Chapter 5
Mereka bertiga akhirnya sampai di rumah (y/n).
"Kau tinggal bersama orang tuamu, (y/n)-san?" tanya Makoto.
"Iya, aku tinggal berdua bersama okaasan. Tapi, biasanya kalau jam segini okaasan belum pulang"
(Y/n) mengambil kunci dari tasnya lalu berjalan menuju pintu rumah.
Saat pintu terbuka,
"Ara, (y/n)-chan! Okaerinasai" ucap seorang wanita paruh baya sambil tersenyum kearah (y/n). Ternyata ibu (y/n) sudah pulang lebih awal.
"Eh? Okaasan sudah pulang?"
"Um, pekerjaan okaasan hari ini tidak terlalu banyak. Jadi okaasan bisa pulang lebih awal. Eh, ngomong-ngomong, (y/n)-chan. Mereka berdua teman barumu, ya?" tanya ibu (y/n) sambil memandangi Haruka dan Makoto yang berdiri dibelakang (y/n).
"Ah! Perkenalkan, saya Tachibana Makoto. Yoroshiku onegaishimasu" ucap Makoto ramah sambil membungkuk tanda rasa hormatnya kepada ibu (y/n).
"Aku Haruka"
"Haru-chan! Yang sopan sedikit!" bisik Makoto kepada Haruka.
"Aku Nanase Haruka. Yoroshiku" ucap Haruka sambil sedikit membungkuk.
Makoto hanya menghela nafas panjang melihat perilaku sahabat baiknya itu.
"Etto, okaasan. Apa mereka berdua boleh ikut makan malam di rumah kita?" tanya (y/n) ragu-ragu. Ia pikir ibunya tidak akan pulang secepat ini. Karena biasanya ibu (y/n) selalu pulang larut malam. (Y/n) hanya tidak ingin membuat ibunya repot. Disisi lain, ia merasa tidak enak karena sudah mengajak Haruka dan Makoto.
"Tentu saja boleh, (y/n)-chan! Ayo, Tachibana-san, Nanase-san, silahkan masuk!" ucap ibu (y/n) ramah.
"Arigatou gozaimasu" jawab Makoto sambil tersenyum. Lalu mereka bertiga pun memasuki rumah (y/n).
"Haruka-san, Makoto-san. Kalian duduklah disini. Aku akan mengambilkan beberapa camilan untuk kalian" ujar (y/n) sambil mempersilahkan Haruka dan Makoto untuk duduk di sofa ruang tamu.
"Tidak perlu repot-repot, (y/n)-san. Cukup makan malam saja tidak apa-apa, kok" ucap Makoto.
"Tidak apa-apa, Makoto-san. Tunggu sebentar, ya" jawab (y/n). Ia pun langsung berjalan menuju dapur menyusul ibunya yang sudah di dapur duluan.
"Apa itu, okaasan?" tanya (y/n) sambil menunjuk kearah sebuah kantong yang berukuran lumayan besar.
"Tadi okaasan membeli ikan mackarel, dan ternyata sedang ada diskon. Jadi, okaasan memborongnya" ucap ibu (y/n) sambil mengangkat kantong tersebut.
"Wah banyak sekali!" ucap (y/n).
"Aku akan membantu memasak" celetuk Haruka yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang (y/n) dan ibunya.
(Y/n) dan ibunya otomatis menoleh kebelakang karena terkejut.
"H...Haruka-san?!"
"Oi, Haru-chan! Jangan mengagetkan mereka berdua seperti itu dong!" tegur Makoto sambil memegang bahu Haruka.
"Maafkan perilaku Haruka, ya. Dia ini memang maniak sekali dengan yang namanya mackarel. Maaf" lanjut Makoto.
"A, sokka. Tidak usah dipikirkan. Jadi kau sangat menyukai mackarel ya, Nanase-san. Kau benar-benar ingin membantu?" tanya ibu (y/n) sambil memandangi manik biru milik Haruka.
Haruka hanya mengangguk. Kalau sudah menyangkut soal ikan mackarel, Haruka pasti menjadi sangat bersemangat.
***
Mereka berempat mulai memasak bersama-sama. (Y/n) bertugas memotong-motong bahan makanan, Haruka bertugas di penggorengan, Makoto bertugas membersihkan bahan makanan, sedangkan ibu (y/n) bertugas menyiapkan bumbu.
"Ah! Sepertinya kita kehabisan bumbu miso dan shoyu!" seru ibu (y/n) setelah melihat lemari dapur tempat menyimpan semua bumbu-bumbu dapur.
"Benarkah? Biar aku saja yang membelinya, okaasan"
"Tidak apa-apa, (y/n)-chan. Biar okaasan saja yang membelinya. Okaasan khawatir kalau kau yang keluar malam-malam begini. Kalian bertiga urus saja masakannya, ya. Okaasan pergi dulu" pamit ibu (y/n) sambil berjalan keluar rumah.
"Eh, tapi..." ucap (y/n) namun terpotong karena ibu (y/n) sudah menutup pintu duluan lalu pergi.
"Ayo kita lanjutkan memasaknya" ajak Makoto.
"Um" jawab (y/n).
***
Makoto memandangi (y/n) dan Haruka yang sedang berdiri bersebelahan. Sambil memasak, mereka berdua sesekali asik mengobrol satu sama lain. Makoto memperhatikan raut wajah (y/n) yang terlihat sangat senang karena bisa berada disamping Haruka. Walaupun hanya mengobrol biasa, entah mengapa perasaan Makoto tidak suka melihatnya. Apalagi melihat raut wajah bahagia (y/n) yang sangat berbeda ketika berada di dekat Haruka. Hal itu membuat Makoto merasa sedikit kesal.
Kenapa aku merasa kesal? Lagipula, (y/n) bukan siapa-siapa bagiku. (Y/n) dan Haruka pun hanya teman biasa,...bukan?, gumam Makoto.
Untuk memperbaiki mood-nya, Makoto memutuskan untuk pergi keluar sebentar.
"Tugasku sudah selesai. Aku, keluar sebentar, ya?" ucap Makoto.
"Eh? Mau kemana, Makoto-san?" tanya (y/n).
"Ah...etto...aku mau mencari angin segar dulu sebentar. Aku pergi dulu ya!" pamit Makoto sambil melambaikan tangan dan segera berjalan keluar rumah. Lalu ia pun menutup pintu
"Makoto, kenapa, ya?" tanya (y/n).
"Entahlah"
(Y/n) pun berusaha mengabaikan kejadian tadi dan melanjutkan tugasnya untuk memotong sayuran.
Haruka melirik kearah (y/n) yang berdiri tepat disampingnya. Ia memerhatikan cara (y/n) memotong-motong sayuran. Menurut Haruka, cara yang dilakukan (y/n) itu salah.
Haruka pun berdiri tepat di belakang (y/n), sehingga punggung (y/n) menempel tepat di dada Haruka yang bidang. Hal itu membuat (y/n) dapat merasakan detak jantung dan kehangatan dari tubuh Haruka.
Jantung (y/n) berdebar sangat kencang.
A...apa yang mau Haruka san lakukan?, gumam (y/n) dalam hati.
Tangan Haruka pun meraih tangan (y/n) yang sedang memegang pisau, lalu ia memperbaiki cara memotong sayuran yang dilakukan (y/n).
Karena ia kesulitan melihat tangan (y/n), Haruka sedikit membungkukkan tubuhnya dan menyandarkan kepalanya di bahu (y/n). Sehingga wajah (y/n) dan Haruka benar-benar dekat. Hal tersebut membuat (y/n) semakin salting.
"Begini caranya" ucap Haruka sambil tetap menggenggam erat tangan (y/n).
Tangan Haruka terasa hangat dan sangat lembut. (Y/n) juga bisa merasakan kehangatan dari tubuh Haruka. Dan lagi, wajah mereka benar-benar berdekatan satu sama lain.
Entah mimpi apa aku semalam? Baru tadi sore dia sudah membuatku hampir mati. Apa... jangan-jangan... Haruka-san juga menyukaiku?, pikir (y/n). Ia benar-benar jatuh hati dengan perilaku Haruka.
Saking kikuknya, tangan (y/n) mendadak menjadi sedingin es.
"Tanganmu dingin sekali. Kau masih sakit, ya?" tanya Haruka sambil sedikit berbisik di telinga (y/n). Matanya memandangi (y/n) yang sedang berusaha fokus dengan kegiatan memotongnya.
"Ah...Itu... ano... t...tidak...k... kokk. M...mem...memangnya. K...kenapa?"
Wajah (y/n) mendadak menjadi sangat merah.
Haruka pun melepaskan genggaman tangannya dari tangan (y/n).
Tiba-tiba, Haruka memegang wajah (y/n) dengan kedua tangannya lalu ia menarik wajah (y/n) agar semakin dekat dengan wajahnya. Manik biru milik Haruka pun membesar memandangi wajah cantik (y/n).
Mereka berdua saling memandang satu sama lain.
Jantung (y/n) berdegup dengan sangat kencang.
"Wajahmu juga merah sekali"
"B...benar...kah? T...tidak perlu. Sedekat ini, b...bukan?"
"Tapi, aku menyukainya. Makanya aku ingin melihatmu dari dekat. Kau jauh lebih cantik kalau dilihat dari dekat" ucap Haruka tanpa ekspresi.
Walaupun wajah Haruka datar saat mengucapkan kalimat tadi, maksud Haruka tetap tersampaikan ke hati (y/n).
"E...eh?"
Suasana hening sejenak.
Haruka memandangi bibir (y/n) dan berniat untuk menciumnya.
Haruka menarik wajah (y/n) agar dapat lebih dekat dengan wajahnya.
Wajah mereka pun semakin mendekat satu sama lain.
Haruka pun memejamkan matanya, begitu pula dengan (y/n).
Jarak antara bibir mereka semakin dekat.
Dan...
Tiba-tiba,
Seseorang membuka pintu (y/n). Ternyata dia adalah Makoto.
Makoto yang melihat kejadian itu spontan memasang wajah penuh kekecewaan. Hatinya benar-benar hancur melihat (y/n) yang hampir berciuman dengan Haruka.
(Y/n) dan Haruka yang menyadari keberadaan Makoto langsung menjauh satu sama lain.
Wajah mereka memerah karena ada orang lain yang melihat mereka dalam keadaan seperti itu. Walaupun mereka berdua belum sempat berciuman.
"Eh... ano... bu...bukan...y..yang seperti k...kau pikirkan...Ma...Makoto-san" ucap (y/n) panik.
Haruka hanya terdiam sambil menahan rasa malunya.
"M...maaf. Bukan maksudku mengganggu...etto" jawab Makoto bingung memikirkan alasan.
Suasana pun menjadi sangat canggung.
Tiba-tiba, ibu (y/n) muncul di belakang Makoto.
"Minna-san! Maaf aku terlalu lama, ya. Ayo kita lanjutkan memasaknya!" ucap ibu (y/n) sambil membawa dua kantong yang berukuran lumayan besar.
"Etto, okaasan. Bukankah okaasan hanya membeli bumbu miso dan shouyu? Kenapa belanjaanya banyak sekali"
"Ehehe~ Maaf. Okaasan mudah tergoda kalau sudah belanja" jawab ibu (y/n) sambil tertawa.
(Y/n) hanya menghela nafas panjang. Ibunya memang agak boros.
Mereka berempat pun melanjutkan memasak.
***
"Itadakima~su" seru mereka berempat kompak. Lalu mereka langsung menyantap hidangan makan malam yang telah mereka buat bersama-sama.
(Y/n) duduk tepat disebelah ibunya. Sedangkan Haruka duduk disebelah Makoto.
(Y/n) dan Haruka kebetulan duduk berpapasan. Karena masih malu dengan kejadian tadi, (y/n) dan Haruka tidak berani saling menatap satu sama lain.
Makoto hanya diam sambil memakan makanannya sedikit demi sedikit.
"Hmm... ada apa ini? Kalian berdua, bertengkar ya?" celetuk ibu (y/n) yang diam diam memperhatikan (y/n) dan Haruka yang perilakunya tidak seperti biasanya.
"Eh? T...tidak, kok" jawab (y/n).
"Hee. Jangan bohong. Sepasang kekasih muda seperti kalian jangan bertengkar seperti itu dong" goda ibu (y/n) yang menyangka bahwa anak semata wayangnya itu berpacaran dengan Haruka.
"K...kami tidak pacaran, kok!" seru (y/n) dan Haruka bersamaan.
"Ah kalian ini. Jangan malu-malu begitu, dong. Menjawab pertanyaan saja sampai kompak begitu" ucap ibu (y/n) sambil tertawa.
Mendengar perkataan ibu (y/n) ati Makoto terasa sangat sakit. Dia berusaha menahan rasa cemburunya namun cukup sulit untuk dilakukan. Karena ia sangat menyukai (y/n) sejak pertama kali bertemu. Yang ia inginkan sekarang hanyalah pulang ke rumah.
"Ano, terima kasih atas makan malamnya. Maaf, sepertinya aku akan pulang duluan. Sudah larut malam"
"Eh? Kenapa terburu-buru? Makanmu juga sedikit sekali. Apa kau sakit?" ucap (y/n). Ia khawatir dengan keadaan Makoto. Ia pikir Makoto sedang sakit karena tingkahnya sedikit berbeda dari biasanya.
"Tidak, kok. Jya, aku pamit pulang dulu, ya" pamit Makoto sambil tersenyum. Menutupi semua rasa cemburunya.
"Kalau begitu aku juga pulang sekarang. Terima kasih atas makan malamnya" ucap Haruka.
"Eh? Haruka-san juga?"
"Kalau Makoto pulang aku juga akan pulang. Sore jya...mata ne, (y/n)-san" pamit Haruka sambil sedikit malu-malu.
"Um, mata ne" jawab (y/n) sambil tersenyum manis, hingga membuat Haruka terpesona melihatnya.
Tanpa Haruka sadari, senyum manis (y/n) membuatnya tersenyum juga.
***
Saat perjalanan pulang, Haruka dan Makoto tidak berbicara sama sekali.
Sambil berjalan, Makoto hanya menunduk sambil memasang raut wajah kecewa.
Haruka yang menyadari keanehan sikap sahabat baiknya itu pun terpaksa membuka pembicaraan, "Ada apa, Makoto?".
"Ah, tidak, kok. Mungkin, aku hanya sedikit kelelahan" jawab Makoto sambil tersenyum.
"Kalau ada masalah, cerita saja padaku"
"Um, pasti" ucap Makoto.
Maafkan aku Haru-chan. Aku tidak mungkin menceritakan hal ini kepadamu, gumam Makoto.
"Ano, Makoto" ucap Haruka yang tiba-tiba berhenti melangkah.
"Ada apa?" jawab Makoto sambil menoleh kebelakang.
"Ada yang ingin kuberitahukan padamu. Aku menceritakan ini karena aku percaya padamu..."
"Apa itu?" tanya Makoto
"Tolong jangan beritahu siapa-siapa, ya"
"Baiklah" jawab Makoto
"Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, tapi..."
"Aku sepertinya..."
"Menyukai (y/n)-san"
~bersambung
---------------------------------------------------
HWAAAAA
MINNAAAAA
AITAKATTA YOOOOO
PPUPPUPPUPPUU~~~
Akhirnya Yami kembaliii (つд⊂)エー
Yami udah kangen banget sama kalian semuaaaa huhuhuuu
Untuk menyambut kembalinya Yami, Yami mau kasih fanservice buat kalian semua
Yaitu....
Yami bakal sexy dance!!!
Ini diaaaaa
AWOAKWOAKWOK....
Pasti reader chan semua tergoda kannn? mwehehehe.
Makasih yang masih nungguin Yami sampe sekarang. Yami benar2 terharu(´;ω;`)
Mungkin itu aja ya dari Yami kali ini. Semoga suka yaa sama update an nyaa
Tunggu terus update selanjutnya yaa.
Yami usahain bakal up cepet kokk.
Byebye~~~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro