tidak ada dan memperlakukanku layaknya benda mati.
Aku sudah lelah. Bahkan perasaanku sudah mati rasa sejak lama. Aku tidak tau apa itu perasaan bahagia, marah ataupun sedih. Aku sama sekali tidak tau arti sesungguhnya dari kebahagiaan. Tersenyum saja aku tidak bisa.
Aku sudah berada diambang batas dan ingin menyerah-
Tetapi lelaki itu datang ke hadapanku..
Mengajakku berbicara dan kita juga berkenalan.
..
Pertama kalinya dalam hidup aku merasa senang, maybe?
Aku tidak menyangka... akan ada seorang yang mau mendekatiku...
Padahal keluargaku sendiri enggan untuk melihatku... Aku tidak diinginkan oleh mereka...
Ini sudah keberuntungan aku masih bisa bersekolah... meskipun setiap hari aku harus membanting tulang untuk bekerja dan bertahan dari semua perkataan yang menyebalkan.
Kupikir ini batasannya dan aku hampir saja menyerah...
Hingga Sohma Yuki mendatangiku dengan sendirinya...
Entah itu simpati ataupun hanya rasa kasian, aku tidak peduli.
Aku sudah cukup bersyukur ia mau berbicara dengan orang yang tak diinginkan sepertiku.
Tidak masalah jika dia palsu dan hanya bersikap baik sesaat. Karena tindakannya telah membuatku merasa lebih baik.
Aku harap bisa berinteraksi dengannya lebih lama.
Aku harap dia bisa menjadi temanku yang sesungguhnya.
Aku berharap kebaikannya bukanlah kepalsuan.
Apakah harapanku terlalu banyak? Entahlah.
.
.
.
Namun siapa yang menduga? Ternyata ini adalah awal dari lembaran baruku.
Kehadiran dia yang akan berperan penting dalam hidupku mendatang.
✃- - - - - - - - - - -
- To be continued -
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro