
Chapter 33
a/n : contain some spoilers from the 'Free the Final Stroke 1st volume' movie.
Bagi yang mau nonton bisa dm Yami yaa... krn Yami punya yg ilegalnya //plakkk
(Y/n) membuka matanya perlahan. Cahaya matahari pagi yang bersinar melewati jendela membangunkan dirinya.
Begitu membuka matanya, ia melihat wajah tampan Haruka yang sedang tertidur dari jarak yang sangat dekat. Nafasnya berhembus perlahan di hadapan wajah (y/n).
Benar-benar terlihat sangat damai.
(Y/n) pikir Haruka memiliki wajah yang menggemaskan bila ia sedang tertidur pulas. Sehingga tanpa sadar, ia pun tersenyum manis kearahnya.
Tiba-tiba, (y/n) mengingat saat ia pertama kali melihat Haruka tertidur di pangkuannya saat mereka berdua berada di UKS.
Lalu mata (y/n) tertuju pada bibir Haruka yang sedikit terbuka.
Sudah kuduga, ternyata kau yang memberi nafas buatan untukku saat aku tenggelam di kolam renang Iwatobi, Haru-san... Hontouni arigatou..., gumam (y/n) dalam hati.
Tiba-tiba, Haruka menggeser tubuhnya menjadi lebih dekat dengan (y/n) sambil mengeratkan pelukannya di tubuh (y/n).
Posisi ini mengingatkan (y/n) pada mimpi yang sering ia alami belakangan ini.
Eh? Rasanya aku pernah merasakan suasana ini... Ini sama seperti mimpi yang selalu kualami. Apa ini artinya... takdirku akan bersama Haru-san?, pikir (y/n).
Ia menatap wajah Haruka dalam-dalam. Pikirannya melayang membayangkan dirinya bila menikah dengan Haruka di masa depan. Memikirkannya membuat pipi (y/n) merah merona.
Tak lama kemudian, Haruka membuka matanya perlahan. Ia melihat wajah (y/n) dengan kedua pipinya yang memerah. Kedua bola mata indahnya membuat Haruka tak mau berpaling dari wajahnya. Wajah (y/n) benar-benar cantik di matanya.
"(Y/n)..." ucap Haruka pelan dengan suara yang sedikit serak.
Setelah tersadar Haruka sudah bangun dari tidurnya, wajah (y/n) semakin terlihat merah. Ekspresi wajah (y/n) terlihat sangat malu.
"H-Haru...-san..." ucap (y/n) pelan.
Begitu tersadar dengan posisi memalukannya saat ini bersama (y/n), dengan cepat Haruka langsung bangkit dari tidurnya. Begitu pula dengan (y/n). Mereka saling memalingkan wajahnya satu sama lain.
Tiba-tiba terbesit di pikiran mereka saat mereka berdua berciuman tadi malam.
(Y/n) menyentuh bibirnya perlahan.
Ini bukan pertama kalinya kami berciuman, tapi... entah mengapa ciuman tadi malam itu terasa sangat berbeda...Ciuman itu, terasa sangat berkesan bagiku, gumam (y/n).
Haruka pun mengalami perasaan yang sama seperti (y/n). Ia sangat merindukan ciuman hangat dari (y/n). Ia pun tidak bisa berhenti bersikap grogi dihadapan (y/n).
"I-ini sudah pagi. A-aku harus segera kembali ke kamarku" ucap (y/n) sambil berdiri membelakangi Haruka. Ia tidak berani menatap langsung mata Haruka.
"U-um... Kau benar" balas Haruka dengan kedua pipinya yang memerah. Lalu ia berjalan menuju pintu dan membuka kuncinya.
(Y/n) berjalan mendekati pintu kamar dengan wajahnya yang masih merah padam.
"Chotto..." ucap Haruka tiba-tiba.
Spontan, (y/n) pun menghentikkan langkahnya sambil menoleh kearah Haruka yang berdiri tepat di belakangnya.
"Nani, Haru-..."
Tiba-tiba, Haruka memeluk erat tubuh (y/n).
"Doakan aku di pertandingan nanti, (y/n)..." bisik Haruka di sebelah telinga (y/n).
"Tentu saja, Haru-san. Kau pasti bisa memenangkan perlombaan ini. Aku yakin..."
Cup!
Tiba-tiba, (y/n) mengecup sebelah pipi Haruka. Membuat wajahnya semakin terlihat kemerahan.
Lalu Haruka melepaskan pelukannya agar (y/n) bisa berjalan keluar kamarnya.
"Ganbatte ne, Haru-san!" ucap (y/n) sambil tersenyum manis.
Haruka pun membalas senyuman manis (y/n) tersebut.
Aku pasti akan memenangkan perlombaan ini.
Ini semua kulakukan untukmu, (y/n)...
***
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun datang. Suasana menegangkan menyelimuti arena perlombaan renang dunia. Sebuah kolam renang berukuran luas menguasai seisi arena. Suara riuh para supporter yang datang dari seluruh penjuru dunia datang untuk menonton pertandingan bergengsi ini secara langsung.
Haruka sedang duduk di ruang tunggu khusus atlet sambil menenangkan dirinya sejenak sebelum perlombaan dimulai. Ia benar-benar merasa sangat gugup.
"Ganbatte ne, Haru-san!"
Suara (y/n) yang lembut terus menerus terbayang di benaknya. Hal tersebut membuatnya sedikit lebih merasa tenang.
"(Y/n)..."
Lalu ia pun mengepalkan kedua tangannya. Ia sangat mengharapkan bahwa ia akan memenangkan perlombaan ini.
***
Semua atlet dari seluruh dunia berjalan menuju arena lomba, begitu pula dengan Haruka.
(Y/n) melihat sosok pujaan hatinya berjalan menuju papan lompat. Ia terus menerus berdoa agar Haruka bisa lolos dalam tahap ini.
Haru-san... Berjuanglah!, gumam (y/n).
Tanpa disengaja, Haruka melirik kearah (y/n). Mata mereka pun saling menatap satu sama lain.
Lalu (y/n) langsung menganggukkan kepalanya sambil menunjukkan ekspresi meyakinkan Haruka agar fokus pada perlombaan.
"Chotto, Yamazaki-san!" panggil seorang tenaga medis.
Spontan, (y/n) langsung menoleh kearah sumber suara tersebut.
"H-hai?!"
"Tolong bawakan handuk-handuk ini ke ruang medis"
"W-wakarimashita!" jawab (y/n) sigap.
Dengan cepat, (y/n) membawa handuk-handuk tersebut dan langasung berjalan menuju ruang medis secepatnya.
Melihat (y/n) yang pergi menjauh dari pandangannya membuat Haruka kembali fokus untuk perlombaan.
Dari kejauhan, terdengar suara hentakan kaki yang semakin mendekat.
Spontan, Haruka menoleh kearah suara hentakan kaki tersebut.
Ternyata orang tersebut adalah Albert.
Ia berdiri tepat di samping Haruka.
Tubuh Albert yang tinggi membuat Haruka harus mengangkat sedikit kepalanya agar dapat melihat wajah Albert dari dekat.
Dari samping, mata Albert melirik kearah Haruka dengan tatapan sinis.
Dengan melihat matanya saja sudah membuat Haruka bergidik ketakutan.
"Look! Is that Albert?!"
"Do you mean Albert The Odin of the Swim World?"
"He won the olympic three times in a row, you know?!"
Mendengar desas desus para pelatih dan beberapa panitia di sekitarnya membuat Haruka merasa agak ketakutan.
Albert? Si Juara dunia itu?, tanya Haruka panik di dalam hati.
Mata Haruka seketika terbelalak melihat sosok Albert. Ia tidak menyangka di babak penyisihan ini ia harus bertanding dengan lawan yang sangat berat. Belum lagi para atlet dari negara lain yang tentu saja sudah lebih berpengalaman dibandingkan dirinya yang baru pertama kali mengikuti ajang bergengsi ini.
Tak lama kemudian, panitia meminta para atlet untuk naik ke atas papan lompat karena sebentar lagi pertandingan akan segera dimulai.
Begitu pula dengan Haruka dan Albert. Mereka naik ke papan lompat yang letaknya bersebelahan.
Sekujur tubuh Haruka masih sedikit begetar karena Albert berada tepat di sampingnya. Hal tersebut memberikan tekanan tersendiri bagi dirinya.
"Take your marks!"
Bebas...
Aku hanya harus berenang dengan bebas...
Jangan pedulikan tekanan di sekitarmu...
Haruka berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Tiba-tiba terbayang di benaknya wajah (y/n) yang sedang tersenyum.
(Y/n).... Aku pasti akan mengalahkan Albert disini..., gumam Haruka.
Para atlet bersiap dalam posisi start.
Prittttt!!!
Byur!!!
Semua atlet renang melompat kedalam air dan mulai melakukan renang gaya bebas. Begitu pula dengan Haruka. Ia mengerahkan semua usaha terbaik yang ia miliki untuk pertandingan ini.
Saat sedang serius dengan renang gaya bebasnya,
tiba-tiba...
suasana dalam kolam renang dalam sekejap berubah drastis menjadi sangat mencekam.
Aura menyeramkan tersebut datang dari Albert.
Gaya berenang Albert benar-benar memberikan tekanan kepada Haruka.
A-ada apa ini? Gerak tubuhku... tiba-tiba menjadi melambat..., gumam Haruka. Entah mengapa semakin ia mempercepat gerakan renangnya, ia malah semakin menjauh dari garis finish.
Hal tersebut membuat Albert menyusulnya. Gerakan renang Albert benar-benar cepat. Sampai-sampai atlet yang lain tertinggal karenanya.
***
Karena sudah selesai dengan tugasnya di ruang medis, (y/n) segera bergegas menuju arena lomba untuk melihat Haruka.
Haru-san! Tunggu aku!, seru (y/n) dalam hati.
Namun,
begitu sampai disana,
(Y/n) melihat mimpi buruk yang sangat tidak ia harapkan.
Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.
Haruka kalah dalam pertandingan ini...
Albert sudah naik keatas kolam renang duluan. Sedangkan atlet lain masih bersusah payah untuk berenang, termasuk Haruka.
"A-apa?! T-tunggu, bukankah itu... Albert?!" seru (y/n).
"Um. Dia si juara bertahan olimpiade dunia. Sepertinya kali ini Swedia akan merebut piala dunia lagi" balas salah satu rekan tenaga medis (y/n).
"Eh? Juara bertahan?"
"Kau tidak tahu? Dia itu raja perenang gaya bebas se-dunia!"
"A-apa?!"
Dalam sekejap (y/n) tersentak mendengar perkataan rekannya tersebut.
Lalu pandangannya kembali mengarah ke arah kolam renang.
Itu berarti....Haru-san sudah...
Tak lama kemudian, Haruka berdiri di garis finish kolam renang. Ia mengatur nafasnya yang terengah-engah karena berusaha sekuat tenaga mengejar ketertinggalannya dari Albert.
...kalah?
"Kusso!" seru Haruka sambil mengayunkan sebelah tangannya kearah air kolam renang. Tanpa disangka-sangka, ia ternyata menduduki urutan ketiga.
"Haru...-san..."
***
Setelah perlombaan, (y/n) berusaha mencari Haruka dimanapun. Namun entah mengapa ia tiba-tiba menghilang begitu saja.
"Haru-san!... Haru-"
Bruk!
(Y/n) yang sedang mencari keberadaan Haruka tiba-tiba menabrak seseorang.
(Y/n) mengangkat kepalanya agar bisa melihat orang tersebut.
Ya, tidak lain dan tidak bukan orang itu adalah Albert.
"Ah, (y/n)! There you are! I was searching for you. Do you saw my competition?" tanya Albert ramah.
Namun, tidak seperti yang Albert harapkan, ekspresi (y/n) malah terlihat sangat cemas.
"Do you know where is Haruka right now?"
"Haruka?"
"Yeah. He won the third place. He also stood right beside of you"
Lalu Albert mengingat kembali seorang atlet yang berdiri tepat di sampingnya.
"Ah! That black haired man, right? Unfortunately, i didn't see him"
Tanpa berpamitan, (y/n) langsung bergegas mencari Haruka. Ia benar-benar mencemaskan Haruka.
"W-wait!" seru Albert. Namun perkataannya itu tidak dihiraukan oleh (y/n).
Melihat hal tersebut membuat Albert merasa sangat kesal. Pandangannya dalam sekejap berubah menjadi sangat menakutkan. Mata ungunya yang terkesan mengintimidasi memandangi (y/n) dengan tatapan sinis dari kejauhan.
"So, you like that man, huh? After all of this is over, i don't think you'll still like him anymore..." ucap Albert pelan.
***
Hari sudah mulai malam. Namun bukannya kembali ke asramanya, Haruka masih terbujur kaku di sebuah tanah lapang yang jaraknya cukup jauh dari arena perlombaan. Ia menundukkan kepalanya dengan wajahnya yang diselimuti dengan rasa kekecewaan.
"Albert..."
DEG!!!
Tiba-tiba, dadanya terasa sangat menyakitkan. Ia pun mencengkram erat dadanya dengan sebelah tangannya.
Entah mengapa gaya berenang Albert membuat dirinya sangat tertekan. Seakan-akan gaya berenangnya berusaha keras mengintimidasi dirinya.
Bahkan di babak penyisihan ini pun ia hanya mendapat posisi ketiga. Ia benar-benar merasa sangat pesimis untuk bisa lolos hingga ke babak akhir.
Setelah berlari kesana kemari, akhirnya (y/n) bisa menemukan sosok Haruka disana.
Dalam sekejap, matanya terbelalak melihat Haruka yang terlihat sedang sangat kesakitan.
"Haru-san!" seru (y/n) sambil berlari mendekati Haruka. Ia langsung memegangi kedua bahu Haruka.
"Haru-san, kau tidak apa-apa? Apa kau sakit?" tanya (y/n) penuh rasa khawatir. khawatir terhadap keadaan Haruka.
Dalam sekejap, rasa sakit di dadanya seketika menghilang.
Namun,
ada sesuatu yang janggal muncul dari dalam dirinya.
Dalam sekejap, ekspresi wajahnya terlihat sangat menyeramkan. Lensa matanya berubah menjadi berwarna ungu, sama persis seperti manik milik Albert.
"Lepaskan!" seru Haruka sambil mendorong tubuh (y/n) agar menjauh darinya. Membuat (y/n) mundur beberapa langkah dari Haruka
Sontak, (y/n) pun merasa sangat shock.
"H-Haru...-san?" ucap (y/n) pelan.
Karena tekanan yang ia alami, sosok Albert menjelma didalam diri Haruka.
A-apa apaan ini?, gumam Haruka. Ia melihat kedua tangannya menjadi tembus pandang. Begitu pula dengan sekujur tubuhnya.
Lalu ia melirik kedepan. Disana sudah berdiri (y/n) dan tubuhnya.
Apa ini? Kenapa aku terpisah dari tubuhku?
Lalu tubuh asli Haruka menghadap kearah (y/n).
"Semua ini salahmu, (y/n)..."
"Eh?"
Spontan, sekujur tubuh (y/n) langsung mematung mendengarnya.
K-kenapa... kenapa aku tidak bisa mengendalikan diriku?!, seru Haruka.
"Kau tahu? Selama perlombaan aku terus memikirkanmu. Dan itu membuatku sangat terbebani. Karenamu, aku tidak bisa fokus di arena perlombaan. "
"M-memikirkanku?"
"Seharusnya aku sadar, untuk apa aku memikirkanmu. Kau saja tidak ada di arena perlombaan. Seharusnya, kalau kau benar-benar menyukaiku, kau melakukan sesuatu untuk mendukungku, (y/n)"
"T-tapi, tadi aku memiliki tugas yang tidak bisa ditinggalkan! Jepang tidak memiliki banyak tenaga medis, jadi wajar saja bila kita harus bekerja lebih keras. Aku tidak bisa meninggalkan tugas utamaku disini begitu saja!" seru (y/n).
Lalu Haruka terdiam sejenak.
"Bisa saja kau berbohong, iya 'kan?"
Deg!
Tiba-tiba (y/n) mengingat saat dirinya bertengkar dengan Rin hingga membuat hubungan mereka berakhir. Saat itu Rin juga mengira bahwa (y/n) hanya membuat-buat alasan. Padahal (y/n) mengatakan hal yang sebenarnya. Namun, Rin tetap tidak mempercayainya. Dan karena benar-benar tidak bisa fokus, Rin kalah telak dalam perlombaan itu.
Hentikan! Apa yang kukatakan?!
"K...kenapa kau tidak mempercayaiku, Haru-san?"
"Mudah saja... Seharusnya aku menyadari hal ini sejak lama. Dari awal kau itu memang hanyalah seorang penggoda lelaki. Kau bersikap baik didiepan semua lelaki di sekitarmu, namun nyatanya kau hanya mengambil keuntungan dari mereka"
Deg!
(Y/n) benar-benar tersentak mendengar perkataan pedas Haru tersebut. Ia tidak bisa berkata apa-apa untuk membela dirinya sendiri.
Oi! Apa yang kukatakan? Aku tidak pernah sekalipun berpikir demikian tentang (y/n)!
"A...apa maksudmu, Haru-san?"
"Jangan pura-pura naif. Memangnya kau pikir sudah berapa laki-laki yang sakit hati karena dirimu, huh?"
"E...eh?"
"Misalnya saja Makoto. Ia pikir kau juga menyukainya, jadi ia selalu ada kapanpun kau membutuhkannya. Apa kau tidak sadar? Lalu mantanmu, Rin. Apa kau tidak memikirkan perasaannya selama kalian berpisah karena sudah bukan lagi menjadi sepasang kekasih? Aku yakin ia pasti merasa sangat sakit hati karena kau tidak mau menerima cintanya kembali. Kalau kau tidak mau menjadi kekasih Rin lagi, kau tidak perlu bersikap terlalu baik kepadanya. Kau mengerti sekarang alasanku kenapa menolakmu di matsuri? Itu semua karena sifatmu yang terlalu genit dengan para laki-laki di sekitarmu. Dan di universitas, aku yakin kau juga pasti mengecewakan orang-orang di sekitarmu. Saat kita sudah lama tak bertemu, aku melihatmu menjadi tenaga medis di sebuah pertandingan para atlet freelancer. Kukira saat itu kau sudah sadar dengan sikap busukmu itu, namun nyatanya, kau malah memanfaatkan moment tersebut untuk mendekati Natsuya. Dan saat kita benar-benar berhadapan saat itu, bukannya meminta maaf, kau malah bersikap ketus kepadaku. Seharusnya kau malu pada dirimu sendiri!" ucap Haruka.
Haruka memang berbicara dengan nada yang santai, namun semua yang ia utarakan membuat hati kecil (y/n) terasa sangat sakit.
Mou ii! Ini semua sudah kelewatan! Aku harus kembali ke tubuhku!
Brug!
Tiba-tiba, jatuh beberapa buah tiang berwarna hitam dan putih menghalangi tubuhnya untuk bergerak.
A-apa ini?! A-aku tidak bisa bergerak!
Haruka berusaha melepaskan dirinya dari jeratan tiang tersebut. Namun mau bagaimanapun ia berusaha, ia tidak bisa melepaskannya
(Y/n) menundukkan kepalanya. Ia tak mampu lagi menahan air matanya. Tiba-tiba, ia berjalan mendekati Haruka.
"Apa yang mau kau lakukan? Apa kau mau menggodaku sekarang?"
Tiba-tiba, (y/n) mengangkat sebelah tangannya. Ia berniat untuk menampar Haruka. Namun entah mengapa ia tidak bisa melakukannya. Sebelah tangannya tersebut tiba-tiba mematung. Ia sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Ia tidak bisa menampar Haruka.
Haruka melihat wajah (y/n) yang memerah dengan kedua bola matanya yang terus menerus meneteskan air mata.
"Apa yang kau tunggu? Kalau kau mau menamparku, tampar saja!" tantang Haruka.
Karena (y/n) tidak bisa menamparnya, (y/n) menurunkan sebelah tangannya itu dan menundukkan kepalanya.
"N...nande? Padahal aku melakukan semua ini untukmu, Haru-san..."
"Aku meragukan hal itu"
Lalu Haruka memegangi dagu (y/n) dengan sebelah tangannya.
"Kalau kau terus menerus lari dari kenyataan, kau akan menyakiti lebih banyak laki-laki di sekitarmu. Jadi, cepatlah buat keputusanmu! Kau mau memilihku? Natsuya? Ikuya? Makoto? Rin? Atau siapa?"
(Y/n) tidak menjawab pertanyaan Haruka tersebut. Perkataan Haruka sedari tadi membuatnya merenungkan tentang hal tersebut. Jujur, setelah Haruka mengatakan hal tersebut membuatnya merasa sangat kebingungan. Ia belum bisa memutuskan kepada siapa hatinya harus berlabuh.
"Berhentilah membuat harapan palsu, (y/n)..." ucap Haruka. Lalu ia melepaskan tangannya dari dagu (y/n).
(Y/n) mengepalkan kedua tangannya. Ia benar-benar merasa bersalah sekarang. Ia pikir apa yang Haruka katakan itu benar. Ia selalu saja membuat lelaki di sekitarnya berharap kepadanya.
Air mata (y/n) semakin membasahi pipinya.
"M-mungkin kau benar, Haru-san. Aku selalu saja membuat kalian menunggu. Tapi, yang aku inginkan hanyalah aku ingin akrab dengan kalian. Aku yang sebelumnya sangat pemalu, begitu mengenal kalian sifatku langsung berubah. Tapi, karena keberadaanku, hubungan kalian pun memburuk. Aku adalah penyebab kalian semua terpecah belah seperti ini. Jujur, aku sudah menyadarinya. Demo.... kalau ditanya siapa orang yang akan aku pilih.... Aku minta maaf, hatiku belum memutuskannya. Sore, jya..." ucap (y/n). Lalu karena merasa sangat bersalah, (y/n) pun pergi begitu saja meninggalkan Haruka.
Setelah (y/n) sudah pergi cukup jauh, akhirnya Haruka bisa kembali ke tubuhnya.
Bruk!
Karena dadanya yang terasa sangat sakit, ia pun menjatuhkan tubuhnya ketanah dengan bertumpu pada lututnya.
"K-kurushii..." keluhnya. Ia tidak pernah merasakan sakit seperti ini sebelumnya.
"(Y/n)..." lirihnya sambil menangis.
Tubuh Haruka tadi seakan-akan dikendalikan oleh Albert. Apa yang sebenarnya terjadi?
***
(Y/n) berlari menuju arena perlombaan. Tiba-tiba saja turun hujan yang cukup deras di langit malam yang gelap.
Entah mengapa (y/n) tidak mau pergi berteduh. Ia pun terdiam dibawah derasnya air hujan sambil menundukkan kepalanya.
Sebenarnya.... siapa orang yang aku sukai?, gumamnya.
Tiba-tiba, ada seseorang yang memayungi dirinya dari belakang. Spontan, (y/n) pun menoleh kebelakang. Ternyata orang tersebut adalah Albert.
"A...Albert?"
"You'll get cold, (y/n)"
(Y/n) hanya terdiam. Lalu ia kembali menundukkan kepalanya.
"Please, leave me alone..." ucap (y/n) pelan sambil meneteskan air matanya.
"(Y/n)..."
Tiba-tiba, Albert memeluk tubuh (y/n) dari belakang dengan sebelah tangannya yang masih tetap memegangi payung. Ia menundukkan wajahnya tepat di sebelah bahu (y/n). Hal tersebut membuat (y/n) terkejut.
"Never" bisik Albert tepat di telinga (y/n).
Spontan, (y/n) tak bisa lagi membendung kesedihannya. Air matanya terus menerus membasahi kedua pipinya. Lalu ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya sambil menangis semakin keras.
Dibalik kesedihan (y/n) tersebut, dalam sekejap ekspresi Albert pun berubah. Ia tiba-tiba saja tersenyum. Wajah liciknya terlihat sangat puas melihat semua yang terjadi berada di bawah kendalinya.
Now, (y/n) is mine.
You already loose, Haruka...
***
Sejak kejadian tersebut, hubungan (y/n) dan Haruka kembali merenggang. Bahkan lebih buruk daripada sebelumnya. Haruka selalu berusaha mendekati (y/n), namun ia selalu saja gagal karena (y/n) terus menerus menghindar darinya. Karena hal itulah, Haruka selalu gagal untuk mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya saat itu. Semua yang ia katakan saat itu bukanlah keinginannya.
Keadaan pun dalam sekejap berubah, sekarang (y/n) malah semakin dekat dengan Albert.
Atau lebih tepatnya,
Semua ini berjalan sesuai dengan apa yang Albert rencanakan.
***
Hari ini adalah hari dimana diadakannya pertandingan simulasi untuk para atlet renang.
Setelah semua tugasnya selesai, (y/n) dan para tenaga medis dari Jepang lainnya diizinkan untuk beristirahat selama 30 menit.
(Y/n) yang kehausan memutuskan untuk membeli minuman di sebuah vending machine yang terletak di luar arena perlombaan.
Begitu minuman yang ia pilih keluar, (y/n) langsung menundukkan tubuhnya untuk mengambilnya.
Tiba-tiba, ia melihat sebuah bayangan seseorang tepat di hadapannya, menandakan ada seseorang yang berdiri tepat di belakangnya.
Spontan, (y/n) langsung menoleh kebelakang.
Ternyata ia adalah Albert.
"Yo! How is it going?" sapa Albert sambil tersenyum.
"Albert!" balas (y/n) dengan wajahnya yang berseri. Dengan cepat, ia pun langsung kembali berdiri.
"What are you doing here? You must prepare yourself for the competition, right?" tanya (y/n).
"Don't worry about it. I believe that i can be the winner"
Tiba-tiba, raut wajah (y/n) pun berubah. Kelihatanya ia juga mengkhawatirkan tentang Haruka.
Albert yang menyadari hal tersebut langsung bertanya kepadanya.
"Hey, what's wrong?"
Spontan, (y/n) pun terbangun dari lamunannya.
"Ah! N-never mind. Good luck for you, Albert!" seru (y/n) sambil tersenyum.
Tanpa disangka-sangka, dari kejauhan datanglah Haruka. Kedua manik biru Haruka dalam sekejap langsung membulat begitu ia melihat (y/n) dan Albert yang saling berbincang satu sama lain. Ia sama sekali tidak tahu kalau mereka berdua ternyata saling mengenal satu sama lain.
"(Y/n)..." ucap Haruka pelan. Ia masih belum memiliki keberanian untuk memulai percakapan dengan (y/n). Sehingga, ia hanya berdiri mematung di tempat ia berdiri sekarang sambil melihat (y/n) dan Albert dari kejauhan.
Tiba-tiba, langkah kaki Albert semakin mendekati (y/n). Sekarang ia benar-benar berdiri tepat di hadapan (y/n).
"E-eh? Albert?"
Lalu Albert membungkukkan sedikit tubuhnya agar wajahnya dapat bertatapan langsung dengan (y/n).
Mata mereka saling menatap satu sama lain.
Dan.... tiba-tiba saja....
Albert mencium bibir (y/n).
Deg!
Haruka benar-benar tersentak dan merasa sangat terkejut dengan apa yang Albert lakukan kepada (y/n).
Lalu tak lama kemudian, Albert melepaskan ciumannya.
Jujur, (y/n) benar-benar sangat terkejut dengan perilaku Albert tersebut.
"You're so cute, (y/n)..." ucap Albert sambil mengelus-elus sebelah pipi (y/n).
"Eh?"
Secara spontan, Haruka berlari kearah Albert.
Haruka tiba-tiba saja menarik kerah jaket Albert dengan kasar.
Mata Haruka menunjukan rasa amarah yang teramat besar. Nafasnya pun terdengar sangat tidak beraturan. Ia benar-benar merasa sangat marah karena Albert tiba-tiba saja mencium (y/n) dihadapannya.
"Menjauhlah dari (y/n)!" seru Haruka.
"H...Haru-san?"
Lalu, terlihat dengan jelas raut muka Albert yang tersenyum sinis kearah Haruka.
"Whoa! Look at this! Why do you so resentful to me like that, huh?" tantang Albert.
Mendengar perkataan Albert tersebut membuat Haruka benar-benar murka. Secara tak sadar, ia mengepalkan sebelah tangannya dan melayangkannya tepat di sebelah wajah Albert dengan sangat keras.
DUAK!
Brug!
Saking kerasnya, Albert sampai-sampai terjatuh ke atas tanah.
Melihat Albert yang terkapar di tanah membuat kedua bola mata (y/n) terbelalak melihatnya.
"Albert!!!"
Dengan cepat, ia pun langsung menghampiri Albert.
"Albert! Are you okay?" tanya (y/n) sambil melihat baik-baik sebelah pipi Albert yang telah dipukul oleh Haruka. Dalam sekejap, sebelah pipinya pun membengkak dan terlihat lebam.
"I-i'm okay, (y/n)" balas Albert pelan. Ia hanya tidak ingin membuat (y/n) merasa sangat khawatir kepadanya.
Tiba-tiba, (y/n) pun terdiam sambil menundukkan kepalanya.
"Apa maumu sekarang, Haru-san?" tanya (y/n).
"Eh? (Y/n)?"
Lalu (y/n) kembali berdiri dengan tetap membelakangi Haruka.
"Apa kau puas sekarang? Kau bilang aku harus segera memutuskan lelaki mana yang harus kupilih, demo nande?"
"(Y/n), soal hal itu aku bisa jelaskan..."
"BERISIK!!!"
Teriakan (y/n) tersebut membuat Haruka diam seribu bahasa. Ia benar-benar terkejut (y/n) bisa semarah itu kepadanya.
"Kau yang mengatakannya sendiri kalau kau tidak mau menerima aku lagi, bukan? Aku ini hanyalah seorang gadis penggoda yang tidak pantas dimiliki oleh siapapun. Aku sadar bahwa aku tidak pantas bila harus bersanding denganmu" lirih (y/n). Lalu tanpa ia sadari, ia pun meneteskan air matanya.
"(Y/n)..."
Hati Haruka terasa sangat sakit. (Y/n) benar-benar membencinya sekarang. Semua yang ia katakan saat itu memanglah bukan atas keinginannya sendiri. Namun, entah mengapa ia merasa sangat bersalah karena perkataannya itu sampai-sampai membuat (y/n) merasa sangat sakit hati kepadanya.
Tak lama kemudian, Albert pun kembali berdiri. Karena tangisan (y/n) tak kunjung berhenti, kedua tangannya tiba-tiba merangkul tubuh mungil (y/n) dan segera memeluknya.
Melihat hal tersebut membuat hati Haruka semakin terasa sakit. Matanya terbelalak melihat (y/n) yang sama sekali tidak melawan sedikitpun saat Albert memeluknya seperti itu.
(Y/n), apa kau sebenarnya... menyukai Albert?
Lalu, mata Albert melirik kearah Haruka dengan tatapan sinis yang terlihat sangat menyeramkan. Mengisyaratkan bahwa Haruka harus segera pergi dari sana.
Deg!
Tatapan mata Albert benar-benar terasa sangat berbeda dari sebelumnya.
Tatapannya kali ini membuat Haruka merasa sangat ketakutan bila berada di dekatnya.
Albert memiliki aura misterius yang bisa membuat orang di sekitanya menjadi sangat tertekan.
Dalam sekejap, tubuh Haruka pun terlihat sangat gemetaran.
Nafasnya pun tiba-tiba menjadi tak beraturan.
Go away, Haruka!
(Y/n) will always feel desperate if you're still around her...
In fact, you're not suitable for (y/n). You're just a distruber for her peace.
Be aware of your useless existence...
, seakan-akan Albert membisikkan hal tersebut di telinga Haruka. Entah mengapa bisikannya tersebut seakan-akan ingin membunuh dan mencabik-cabik jiwa Haruka.
Tiba-tiba tanpa ia sadari, karwna merasa sangat ketakutan, Haruka mundur beberapa langkah kebelakang.
Tak lama kemudian, Haruka pun berlari pergi menjauh dari mereka berdua.
Begitu melihat Haruka pergi, terlihat dengan jelas senyuman licik di wajahnya.
(Y/n) yang masih menangis di pelukan Albert tidak menyadari hal tersebut.
It's all over, Haruka
It's over...
***
Tanpa ia sadari, Haruka sudah berlari cukup jauh. Sekarang ia berada tepat di depan gedung arena perlombaan renang dengan nafasnya yang terengah-engah.
Deg!
Tiba-tiba, dadanya kembali terasa sangat sakit.
A-ada apa ini?
.
.
.
.
.
.
.
Gelap...
Dimana aku?
"It's over, Haruka...."
tiba-tiba terdengar dengan jelas suara Albert di telinga Haruka.
Haruka mencoba mencari keberadaan Albert di sekitarnya. Namun yang hanya ia bisa temukan hanyalah sebuah ruangan hampa yang gelap. Tidak ada seorangpun disana kecuali dirinya sendiri.
"Albert?!"
"Haru-san!" tiba-tiba suara (y/n) terdengar jelas di telinganya.
Spontan, Haruka langsung menoleh kebelakang. Namun, ia tidak bisa menemukan sosok (y/n) disana.
"Haru-san! Aku disini!" panggil (y/n) sambil melambaikansebelah tangannya.
Haruka langsung melihat kedepan. Ternyata (y/n) berdiri disana sambil tersenyum.
"(Y/n)!" panggil Haruka pelan. Dengan cepat, ia langsung berlari mendekati (y/n).
Namun, bukannya menghampiri Haruka. (Y/n) malah berjalan pergi meninggalkan Haruka.
"(Y/n).... matte!!! (Y/n)!!!" seru Haruka.
Ia berlari semakin cepat, namun bukannya semakin dekat dengan (y/n), Haruka malah semakin menjauh dari (y/n).
Tiba-tiba,
Haruka menghentikkan langkahnya.
Matanya terbelalak karena melihat Albert yang tiba-tiba memeluk (y/n).
Namun, yang membuat hati Haruka semakin sakit adalah...
Ekspresi wajah (y/n) yang terlihat sangat bahagia di dalam dekapan Albert.
"(Y/n)..." panggil Haruka pelan.
Tak menyerah sampai disana, Haruka dengan sekuat tenaga berusaha berlari mendekati (y/n).
"(Y/n)!!!"
Tak lama kemudian, Albert dan (y/n) melepaskan pelukan mereka. Mata mereka saling menatap satu sama lain. Mereka berdua terlihat sangat senang karena bisa saling memiliki.
Tiba-tiba, Albert sedikit menundukkan wajahnya agar bisa mendekati (y/n) sambil memejamkan matanya. Begitu pula dengab (y/n), ia mengangkat sedikit wajahnya agar bibirnya dengan bibir Albert dapat bertemu satu sama lain.
"Tidak, (y/n)!!! Apa yang kau lakukan?!"
Bibir mereka berdua semakin dekat.
"(Y/n)!!!"
Dan pada akhirnya,
Albert dan (y/n) berhasil berciuman.
"(Y/N)!!!!!!"
***
"Oi, Haruka! Kau bisa mendengarku?!" seru seorang pria sambil mengguncang-guncangkan tubuh Haruka.
Haruka membuka matanya perlahan dengan pandangannya yang sedikit kabur.
Ternyata pria tersebut adalah Ryuji Azuma, pelatih pribadi Haruka.
"Azuma...-san?" ucap Haruka pelan.
DEG!
"I...itai!" lirih Haruka sambil mencengkram dadanya yang lagi-lagi terasa sakit.
"Oi! Daijoubu ka?!"
Haruka hanya terdiam. Di benaknya ia terus menerus memikirkan tentang (y/n).
Apa (y/n) benar-benar sudah melupakanku? Apakah orang yang ia sukai sekarang adalah Albert?
"(Y/n)..." bisik Haruka dengan matanya yang sedikit berkaca-kaca.
Plak!
Tiba-tiba Azuma menampar sebelah pipi Haruka.
"Oi! Sadarlah!" seru Azuma.
"Sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal yang tidak penting, Haru!"
"Demo..."
Tiba-tiba, Azuma mencengkram kedua bahu Haruka.
"Haruka, ini adalah pertandingan dunia. Ingatlah bagaimana perjuanganmu sampai kau bisa sampai di sini!"
Haruka terdiam sejenak sambil menundukkan kepalanya.
"Semua ini... kulakukan demi seorang gadis"
"Huh?"
"Aku tahu kau pasti menganggapku sangat kekanak-kanakan tapi, aku benar-benar melakukan semua ini demi dirinya..."
"Apa yang kau maksud gadis yang selalu bersama Albert?"
Mata Haruka tiba-tiba terbelalak mendengar perkataan Azuma tersebut.
"B-bagaimana kau bisa tahu?"
"Dengar ini, Albert akan melalukan apapun agar dirinya bisa menang. Termasuk kali ini. Apa kau tahu? Sebenarnya rival terbesarnya adalah kau, Haru!"
"A-apa?"
"Ia hanya ketakutan bila kau akan mengalahkannya saat pertandingan final nanti. Sehingga ia selalu berusaha untuk membuat pikiranmu kacau"
"B-benarkah?"
"Aku tidak hanya khawatir terhadap dirimu saja, Haru. Aku juga khawatir terhadap gadis itu. Albert tidak akan segan-segan melakukan apapun demi tujuannya bisa tercapai. Kau harus menyelamatkan gadis itu, Haru"
Haru hanya terdiam. Ia berusaha mencerna baik-baik perkataan pelatihnya itu.
"T-tapi bagaimana? Aku bahkan tidak bisa berbicara lagi dengannya sejak hubungan kita memburuk"
"Sebelum kau melakukan itu, kau harus mengalahkan Albert di pertandingan final nanti, Haru"
Haruka pun kembali terdiam sejenak.
"Apakah hanya itu satu-satunya cara?"
"Huh?"
"Entah mengapa setiap aku bertanding dengan Albert, semakin berusaha untuk berenang dengan cepat, gerak tubuhku malah semakin melambat"
"Yang bisa mengendalikan rasa takutmu itu hanyalah dirimu sendiri, Haruka. Kau harus percaya dengan kemampuanmu sendiri. Dan percayalah, gadis itu juga pasti sangat mengkhawatirkanmu. Aku yakin dia pasti akan selalu mendukungmu"
"(Y/n)..."
Lalu Haruka menundukkan kepalanya sambil berusaha untuk kembali berdiri tegak.
"Oi! Kau sudah tidak apa-apa?" tanya Azuma sedikit khawatir.
"Azuma-san... Aku pasti akan menjadi juara dunia. Aku pasti akan menyelamatkan (y/n) dari belenggu Albert"
Lalu Azuma menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Dasar anak muda. Yosh, kalau begitu ayo kita latihan. Kita masih punya beberapa haru sebelum pertandingan final diadakan. Kalau kau ingin menjadi juara dunia, aku tidak akan segan-segan untuk memberi porsi latihan yang berat untukmu, Haru"
"Akan kulakukan!"
"Hm! Itu baru semangat. Jya, ikou" ucap Azuma sambil berjalan menuju gedung arena perlombaan.
Tunggu aku, (y/n)
Kali ini aku tidak lagi merasa goyah
Kali ini aku tidak lagi merasa ragu
Mulai saat ini, aku sudah memutuskan untuk terus mencintaimu
Semua perjuanganku ini kulakukan hanya untukmu
Aku pasti akan menyelamatkanmu dari Albert
Zettai da!
Dengan sisa waktu yang dimilikinya sebelum pertandingan final, Azuma benar-benar melatih Haruka agar ia tidak lagi merasa goyah bila bertanding dengan Albert.
Haruka berjuang dengan sangat sungguh-sungguh untuk pertandingan ini. Pertandingan ini bagaikan hidup dan mati baginya.
Bila ia menjadi juara, ia bisa menyelamatkan (y/n) dan bisa mengharumkan nama negaranya di kancah internasional
Namun, bila ia kalah, ia harus merelakan (y/n) bersama dengan Albert dan perjuangannya selama ini menjadi sia-sia.
***
Hari dimana pertandingan final pun dimulai. Suasana arena perlombaan renang lebih riuh daripada sebelumnya.
Para fotografer dan kameramen dari berbagai macam negara datang untuk mengabadikan momen bergengsi ini.
Penonton yang datang pun lebih banyak daripada pertandingan babak sebelumnya.
(Y/n) sudah bersiap sebagai salah satu tenaga medis dari Jepang. Ia merasa sangat gugup karena ini pertama kali baginya berpartisipasi dalam ajang bergengsi ini.
Haru-san, apa dia baik-baik saja? Aku jadi merasa bersalah karena aku terlalu kasar kepadanya, gumam (y/n).
Tiba-tiba, ia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat.
Apa yang kupikirkan? Aku harus fokus dengan tugasku sekarang. Ingatlah, (y/n)! Peranmu disini sangatlah penting!, seru (y/n) dalam hati.
"Yamazaki-san! Bisa tolong bawakan peralatan ini ke gudang?" tanya salah satu senior (y/n).
"Ah! Hai!"
Dengan cepat, (y/n) menerima beberapa buah peralatan medis tersebut dan segera memebawanya ke gudang.
(Y/n) berjalan menuju gudang yang berada tepat di lantai dua. Di sana ia tak sengaja mendengar seseorang sedang melakukan perbincangan serius di telepon
"I told you i already do it!"
Suara ini..., ini adalah suara Albert!, gumam (y/n).
"Yeah! I already use (y/n) just for distract Haruka, Ralph!"
A-apa? Menggunakan aku? Untuk mengganggu Haruka? Apa maksudnya?
Karena penasaran, (y/n) berniat menguping pembicaraan Albert tersebut.
"What are you talking about? I even never like a Japanese girl. Don't worry, i wont fall in love with her. I just want to make Haruka in suffer. You know? She just a dumb girl. She always do anything i asked to her. Haruka very love her. This is the only way i could defeat him. I should be a winner whatever happened..."
Deg!
Mendengar hal tersebut membuat (y/n) benar-benar terkejut. Karena Albert selalu berada di sisinya, ia mulai menyukai Albert belakangan ini. Namun nyatanya, Albert hanya memanfaatkannya untuk mengalahkan Haruka. Bahkan Albert hanya menganggap (y/n) seorang gadis yang bodoh karena mudah sekali dimanfaatkan. Hal tersebut membuatnya semakin merasa kecewa kepada Albert.
"Okay. I have to go now. The competition will start soon. See you, Ralph!"
Lalu Albert menutup teleponnya. Tiba-tiba (y/n) memberanikan diri untuk memanggil Albert.
"Albert!"
Sontak, Albert merasa sangat terkejut.
"(Y/n)!? What are you doing here?" ucapnya sambil berusaha ramah.
Lalu dengan santainya Albert berjalan mendekati (y/n). Ia pikir (y/n) tidak mendengar pembicaraannya tadi dengan Ralph.
Tiba-tiba, ia menepuk-nepuk ujung kepala (y/n).
"You're really so serious to do your duty, (y/n)" ucap Albert sambil tersenyum.
(Y/n) hanya menundukkan kepalanya. Ia sama sekali tidak menjawab perkataan Albert tersebut.
Sontak, (y/n) langsung mencengkram sebelah tangan Albert yang sedang menepuk-nepuk kepalanya dan segera menyingkirkannya dengan sedikit kasar.
Albert benar-benar terkejut dengan sikap (y/n) tersebut.
"(Y/n)?"
"Stop pretending, Albert!"
"What are you talking about?" tanya Albert sambil berpura-pura tidak mengetahui apapun.
PLAK!
Tiba-tiba, (y/n) menampar sebelah pipi Albert dengan cukup keras.
"What have you done?! You just use me for your sake! And Haru... You already gave Haru a lot of anguish! Do you realize what have you done, Albert?!" seru (y/n). Ia benar-benar marah karena Albert sudsh membuat Haruka menderita.
Albert terdiam sejenak. Tiba-tiba ia tersenyum licik kearah (y/n). Pandangan Albert terlihat sangat menyeramkan. Entah mengapa ekspresi wajahnya sekarang membuat (y/n) dalam sekejap bergidig ngeri melihatnya.
Lalu Albert mendekatkan wajahnya kearah wajah (y/n).
"Oh, i see. You alredy know it. But.... it is too late now, (y/n)" bisik Albert tepat di depan wajah (y/n).
Jantung (y/n) tak mau berhenti berdegup dengan kencang. Ia merasa sangat ketakutan. Namun ia berusaha untuk memberanikan dirinya agar bisa melawan Albert.
"I won't let you to suffer Haruka more than this"
Prank!
Tiba-tiba, peralatan medis yang dibawa (y/n) berjatuhan ke lantai.
Ternyata,
Albert mencekik leher (y/n) dengan cukup kuat. Alhasil, (y/n) pun kesulitan untuk bernafas.
"L...let...m...me...go..." ucap (y/n) pelan sambil berusaha melepas tangan Albert yang mencengkram lehernya.
"For now, i don't need you anymore, (y/n)"
Cengkraman Albert pun semakin kuat dari sebelumnya. Membuat (y/n) semakin sulit untuk bernafas. Benar-benar terasa sangat menyakitkan.
"If you don't wanna die, shut up your mouth. If you tell Haruka about this, i'll make you more suffered, understood?"
Belum sempat (y/n) menjawab, Albert sudah terlebih dulu melepaskan cengkramannya.
Brug!
"Uhuk...uhuk!"
Karena tubuhnya yang terasa sangat lemas, (y/n) pun terjatuh ke lantai sambil terbatuk-batuk. Kepalanya terasa sangat sakit. Apalagi dengan lehernya. Pandangannya pun sedikit terlihat buram.
Tak lama kemudian, Albert berjalan pergi meninggalkan (y/n) begitu saja sendirian.
Sedangkan (y/n), ia masih terbatuk-batuk karena berusaha untuk bernafas normal.
"H...Haru...-san...." ucapnya sambil meneteskan air mata.
DEG!!!
Tiba-tiba, entah mengapa dada (y/n) terasa sangat sakit. Ia pun menjadi kesulitan untuk bernafas.
Brug!
(Y/n) tiba-tiba saja tak sadarkan diri.
***
Di tengah suasana riuh arena perlombaan, Haruka sibuk mencari keberadaan (y/n). Padahal tinggal beberapa menit lagi perlombaan akan dimulai, namun ia tidak melihat (y/n) di rombongan tenaga medis.
Haruka mulai merasa khawatir dengan (y/n). Ia takut terjadi apa-apa dengannya.
Baru saja ia ingin mencoba mencari (y/n) di sekitar arena lomba, sebuah pengumuman keluar dari speaker arena.
"For all of the swiming competitors, please gather in the competition area. In a few minute, the final competition will start soon"
(Y/n)... Kau dimana?
***
Tak lama berselang, akhirnya (y/n) mendapatkan kembali kesadarannya. Namun saat ia terbangun, ia sudah berada di tempat yang berbeda.
Sekarang ia sedang terbaring lemah di atas sebuah kasur.
"Oi! Kau sudah sadar?" tanya seorang pria kepada (y/n).
"S...siapa kau?"
"Aku pelatih Haruka, panggil saja aku Azuma"
"Pelatih...Haru-san? Uhuk...uhuk..."
"Jangan banyak berbicara dulu. Aku menemukanmu terkapar di lantai"
Lalu, (Y/n) pun berusaha untuk bangun.
"Oi!" seru Azuma sambil menahan kedua bahu (y/n).
"Aku harus memberi tahu Haru-san!"
"Tentang Albert, iya 'kan?"
"Eh? B-bagaimana kau bisa tahu?"
Lalu Azuma mengehela nafas panjang.
"Kau tidak perlu khawatir, Haru sudah mengetahui semuanya. Jadi, apa yang Albert lakukan kepadamu?"
Lalu (y/n) menjelaskan semuanya kepada Azuma.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
***
Disisi lain, Haruka dan atlet renang lainnya sudah bersiap di depan papan lompat.
Walalupun perlombaan sudah di depan mata, Haruka masih sibuk memikirkan (y/n). Padahal ini adalah babak final pertandingan dunia, namun ia benar-benar tidak bisa fokus untuk bertanding.
Tak lama kemudian, Albert pun berjalan menuju papan lompatnya yang letaknya tepat di samping Haruka.
"Are you looking for (y/n)?" tanya Albert tiba-tiba sambil meregangkan tubuhnya.
Mendengar nama (y/n) dari mulut Albert membuat Haruka semakin merasa khawatir.
Spontan, Haruka langsung menarik kacamata renang Albert.
"Dimana (y/n)?!"
Albert hanya menujukkan senyum liciknya. Terlihat dengan jelas di wajahnya bahwa ia merasa sangat puas karena Haruka sedang merasa sangat gelisah sekarang. Hal ini membuat peluangnya menjadi juara bertahan semakin besar.
Lagi-lagi, pandangan Albert yang sangat mengintimidasi membuat Haruka merasa sangat takut untuk bertanding dengannya. Pandangannya seakan-akan mengatakan bahwa ia dan Haruka berada di level yang sangat jauh berbeda.
"Be aware of where you're standing, Haruka"
Deg!
Tanpa Haruka sadari, tangannya melepas kaca mata Albert.
Ia benar, kemampuanku ini sangat berbeda jauh dengannya. Kemampuan renang Albert berada di level yang berbeda. Kalau begini terus, aku tidak akan pernah bisa mengalahkannya, pikir Haruka.
Tiba-tiba terbayang di benaknya gaya renang Albert saat ia bertanding dengannya.
Bagaimana bisa gaya renangnya terasa sangat mengintimidasi?
Apakah memang seperti ini gaya para perenang kelas dunia?
Apakah aku harus membuang semua mimpi-mimpiku disini?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Take your marks!"
Begitu Haruka tersadar dari lamunannya, ia tiba-tiba sudah berada dalam posisi start.
A-apa ini? Bukankah tadi lombanya baru akan dimulai dalam beberapa menit?
Selama waktu tadi, ternyata Haruka kehilangan kesadarannya.
Tanpa ia sadari, Albert sudah menghipnotisnya selama itu.
Prriiiiitttt!!!
Byurrr!
Semua atlet renang melompat ke dalam kolam renang.
Namun sayangnya,
Haruka menjadi satu-satunya atlet yang melompat paling akhir. Ia baru saja mendapatkan kesadarannya kembali, mana mungkin ia bisa langsung bersiap untuk melompat. Hal tersebut membuatnya berada di posisi paling terakhir. Bahkan ia tidak bisa melihat sudah dimana Albert berenang sekarang.
Walaupun begitu, Haruka tetap berusaha untuk menggerakkan kedua tangan dan kakinya secepat yang ia bisa agar ia bisa menyusul atlet-atlet lainnya.
Namun, mau bagaimanapun ia berusaha, ia masih tetap tertinggal. Malah sebaliknya, ia malah merasa sangat kelelahan karena seluruh energi yang ia miliki ia kerahkan di awal. Bahkan, ia malah tidak bisa mengatur nafasnya dengan baik karena merasa sangat panik.
Berfikir, Haruka!
Kau tidak boleh kalah disini!
***
"Gawat! Aku terlambat!" seru Azuma sambil beranjak dari duduknya.
"Ada apa?" tanya (y/n).
"Sekarang, Haruka sedang bertanding dengan Albert!"
"Eh?!"
"Aku harus pergi sekarang!" ujar Azuma sambil berjalan keluar ruang kesehatan.
Tiba-tiba,
(Y/n) mencengkram sebelah tangannya.
"Aku akan ikut denganmu!"
"Tubuhmu masih sangat lemah. Kau tunggu saja disini!" ucap Azuma sambil berusaha melepaskan genggaman tangan (y/n).
Namun, genggaman tangan (y/n) malah semakin mencengkram erat sebelah tangan Azuma.
"Tidak! Aku tidak mau! Aku harus melihat Haru-san apapun yang terjadi!"
Lalu Azuma menghela nafas panjang.
"Dasar anak muda. Baiklah! Ayo cepatlah!"
Akhirnya, Azuma membantu (y/n) berjalan menuju arena perlombaan.
Dengan tubuhnya yang masih terasa lemas, (y/n) memaksakan dirinya untuk berjalan secepat yang ia bisa.
Haru-san,
Tunggu aku....
***
Para atlet dari negara lain sudah melakukan putaran kedua, namun Haruka baru saja menyelesaikan putaran pertamanya. Hal tersebut membuatnya semakin panik.
Semakin ia berusaha untuk berenang dengan cepat, kecepatannya semakin menurun.
Nafasnya semakin lama semakin tidak beraturan.
.
.
.
.
.
.
.
.
Entah mengapa suasana kolam renang tiba-tiba menjadi sangat gelap.
Seakan-akan ia sedang berenang di tengah laut malam sendirian, tanpa seorangpun menemaninya.
Dingin....
Gelap....
Hanya itu yang bisa ia rasakan saat ini.
Apa yang kulakukan disini?
Kenapa aku terus menerus berenang gaya bebas selama ini?
Sebenarnya, untuk apa aku berjuang?
Tiba-tiba, ia pun berhenti berenang.
Tubuhnya perlahan mulai tenggelam ke dasar laut yang dalam.
Tidak ada gunanya lagi aku berjuang sekarang...
Aku bahkan kehilangan alasan untuk berjuang...
Apakah ini adalah akhir dari diriku?
Terbebas dari kompetisi...
Terbebas dari siapapun...
Hanya aku sendirian disini...
Apakah ini kebebasan yang sebenarnya aku cari selama ini?
Lalu ia pun memejamkan matanya dan membiarkan tubuhnya tenggelam lebih jauh ke dasar laut.
Tiba-tiba,
Seseorang menggenggam sebelah tangannya dengan kuat.
Haruka pun membuka matanya perlahan. Ia berusaha melihat wajah orang tersebut.
Ternyata...
Orang tersebut adalah (y/n).
Sontak, kedua manik biru indah Haruka langsung membulat begitu melihatnya.
(Y/n)?
Lalu, (y/n) berusaha menarik sebelah tangan Haruka agar ia bisa kembali berenang.
"Akiramenaide, Haru-san!" seru (y/n). Beberapa bulir gelembung keluar dari mulutnya yang berusaha berbicara di dalam air.
Cengkraman tangan (y/n) semakin kuat menarik sebelah tangan Haruka.
Tidak mau melihat (y/n) berjuang sendirian, dalam sekejap semua stamina Haruka muncul kembali. Ia langsung menggerakkkan kembali kedua kakinya dan berusaha untuk berenang menuju permukaan air.
Melihat hal tersebut, (y/n) pun terkesiap.
Semakin lama, Haruka semakin mempercepat gaya berenangnya.
Saking cepatnya, karena tidak bisa menyamai kecepatan Haruka, (y/n) pun melepaskan genggamannya dari pergelangan tangan Haruka.
Haruka yang menyadari hal tersebut langsung melirik kebawah laut. Ia melihat (y/n) melambaikan kedua tangannya sambil sesekali memberi Haruka semangat.
Benar, aku masih memiliki alasan untuk bertanding...
Semua itu adalah kau, (y/n)...
Dalam sekejap, semangat Haruka pun kembali. Gerakkan kakinya pun semakin lama semakin cepat.
Hingga pada akhirnya, ia pun sampai di permukaan air yang dipenuhi dengan cahaya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Byur!
Haruka mengambil nafas di permukaan air sambil menggerakan kedua tangan dan kakinya beriringan. Akhirnya ia kembali ke dunia nyata.
Aku tidak boleh menyerah disini!
Aku pasti bisa melakukannya!
Perlahan tapi pasti, Haruka menyusul satu per satu atlet renang dari negara lain.
Akhirnya ia mendapatkan kembali kepercayaan dirinya, sehingga ia bisa mengerahkan seluruh kemampuannya sekarang.
Tinggal sedikit lagi, Haruka akan sampai di garis finish.
Namun, tidak semudah itu.
Di hadapannya masih ada sang juara bertahan, siapa lagi kalau bukan Albert Wahlander. Rival terberatnya selama ia bertanding di kancah dunia.
Haruka sudah berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan kecepatannya, namun Albert selalu lebih cepat darinya.
Apa yang harus kulakukan?
Deg!
Lagi-lagi, gaya renang Albert mengintimidasinya. Terus menerus terbayang di benaknya wajah Albert yang memandang rendah kepadanya.
"You're place is not in here, Haruka"
"You're the slowest swimmer that i ever seen"
"You're just lucky for being here"
"What are you swimming for?"
Perkataan Albert tersebut terus terdengar di telinga Haruka. Membuatnya tidak bisa fokus dalam bertanding. Suara Albert tentu sangat mengganggunya.
Ayolah, fokus, Haruka!, seru Haruka dalam hati, berusaha untuk tetap fokus dalam perlombaan.
"HARU-SAAANNN.....!!! GANBATTEEEEEE....!!!"
Tiba-tiba ia mendengar suara teriakan (y/n) dari kejauhan. Suaranya menggelegar di seisi arena perlombaan. Ia tidak pernah mendengar (y/n) berteriak sekencang itu.
"AKU AKAN SELALU MENDUKUNGMU...!!! DAKARA, JANGAN PERNAH SEKALIPUN BERPIKIR UNTUK MENYERAH, HARU-SAANN...!!!"
Karena teriakan (y/n) yang sangat keras, membuat hampir semua pasang mata tertuju padanya. Namun, (y/n) sama sekali tidak merasa malu. Ia akan melakukan apapun agar bisa selalu mendukung Haruka.
Mendengar (y/n) menyemangati dirinya membuat Haruka terbangun dari lamunannya. Akhirnya ia bisa menghalau semua suara dan intimidasi dari Albert.
Kecepatannya dalam sekejap meningkat dengan sangat signifikan. Akhirnya ia bisa berenang beriringan dengan Albert.
Melihat hal tersebut membuat Albert sedikit terguncang. Ia tidak menyangka Haruka bisa lepas dari jebakannya kali ini
Mada mada!
Haruka semakin mempercepat renangnya.
I'll show you, Haruka!!!
Tidak mau kalah, Albert pun meningkatkan kecepatan berenangnya.
Tinggal sedikit lagi, Haruka dan Albert akan sampai di garis finish. Garis ini akan menjadi saksi bisu siapa yang akan menjadi juara dunia selanjutnya. Apakah Albert si juara bertahan, ataukah Haruka si pendatang baru?
Semakin mereka berdua mendekati garis finish, suasana para penonton semakin riuh dan memanas. Mereka berteriak mendukung salah satu diantara Haruka dan Albert.
Karena terus menerus meningkatkan kecepatannya, Haruka semakin kehabisan energi. Begitu pula dengan Albert. Mereka berdua sama-sama tidak ada yang ingin mengalah satu sama lain.
"Ayooo, Harukaaa...!!!" seru Azuma yang berdiri tepat di samping (y/n).
"HARU-SAAANN...!!!" teriak (y/n).
Dan akhirnya...
PRIIIITTTTTT!!!
Suara gemuruh sorak sorai dari para penonton menyelimuti arena perlombaan.
Bruk!
Tiba-tiba (y/n) terduduk di atas lantai.
"Uhuk...uhuk...uhuk..."
Karena berteriak terlalu keras, membuat (y/n) menjadi terbatuk-batuk.
"Oi! Kau tidak apa-apa?" seru Azuma sambil membantu (y/n) untuk berdiri.
"U...um" balas (y/n) sambil berusaha untuk berdiri.
Lalu, mata mereka langsung tertuju pada papan peringkat yang tertempel di salah satu tembok.
"M...maji?" tanya Azuma tidak bercaya.
"T-tidak mungkin..." ucap (y/n) dengab kedua bola matanya yang membulat.
Mereka sama sekaki tidak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini.
Ternyata...
Haruka menempati urutan pertama.
Sedangkan Albert berada di urutan kedua.
Perbedaan waktu diantara mereka berdua hanyalah 1 detik. Benar-benar persaingan yang sangat ketat.
Akhirnya sang raja bertahan berhasil ditaklukkan oleh Haruka.
"H-Haru-san...." ucap (y/n). Tanpa ia sadari, ia pun meneteskan air matanya. Semakin lama tangisannya semakin menjadi-jadi. Ia sama sekaki tidak menyangka, akhirnya Haruka keluar sebagai juara baru dalam perlombaan renang gaya bebas kelas dunia.
Azuma pun merasa sangat terharu, terlihat dengan jelas kedua matanya yang berkaca-kaca. Lalu ia merangkul sebelah bahu (y/n) sambil sesekali mengelus-elusnya agar (y/n) bisa merasa lebih tenang.
"Kau berhasil, Haru..." ucap Azuma sambil melihat kearah langit-langit arena perlombaan yang dihiasi lampu gemerlap.
***
Disisi lain perlombaan, Haruka masih mengatur nafasnya yang ternegah-engah. Lalu ia melirik kearah papan peringkat. Spontan, matanya terbelalak melihatnya. Ia benar-benar tidak menyangka ternyata ia bisa keluar menjadi seorang juara.
Aku....berhasil?, gumam Haruka tidak percaya.
Lalu ia menoleh kearah Albert yang berdiri tepat di sampingnya. Ia melihat Albert yang sedang menundukkan kepalanya sambil meneteskan air matanya. Melihat hal tersebut membuat Haruka sedikit terkejut.
"Congratulation!" seru seorang panitia sambil mengulurkan sebelah tangannya kearah Haruka untuk membantunya kembali ke daratan.
Spontan, Haruka pun menerima uluran tangan tersebut.
"T-terima kasih..."
"Haru-san...!!!" panggil (y/n) yang tiba-tiba sudah ada di arena perlombaan.
Sontak, Haruka pun langsung menoleh kearahnya.
"(Y/n)..."
Dengan mata yang masih berkaca-kaca, kedua kaki (y/n) langsung berlari kearah Haruka.
Spontan, Haruka pun ikut berlari untuk bisa menghampiri (y/n).
Mereka pun semakin dekat,
dan dengan cepat, (y/n) langsung memeluk tubuh Haruka dengan sangat erat.
"Haru-san! Kau berhasil!" lirik (y/n) sambil menangis. Ia tidak bisa lagi membendung rasa terharunya begitu ia memeluk Haruka.
"Semua ini berkatmu, (y/n)" ucap Haruka pelan sambil mengelus-elus bagian belakang kepala (y/n) dengan lembut.
Karena terbawa suasana, Haruka pun ikut meneteskan air matanya sambil tersenyum dengan sangat tulus. Jarang sekali Haruka bisa tersenyum seperti itu. Hanya (y/n) saja lah yang bisa membuatnya tersenyum tulus seperti itu.
Lalu mereka berdua pun melepaskan pelukan mereka. Manik biru Haruka menatap dalam-dalam kedua bola mata (y/n) yang indah dari dekat.
"Haru-san..."
"(Y/n)..."
Tiba-tiba, Haruka menarik wajah (y/n) sambil memejamkan matanya. Melihat hal tersebut, (y/n) pun ikut memejamkan matanya dan mendekatkan bibirnya agar bisa berciuman dengan Haruka.
Dan akhirnya,
Haruka dan (y/n) pun berhasil berciuman.
Bibir mereka berdua seakan-akan menyatakan bahwa mereka berdua tidak ingin melepaskan ciuman mereka.
Walaupun semua mata tertuju pada mereka berdua, dan bahkan ada beberapa kamera menyoroti mereka, (y/n) dan Haruka benar-benar tidak mempedulikannya. Seakan-akan hanya ada mereka berdua saja disana.
Melihat (y/n) dan Haruka yang benar-benar terlihat sangat romantis menyentuh hati orang-orang di sekitar mereka. Begitu pula dengan Azuma.
"Dasar, anak-anak zaman sekarang tidak mengenal tempat" celetuk Azuma sambil sedikit terkekeh.
Apakah mimpi yang selama ini (y/n) mimpikan akhirnya akan menjadi kenyataan?
***
Tanpa di sangka-sangka, ternyata Ikuya datang ke arena perlombaan. Namun, karena ia gagal di babak penyisihan, ia hanya datang sebagai penonton.
Dari kejauhan, ia melihat Haruka dan (y/n) yang tiba-tiba berpelukan.
Sontak, ia pun langsung beranjak dari tempat duduknya.
"(Y/n)?!"
Matanya terbelalak begitu ia melihat (y/n). Ia tidak menyangka ternyata (y/n) juga ada di Sydney.
Tak lama kemudian, (y/n) dan Haruka pun berciuman.
Ia benar-benar terkejut melihat hal tersebut.
Dalam sekejap, tubuhnya pun terasa sangat lemas.
Untuk masalah skandal (y/n) dan Natsuya saat itu, Ikuya sudah mengetahui kebenarannya bahwa yang bersalah itu adalah kakaknya. Namun untuk kali ini, ia baru tahu kalau laki-laki yang sebenarnya (y/n) sukai adalah Haruka.
"Bodohnya aku. Bagaimana bisa aku menyukai gadis sepertimu yang bahkan tidak pernah melirik kearahku?" tanya Ikuya pelan.
Lalu ia memutuskan untuk pergi dari arena perlombaan.
***
Di luar gedung arena perlombaan, Rin yang kebetulan sedang tinggal di Sydney ternyata juga melihat Haruka yang sedang berciuman mesra dengan (y/n) dari layar di luar gedung.
Hatinya dalam sekejap seakan-akan hancur berkeping-keping.
Lalu ia menundukkan kepalanya sambil berusaha untuk tegar.
Aku kira dengan aku pergi dari Jepang aku bisa memperbaiki hubunganku denganmu, (y/n)...
Namun nyatanya,
Kau lebih memilih Haruka dibandingkan diriku sekarang...
"Sayonara, (y/n)..."
***
Sedangkan di Jepang, tepatnya di kediaman keluarga Tachibana, ibu Makoto sedang menonton televisi. Dan secara kebetulan, ia sedang menonton olimpiade yang disiarkan secara langsung dari Sydney.
"Jepang memenangkan kejuaraan lomba gaya renang? Hebat sekali!" celetuk ibu Makoto.
"Benarkah?" tanya Makoto sambil melirik kearah televisi.
"Iya. Are? Bukankah itu Haru-chan?" tanya ibu Makoto.
"Eh?"
"Kau tidak tahu ia sedang bertanding?" tanya ibu Makoto sambil menoleh kearah Makoto yang sedang berdiri di dekat meja makan.
"U...um. Kita sudah lama tidak saling bertukar pesan" balas Makoto.
"Waah! Sudah jam berapa ini? Ibu harus segera pergi. Tolong jaga rumah ya, sayang" ucap ibu Makoto sambil mematikan tv dan segera beranjak dari sofa.
"Um. Itterasshai!" ucap Makoto.
Karena ingin melihat keadaan sahabatnya saat ini, Makoto pun memutuskan untuk menyalakan kembali televisi untuk dapat melihat Haruka walaupun dari balik layar.
Tiba-tiba, kamera menyoroti Haruka dan (y/n) yang saling berpelukan.
Siapa gadis yang Haruka peluk itu?
Setelah melihatnya baik-baik, ternyata gadis itu adalah (y/n).
"(Y/n)?" tanya Makoto.
Tapi, kenapa (y/n) bisa ada di Sydney bersama Haruka?
Tak lama kemudian, Makoto melihat (y/n) dan Haruka pun berciuman.
Sakit...
Benar-benar terasa sangat sakit.
Sudah berapa kali Makoto merasakan rasa sakit yang tak berujung ini?
Sepertinya, ini adalah waktunya.
Aku yakin ia pasti akan merasa bahagia bila bersama Haruka
Aku harus benar-benar melupakan (y/n)..., gumam Makoto sambil berusaha tersenyum. Namun air matanya tidak bisa berbohong. Air matanya tiba-tiba mengalir di kedua pipinya.
***
Natsuya sedang menaiki sebuah bus sambil membaca-baca berita hangat dari handphone-nya.
Tiba-tiba, ia melihat ada sebuah berita dengan foto Haruka dan (y/n) yang sedang berpelukan.
Hal tersebut membuatnya sedikit terguncang.
"(Y/n)?"
Lalu ia membaca baik-baik isi berita tersebut.
Tak lama kemudian, bukannya merasa kesal, Natsuya malah tertawa geli setelah membaca berita tersebut.
"Yare yare... jadi ini orang yang sangat kau sukai itu, (y/n)?"
Namun tetap saja, ia tetap bisa merasakan rasa sakit di dadanya.
***
Tidak terasa sudah setengah tahun berlalu sejak diadakannya olimpiade Sydney.
Tak terasa, akhirnya (y/n) pun lulus dari universitas.
Sekarang ia bisa memulai kariernya sebagai
tenaga medis profesional.
Karena ini adalah hari terakhirnya berada di kampus, ia tengah sibuk membereskan semua barang-barangnya yang tertinggal di lokernya.
Tiba-tiba,
Sepucuk surat terjatuh dari lokernya.
Spontan, (y/n) langsung mengambil surat tersebut.
Surat untuk siapa ini? Apakah untukku?
Dan ternyata di sisi amplop tersebut tertulis nama Yamazaki (y/n).
Kurasa ini memang untukku, gumam (y/n).
Dengan cepat, (y/n) langsung membuka surat tersebut dan segera membacanya.
(Y/n)-san, hisashiburi.
Sudah lama kita tidak berjumpa. Maaf aku tidak menulis siapa namaku, tapi aku berharap kau bisa menebak siapa aku sebenarnya. Hmm... bagaimana aku mengatakannya, ya? Bukannya ingin pamrih atau semacamnya tapi, aku hanya ingin memberitahu bahwa sebenarnya aku adalah orang yang memberikanmu nafas buatan saat kau tenggelam di kolam renang Iwatobi saat itu. Aku ingin memberitahumu tentang hal ini karena aku ingin merasa lebih tenang. Sebenarnya, selama ini aku menyimpan perasaan kepadamu. Namun mulai sekarang aku memutuskan untuk berhenti menyukaimu, (y/n). Karena orang yang pantas untukmu hanyalah Haruka. Aku yakin hanya Haruka yang bisa membuatmu bahagia. Asalkan bisa melihatmu bahagia, aku juga akan ikut merasa senang untukmu. Kalau orang yang bersanding denganmu itu Haruka, jujur aku juga merasa sedikit tenang. Kuharap kau bisa bahagia bersama Haruka, (y/n) :))
Hmm... mungkin itu saja yang bisa aku sampaikan. Maaf, aku memang tidak sopan menulis surat seperti ini untukmu.
Jya, sayonara, (y/n).
Huh? Apa maksudnya? Siapa yang menulis surat ini?, gumam (y/n) kebingungan.
Tiba-tiba, handphone (y/n) berdering. Menandakan ada sebuah pesan masuk.
Dengan cepat, ia pun langsung membuka pesan di dalam handphone-nya.
Haru-san
(Y/n), selamat atas kelulusanmu. Maaf belakangan ini aku selalu sibuk, jadi aku tidak sempat menghubungimu.
(Y/n)
A! Haru-san! Arigatou! Kau juga selamat ya karena sudah lulus dari Universitas Hidaka :)). Tidak apa-apa, kok. Aku paham. Apalagi sekarang kau sudah menjadi atlet profesional, kau pasti menjadi sangat sibuk.
Haru-san
Arigatou. Ngomong-ngomong, kalau kau sedang senggang, bisakah kau menemuiku di kolam renang universitas Shimogami sore ini?
Eh? Tumben sekali Haru-san mengajakku bertemu seperti ini.
(Y/n)
Bisa saja, sih. Memangnya ada apa, Haru-san?
Haru-san
Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan. Jadi, kau akan datang 'kan?
(Y/n)
Um. Wakatta. Aku akan datang. Jya, sampai jumpa sore nanti, Haru-san.
Haru-san
Arigatou ne. Jya, mata
Lalu (y/n) menyimpan surat tadi di sakunya dan membawa sebuah kotak penuh yang berisi barang-barangnya.
***
Saat sore harinya, (y/n) sudah berada lebih dulu di kolam renang Universitas Shimogami.
Suasana kolam renang yang sepi dan tenang di sore hari membuatnya ingin berlama-lama disana.
Lalu ia pun duduk tepat di bangku pinggir kolam renang.
Tiba-tiba,
seseorang keluar dari kolam renang.
Hal tersebut membuat (y/n) sedikit terkejut.
Ternyata, orang tersebut adalah Haruka.
"Are?! Haru-san?!" seru (y/n) sambil beranjak dari duduknya.
Haruka menggoyang-goyangkan kepalanya yang basah lalu melirik kearah (y/n). Mata mereka saling menatap selama beberapa detik.
Entah mengapa Haruka terlihat berbeda dari biasanya. Tubuhnya terlihat lebih kekar dibandingkan saat ia bertanding di Sydney Olympic. Kedua manik birunya juga terlihat lebih indah dari sebelumnya. Sebagian wajahnya yang tersorot sinar matahari sore membuat wajahnya semakin terlihat tampan. Padahal baru berselang setengah tahun, namun Haruka terlihat lebih dewasa dari sebelumnya. Hal tersebut membuat (y/n) terpana melihatnya.
Pandangan Haruka pun tak bisa berpaling dari (y/n). Wajah (y/n) terlihat sangat cantik dan manis di matanya.
Tak lama kemudian, Haruka berjalan mendekati (y/n) dan langsung meraih kedua tangan (y/n) sambil sesekali mengelusnya . Jantung (y/n) tak bisa berhenti berdegup dengan kencang. Ia bisa melihat wajah tampan Haruka dari dekat, apalagi saat ini Haruka sedang bertelanjang dada. Membuat (y/n) semakin merasa gugup.
Suasana ini mengingatkannya pada mimpi pernikahan yang ia alami belakangan ini.
Apakah laki-laki itu benar-benar Haruka?, gumam (y/n).
"(Y/n)..." ucap Haruka lembut.
"I-iya?"
"Kau ingat ciuman kita saat di olympic?"
"E-eh?"
Dalam sekejap, wajah (y/n) mendadak sangat memerah. Saat itu (y/n) benar-benar terbawa suasana sampai-sampai ia tidak menyadari kalau dirinya yang sedang berciuman dengan Haruka tersorot kamera.
Melihat wajah (y/n) yang tersipu malu membuat Haruka tersenyum manis melihatnya. Sungguh pemandangan yang sangat langka. (Y/n) menjadi gadis yang paling beruntung di dunia karena hanya ia yang bisa membuat Haruka tersenyum seperti itu.
"Aku suka saat kau tersipu malu, (y/n). Kau menjadi terlihat lebih cantik" ucap Haruka.
"Ciuman kita saat itu adalah bukti rasa cintaku padamu, maka dari itu aku ingin semua orang di dunia mengetahui bahwa kau adalah milikku, (y/n)..." lanjut Haruka.
Perkataan Haruka tersebut membuat jantung (y/n) semakin berdegup dengan kencang.
"Eh? A-apa maksudmu, Haru-san? K...kita kan bukan sepasang kekasih"
"Sekarang memang bukan, tapi..."
Tiba-tiba, Haruka mendorong kedua bahu (y/n) dan membuatnya terduduk kembali diatas bangku.
(Y/n) yang sedang terduduk mengangkat kepalanya sambil menatap kedua manik biru Haruka. Sedangkan Haruka berusaha membungkukkan tubuhnya agar ia dapat mendekatkan wajahnya kearah wajah (y/n).
"Yamazaki (Y/n)... Aku sudah bulat dengan keputusanku ini..."
"Aku ingin kau selalu ada di sisiku. Dan karena kau sudah pernah menyatakan perasaanmu padaku, sekarang adalah giliranku...
"Maukah kau menikah denganku?"
~Bersambung
−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−
UPPUPPUPPUPPU~
WOYYY GILA SIH INIIII
PANTESAN NGERASA LAMA BANGET NULISNYA
NYAMPE 9K WORDS DONGGG GILAAAA DHWJHDKSNSHS
Oke fiks ini menjadi chap dg jumlah words terbanyak.
Mentang2 mau beres di gas aja nih up kali ini😭😭😭😭
Okee, bisa dibilang ini adalah chapter terakhir yg akan bikin reader-chan semua perasaan. setelah ini kalian akan dikasih kepastian (y/n) bakal berakhir sama siapa wowkwowk
Haru ga sih wowkwowk
Kita liat aja yaaa chap terakhir dari ff ini.
Haduh jujur Yami sedih bgt sekaligus terharu dan ga nyangka bisa namatin ff ini.
Makasih banget buat kalian yang masih dukung Yamiiiii🥰🥰🥰🥰
Okedehh... sebelum kita berpisah, sampai jumpa di chap TERAKHIR ya reader chann
BABAYYYYY
LUV U ALLLL
Sedikit spoiler untuk next chapter :
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro