Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 32

.
.
.
.
.

Lagi-lagi, aku melihat mimpi yang sama setiap malam.

Semakin lama, mimpi tersebut semakin terlihat jelas...








***

(Y/n) yang sedang tertidur diatas kasur mulai membuka matanya perlahan.

Ia melihat ada seorang laki-laki tersenyum tepat di sampingnya.

"Ohayou, (y/n)..."

"Ohayou..." balas (y/n) dengan suara yang sedikit serak. Ia pun membalas senyuman suaminya tersebut.

Lalu tangan suaminya meraih sebelah pipi (y/n) dan mengelusnya dengan sangat lembut. (Y/n) hanyut di dalam kelembutan dan kehangatan tangan suaminya. Hal tersebut membuat (y/n) tidak bisa berhenti menunjukkan senyuman di wajahnya.

Tiba-tiba, lelaki tersebut berniat untuk mencium bibir istrinya.

Dengan cepat, (y/n) langsung memejamkan matanya dan membalas ciuman lelaki tersebut.

(Y/n) dan suaminya terbiasa melakukan morning kiss hampir setiap hari. Itu menandakan bahwa hubungan pernikahan antara mereka berdua benar-benar harmonis dan sangat romantis. (Y/n) sangat mencintai suaminya. Apalagi lelaki tersebut, ia benar-benar mencintai (y/n) melebihi apapun di dunia ini.

Mereka pun melepaskan ciuman mereka.

"Seperti biasa bibirmu selalu terasa sangat hangat, suamiku" ucap (y/n) dengan pipinya yang memerah.

Cup!

Lalu lelaki tersebut mengecup dahi (y/n) dengan lembut.

"Aishiteiru..." bisik suaminya.

"Watashi mo..."

Lalu (y/n) memeluk erat tubuh suaminya. Ia menenggelamkan wajahnya tepat di depan dada suaminya yang bidang.

Lelaki tersebut pun membalas pelukan (y/n). Hal yang paling membahagiakan baginya adalah bisa menghabiskan sisa hidupnya bersama (y/n), satu-satunya wanita yang ia cintai.

***

Suami (y/n) sedang berada di dapur. Rupanya ia sedang menyiapkan sarapan spesial untuk istrinya.

(Y/n) yang melihat suaminya sedang memasak di dapur langsung berjalan kearahnya.

"Anata, kau tidak perlu repot-repot memasak. Sudah menjadi tugasku untuk menyiapkan makanan untukmu" tegur (y/n). Ia merasa tidak tega bila harus membiarkan suaminya memasak untuknya.

"Tidak apa-apa. Aku tidak keberatan, kok. Apalagi sekarang kau sedang mengandung anak kita. Aku tidak mau membuatmu terlalu kelelahan, sayang" ucap lelaki tersebut lembut.

"Kau ini. Usia kandunganku sudah menginjak 3 bulan. Tubuhku sudah tidak lemas seperti sebelumnya. Aku juga sudah tidak merasakan mual"

"Tapi kemarin-kemarin kau sering sakit kepala, bukan?"

(Y/n) hanya terdiam. Dia tidak ingin merepotkan suaminya. Apalagi suaminya itu harus pergi bekerja.

Tiba-tiba, suaminya pun memegangi wajah (y/n) dengan kedua tangannya. Ia menatap dalam-dalam kedua bola mata istrinya tersebut.

"Jangan terlalu memaksakan dirimu. Aku ingin kau dan anak kita tetap sehat. Kau mengerti, sayang?"

Dengan berat hati, (y/n) pun menganggukkan kepalanya.

Cup!

Lelaki tersebut mengecup dahi (y/n).

"Arigatou ne. Sudah, sekarang tunggu saja di meja makan, ya"

"Kalau kau butuh bantuan, katakan saja" balas (y/n).

"Um..." ucap laki-laki tersebut sambil tersenyum.

***













(Y/n) membuka matanya perlahan. Ternyata yang ia lihat hanyalah mimpi.

Namun anehnya, setelah bangun, wajah lelaki tersebut menjadi kabur di benak (y/n). Padahal saat di dalam mimpi (y/n) bisa mengingat dengan baik wajah laki-laki itu.

Kenapa belakangan ini aku sering sekali memimpikan hal itu?















Tiba-tiba, (y/n) bisa mengingat wajah pria yang akan menjadi suaminya kelak.


Ia jarang sekali tersenyum, bahkan ia hanya tersenyum kepada (y/n).




Rambutnya berwarna hitam pekat,





Kedua lensa matanya sebiru air laut.





"H-Haru...-san???"




***

Tak terasa, ini adalah tahun terakhir bagi (y/n) untuk berkuliah di Shimogami University. Sebentar lagi ia akan lulus dari sana. Dan sekarang ia sedang sibuk untuk membuat laporan yang akan menjadi syarat kelulusannya.

"Baik, karena tidak ada lagi yang mau bertanya, saya cukupkan pelajarannya sampai disini. Otsukare sama..." ucap seorang dosen wanita yang sedang mengajar di kelas (y/n).

"Otsukare sama deshita" balas semua mahasiswa.

Semua mahasiswa di kelas tersebut langsung berjalan keluar kelas.

Tiba-tiba, dosen tersebut menghampiri (y/n) yang sedang sibuk mencatat di buku catatannya.

"Yamazaki-san..." panggilnya.

"A! Sensei? Ada yang bisa saya bantu?" tanya (y/n) sambil segera beranjak dari tempat duduknya.

"Setelah ini tolong hampiri aku di ruang dosen, ya" ucapnya lalu pergi begitu saja. Sepertinya ia sedang sibuk.

"H-hai!" jawab (y/n).

Kira-kira ada apa, ya?

Setelah selesai membereskan barang-barangnya, (y/n) segera pergi menuju ruang dosen.

"Ojyamashimasu..." ucap (y/n) sambil membuka sedikit pintu ruang dosen.

"A, (y/n)! Masuklah!" sambut dosen tersebut.

Dengan cepat, (y/n) langsung menghampirinya.

"Maaf, sensei. Ada perlu apa ya memanggil saya?"

"Bagaimana dengan progress laporan untuk syarat kelulusanmu?" tanya dosen itu.

Mendengar pertanyaan tersebut membuat (y/n) sedikit tersentak. Belakangan ini ia sama sekali tidak mengerjakan laporannya tersebut.

"A! E-etto, s-sumimasen! Aku belum melanjutkannya. Maafkan aku!" serunya sambil membungkukkan tubuhnya tanda ia merasa bersalah.

Namun, bukannya malah memarahi (y/n) karena ia malas mengerjakan laporannya, dosen tersebut malah merasa lega.

"A... Yokatta!"

"Eh?"

Lalu (y/n) kembali berdiri tegak. Pandangannya terlihat sangat keheranan begitu dosen tersebut berkata demikian.

"Sebenarnya, aku ingin kau menunda sebentar pengerjaan laporanmu itu. Mungkin untuk satu bulan. Apa kau keberatan?"

"Eh? Kalau untuk satu bulan saja mungkin saya tidak akan merasa keberatan. T-tapi, memangnya ada apa ya, sensei?"

Lalu dosen tersebut memberikan sebuah brosur kepada (y/n). (Y/n) pun menerimanya dan langsung membacanya.

Brosur tersebut adalah brosur olimpiade internasional yang akan diadakan di Sydney dalam waktu dekat ini.

"Aku ingin kau pergi ke Sydney untuk menjadi tenaga medis atlet renang negara kita disana"

"Eh?"

(Y/n) terkejut bukan main. Ia tidak menyangka akan ditawari hal tersebut.

"Ada apa?" tanya dosen tersebut.

"Eh? T-tidak. Hanya saja. Aku sangat terkejut. K-kenapa anda memilih saya?"

Lalu wanita paruh baya tersebut tertawa kecil.

"Kau ini. Selalu saja merendahkan dirimu sendiri. Aku memilihmu karena aku tahu kalau kau memiliki potensi yang tidak dimiliki mahasiswa lain. Kebetulan kita juga sedang kekurangan tenaga medis. Universitas akan menganggap ini sebagai kegiatan magang. Menurutku ini adalah kesempatan yang bagus untukmu. Bagaimana?"

"Ya! Saya sama sekali tidak keberatan. Tolong izinkan saya mengikuti kegiatan tersebut, sensei!"

"Yokatta. Untunglah kau bersedia. Kalau begitu ini" ucap dosen tersebut sambil menyerahkan beberapa lembar kertas formulir dan surat persetujuan.

"Tolong isi semua berkas ini dan serahkan kepadaku 4 hari lagi, kau mengerti?" lanjutnya.

Dengan cepat, (y/n) langsung menganggukkan kepalanya dan memberi hormat kepada dosennya tersebut.

"Hontouni arigatou gozaimasu. Akan saya isi segera. Shitsutei shimasu!" seru (y/n). Lalu ia pergi keluar ruang dosen.

Dosen tersebut terlihat senang melihat (y/n) yang begitu antusias.

***

(Y/n) berlari menuju rumahnya sambil membawa tas ranselnya. Kebetulan hari ini ia memang berniat untuk pulang. Karena sudah sekitar 3 bulan lamanya ia tidak pulang ke rumah orang tuanya. Ia sudah tidak sabar memberitahukan berita gembira ini kepada keluarganya.

Ting...tong...

(Y/n) menekan tombol bel rumahnya.

Tak lama kemudian, ayah dan ibunya membukakan pintu untuknya.

"A! (Y/n), okaeri!" sambut ibunya hangat.

"Syukurlah kau akhirnya pulang. Tapi, bukankah kau bilang akan pulang sore ini?" tanya ayahnya.

(Y/n) tidak bisa menyembunyikan senyuman di wajahnya. Hal tersebut membuat kedua orang tuanya keheranan.

"Ada apa, (y/n)?" tanya ibunya.

Dengan cepat, (y/n) langsung menunjukkan brosur tadi kepada orang tuanya.

"Dosenku memintaku untuk pergi ke Sydney! Aku akan menjadi tenaga medis disana"

Spontan, kedua orang tuanya benar-benar terkejut mendengar perkataan anak gadis mereka.

"Eh? Benarkah?!" tanya ayah (y/n).

Dengan cepat (y/n) menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

Sontak, kedua orang tuanya langsung memeluknya erat.

"Omedetou! Kami sangat bangga padamu, nak!" seru ayahnya.

"Kau selalu membuat kamu terkejut. Selamat, sayang" tambah ibu (y/n).

Tak lama kemudian, (y/n) melepaskan pelukannya.

"Arigatou, otousan, okaasan. Ini semua berkat kalian semua"

Kedua orang tua (y/n) tersenyum manis kearah (y/n). Mereka tidak menyangka ternyata anak mereka bisa sangat berprestasi di kampusnya.

"Ngomong-ngomong, dimana Sousuke?" tanya (y/n).

Belum sempat ayah dan ibunya menjawab, Sousuke sudah berdiri tepat di belakangnya.

"Oneesan, kau sudah pulang ternyata. Okaeri" sambut Sousuke.

"Tadaima, Sousuke-kun"

"Sousuke-kun, kakakmu ini akan pergi ke Sydney. Dia akan menjadi tenaga medis disana" ujar ibu (y/n).

Sousuke terlihat terkejut mendengarnya. Ia merasa sangat senang bahwa kakaknya akan pergi ke Sydney.

"Eh? Sugoi! Omedetou, oneesan. Akhirnya kau bisa menjadi tenaga medis profesional" ucapnya sambil tersenyum.

"Iie iie. Aku kesana hanya untuk magang" balas (y/n) sambil tersenyum.

"Ngomong-ngomong, tumben sekali kau pergi keluar, Sousuke-kun"

Tiba-tiba, wajah Sousuke pun memerah. Ia langsung menjadi salah tingkah.

"S-sore wa... Aku hanya... pergi bersama Gou..." jawabnya malu-malu sambil melirik kearah lain.

Entah mengapa begitu mendengar perkataan Sousuke tersebut membuatnya hatinya agak mengganjal.

"Sousuke-kun. Kau pasti pergi berkencan dengan Gou-chan, bukan?" goda ibu (y/n).

Eh? Berkencan?

"C-Chigau! A-aku hanya mengantarnya berjalan-jalan sebentar"

"Hahaha... Jangan malu-malu begitu. Kami tahu belakangan ini kau sering pergi berduaan bersama Gou. Jadi bagaimana dengan perkembangan hubungan kalian?" goda ayah mereka.

"Otousan!" seru Sousuke. Wajahnya semakin terlihat memerah.

(Y/n) hanya terdiam. Entah mengapa ia tidak bisa merasa senang. Tiba-tiba ia mengingat kejadian saat Sousuke tiba-tiba menciumnya di depan Gou.

"Ada apa, oneesan?" tanya Sousuke. Ia merasa aneh dengan perilaku kakak angkatnya itu.

"Ah! T-tidak, kok. Aku hanya tidak menyangka akhirnya kau berpacaran dengan Gou" ujar (y/n) sambil berusaha tersenyum.

"K-kami tidak berpacaran!"

Melihat perilaku Sousuke yang terlihat semakin kikuk membuat kedua orang tuanya tertawa geli melihatnya.

Namun, tidak dengan (y/n).

Ada apa dengan diriku ini?
Padahal sahabatku Gou akhirnya bisa berpacaran dengan Sousuke...
Kenapa aku tidak bisa merasa senang?

***

Akhirnya hari dimana (y/n) pergi menuju Sydney pun tiba.

(Y/n) melirik kearah jendela pesawat. Ia masih tidak percaya bahwa dirinya bisa pergi ke Sydney untuk menjadi tenaga medis. Tentu saja disana ia akan bertemu dengan para tenaga medis profesional dari berbagai negara.

Tiba-tiba, terbayang di benaknya sosok laki-laki yang selalu muncul di mimpinya belakangan ini.

Rambut hitam, lensa mata berwarna biru, hanya berenang dengan gaya bebas, ciri-cirinya persis seperti Haruka.

Namun...

Apakah memang benar orang tersebut adalah Haruka?

Apa yang kupikirkan. Itu hanya sebuah mimpi. Seharusnya aku tidak berpikir terlalu berlebihan tentang itu, gumam (y/n).

Namun mimpi tersebut membuatnya terus menerus memikirkan wajah Haruka. Entah mengapa ia tiba-tiba merindukan Haruka.


Apa aku hanya merindukannya, ya? Sudah lama juga kita tidak bertemu satu sama lain. Kuharap dia baik-baik saja...

***

Setelah sekitar 10 jam perjalanan di udara, (y/n) akhirnya sampai di Sydney, Australia.

(Y/n) dan tenaga medis lain dari Jepang sudah berkumpul di bandara. Mereka semua menunggu arahan selanjutnya dari pemandu.

Tak lama kemudian, beberapa rombongan atlet dari Jepang pun datang.



Tiba-tiba,





Ia melihat sosok orang yang tak ia sangka akan datang kemari.

Lelaki tersebut mengenakan jaket atlet kebanggaan Jepang berwarna putih dengan garis merah di beberapa sisinya.

Pandangan seriusnya terus menerus menatap ke depan. Seakan akan ia merasa sangat siap untung bertanding.

Mata birunya yang indah membuat (y/n) tak bisa dengan mudah melupakannya begitu saja.

Ya, tentu saja ia adalah Nanase Haruka, orang yang selalu muncul di dalam mimpi (y/n) belakangan ini.

(Y/n) benar-benar merindukan sosok tersebut.

Sosoknya yang gigih dan selalu berusaha untuk terus meningkatkan kemampuan berenangnya tersebut memberikan suatu motivasi tersendiri bagi (y/n).

Akhirnya semua kerja kerasnya terbayarkan,

Nanase Haruka akhirnya bisa menunjukkan kepada dunia akan kemampuan renang gaya bebasnya.

Akhirnya ia bisa melihat dan bahkan merasakan pemandangan pertandingan bergengsi kelas dunia, yaitu olimpiade internasional.

Mengingat kembali perjuangan Haruka dulu agar bisa sampai di sini membuatnya hampir meneteskan air mata. Ia benar-benar kagum dengan kegigihan Haruka.

Tanpa (y/n) sadari, ia berlari mendekati Haruka. Ia sangat ingin bertemu dengannya.

(Y/n) sampai rela melewati gerombolan rombongan agar bisa melihat sosok Haruka lagi.

"Haru-san!" panggilnya begitu ia keluar dari gerombolan orang-orang.

Haruka yang berada di dalam rombongan atlet yang sedang berjalan menuju bus langsung menoleh kearah sumber suara.

Akhirnya setelah sekian lama ia bisa mendengar lagi suara dari seseorang gadis yang selama ini sangat ia rindukan. Siapa lagi kalau bukan (y/n)? Gadis yang masih ia sukai hingga saat ini.

Haruka bisa melihat wajah cantik gadis idamannya dari kejauhan.

"(Y/n)..."

"Nanase! Ayo cepat masuk ke dalam bus!" perintah seorang pelatih dari dalam bus. Semua atlet sudah masuk ke dalam bus kecuali Haruka.

Mau tidak mau, Haruka pun menuruti perintah pelatih tersebut dengan langsung naik ke dalam bus. Ia terpaksa menghiraukan panggilan (y/n) tadi.

(Y/n) pun menghentikkan langkahnya. Ia melihat bus atlet tersebut pergi menjauh darinya.

Haru-san... Apa dia sudah benar-benar melupakan aku?

Tiba-tiba ia mengingat kejadian saat ia terakhir kali bertemu dengan Haruka saat (y/n) menonton pertandingan Natsuya saat itu.

"Mungkin aku tidak pantas mengatakan ini, tapi... Kumohon, maafkan aku, (y/n)" ucap Haruka.

(Y/n) hanya terdiam. Seketika raut mukanya langsung berubah.

"Tidak apa-apa. Lagipula... aku sudah tidak punya perasaan lagi kepadamu..."

Mengingat hal tersebut membuat (y/n) merasa sangat menyesal karena telah mengatakan kebohongan tersebut kepada Haruka.

Seandainya saat itu aku berkata jujur...

***

Karena besok pagi-pagi sekali akan diadakan latih tanding, rombongan tenaga medis Jepang sedang bersiap-siap di sekitar lokasi perlombaan renang. Begitu pula dengan (y/n), ia sedang sibuk memilah-milah berbagai macam obat agar lebih mudah untuk dibedakan dari sebuah koper yang berukuran cukup besar.

"Kau pasti kerepotan, ya di hari pertamamu ini. Sini biar aku bantu, Yamazaki-san!" seru salah satu tenaga medis yang tiba-tiba datang membantu (y/n).

"Ah! Tidak apa-apa, senpai. Aku akan segera terbiasa melakukannya" balas (y/n).

Tenaga medis tersebut tersenyum kearah (y/n). Ia senang bisa memiliki junior yang bisa diandalkan seperti (y/n).

"Wakatta. Kalau begitu aku akan membantu tenaga medis yang berjaga di luar. Tanomu yo, Yamazaki-san"

"Um" dengan sigap (y/n) langsung menganggukkan kepalanya dan segera menyelesaikan tugasnya.

Tiba-tiba, keluar seorang atlet dari dalam kolam renang.

Rambutnya berwarna pirang, kulitnya sangat putih, dan lensa matanya berwarna ungu. Tidak lain dan tidak bukan ia adalah Albert Wahlander.

"Oh, crap!" keluh Albert tiba-tiba sambil memegangi sebelah kakinya. Sepertinya sebelah kakinya terasa kram.

(Y/n) yang melihat hal tersebut langsung berjalan mendekati Albert yang sedang membungkuk di pinggir kolam renang sambil memegangi sebelah kakinya.

"Are you okay?!" tanya (y/n).

"Oh, i'm just have a cramp on my feet" balas Albert sambil berusaha tersenyum.

(Y/n) melirik kealah sebelah kaki Albert yang terlihat lebam. Dengan cepat, ia langsung menarik sebelah tangan Albert dan menggiringnya ke pos pengobatan.

Setelah duduk, dengan sigap (y/n) langsung mengobati sebelah kaki Albert.

Albert benar-benar terkejut dengan sikap (y/n). Ia tidak menyangka (y/n) yang bukan merupakan tenaga medis dari swedia akan mengobati kakinya. Pandangannya tak bisa lepas dari (y/n).

Tak lama kemudian, (y/n) selesai mengobati sebelah kaki Albert.

"Okay. Here we go" ujar (y/n) sambil melirik kearah wajah Albert.

Albert tak mengatakan sepatah katapun. Ia terus menerus memandangi wajah cantik (y/n). Ia tidak pernah melihat wanita secantik (y/n) sebelumnya.

"Um... Are you alright?" tanya (y/n) kebingungan.

Sontak, Albert pun terbangun dari lamunannya.

"Oh! Sorry! I'm just... ah! never mind. Anyway, thanks for helping me. Um... Can you tell me what's your name?" tanya Albert penasaran.

"I'm (Y/n) Yamazaki. Yamazaki is my family name, so you can call me (y/n)"

"(Y/n)... That's such a pretty name"

"Thanks!" balas (y/n) sambil tersenyum manis, membuat Albert semakin terpesona melihatnya.

"Yamazaki... It seems like you're Japanese, is it right?" tanya Albert memastikan.

"Yeah, you're right. I'm a medical staff representative from Japan"

"Oh! That's cool! So, why did you help me?"

"Of course i did it. It's my duty. Whereever their came from, i will help all of the athletes if they need my help"

"Wow! You're the most well minded person that i ever seen"

"Umm... I didn't feel so. I'm just think that it is my duty. So i must do it whatever happen"

Lalu Albert tersenyum kearah (y/n). Tak lama kemudian, ia pun mencoba berdiri secara perlahan.

"Here. I'll help you" tawar (y/n) sigap.

"I'm fine...i'm fine. I can do it by my self. See!" balas Albert sambil menunjukkan bahwa kakinya kini sudah tak terasa sakit lagi.

"Are you sure? If you're still feeling hurt in your feet. I'll give you another meducine"

"Don't worry. I'm okay. Anyway, do you have any spare time in this afternoon?"

"Hmm... Maybe i have a free time after finished my duty in here..."

"Really? So, after you're free. Do you mind if you accompanied me for swimming?"

"Swimming? You mean in here?"

"Yeah, of course. So, what do you think?"

"Um... Okay. I'll coming"

"Really? Thanks! Okay then, see you later!" pamit Albert. Lalu ia meninggalkan (y/n) sendirian.

***

Setelah sore, sesuai dengan yang Albert katakan, (y/n) kembali ke arena kolam renang. Semua atlet dan tenaga medis sudah berada di hotel, sehingga keadaan kolam renang sudah sangat sepi.

Namun, ia tidak bisa menemukan Albert dimanapun.

(Y/n) pun menghela nafas panjang.

"Apa orang asing itu hanya mengerjaiku, ya? Lagipula untuk apa ia tiba-tiba mengajakku kesini..."

(Y/n) pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

Namun, karena keadaan pinggir lantai kolam renang yang agak licin, ia pun terjatuh ke dalam kolam renang.

Byur!

(Y/n) berusaha untuk berdiri di dalam kolam renang.

Namun sayangnya, karena ia terjatuh ke kolam renang bagian tengah yang kedalamannya mencapai 2 meter setengah, ia kesulitan untuk kembali ke darat.

Bahkan, untuk bernafas pun ia kesulitan.

Hal tersebut membuatnya semakin merasa panik. Ia terus berusaha menggerakkan kedua tangan dan kakinya agar ia bisa mengambil udara di atas permukaan air.

Namun, yang terjadi malah sebaliknya,

air kolam renang malah masuk ke dalam hidung dan mulutnya. Membuatnya tersedak dan terbatuk-batuk.

"T....tolong!!!"







Lagi-lagi ia melihat pemandangan mengerikan itu...











Tenggelam di dalam kegelapan











Sendirian...






Ia tiba-tiba mengingat kejadian saat dirinya tenggelam di laut. Menyebabkan ayahnya tewas ditempat karena menolongnya.







"Otou-san..."










Tak lama, tubuh (y/n) pun melemas. Pandangannya pun semakin kabur.






BYUR!

Tiba-tiba seseorang melompat ke dalam air dan langsung berenang untuk menyelamatkan (y/n).

Dengan cepat, ia langsung mengangkat tubuh (y/n) ke daratan.

Pandangan (y/n) yang memburam berusaha melihat wajah orang tersebut.

Ia bisa melihat rambut orang tersebut yang berwarna pirang, bermata ungu dengan pandangan yang agak kabur. Ternyata ia adalah Albert.

"Hey, (y/n)! Can you hear me?!" seru Albert panik. Ia terus menerus menekan-nekan dada (y/n) agar air di dalam tubuhnya keluar.

Namun, entah mengapa hal tersebut tak berhasil. Tubuh (y/n) semakin melemah dan kesadarannya semakin menghilang.

Karena tidak ada pilihan lain, Albert langsung memberikan nafas buatan kepada (y/n).

Ia menempelkan mulutnya kearah mulut (y/n).

Setelah melepasnya, (y/n) langsung terbatuk-batuk. Perlahan ia mendapatkan kembali kesadarannya.

"(Y/n)... You alright now?!"

(Y/n) hanya menganggukkan kepalanya sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan.

"Sorry, i'm-" lanjut Albert. Namun perkataannya terpotong karena (y/n) tiba-tiba memeluk tubuhnya.

"Aku...takut..." ucap (y/n) pelan sambil semakin memeluk erat tubuh Albert.

Jantung Albert tiba-tiba berdegup dengan kencang.

"I-it's okay... You're save now..." ucap Albert berusaha menenangkan (y/n). Sebelah tangannya mengelus-elus bagian belakang kepala (y/n).

***

Setelah merasa tenang dan sadar sepenuhnya, (y/n) duduk di pinggir kolam renang sambil mengenakan sebuah handuk.

Setelah mengingat kejadian tadi, terutama saat Albert membuat nafas buatan untuk (y/n), hal tersebut membuat jantung (y/n) tak mau berhenti berdegup dengan kencang.

Sensasi saat Albert menempelkan bibirnya kearah bibir (y/n) terus menerus terbayang di benak (y/n).

Tak lama kemudian, semburat merah muncul di kedua pipinya.

T-tadi itu, sama saja dengan aku berciuman dengan orang asing ini, bukan? A-apagi tadi aku tiba-tiba memeluknya. Ya ampun! Apa yang sudah kulakukan?!, gumam (y/n) di dalam hati. Ia benar-benar merasa sangat malu.

"You're okay?" tanya Albert yang tiba-tiba sudah berdiri di dekat (y/n). Membuat (y/n) terbangun dari lamunannya.

"K...kau?!" karena terlalu gugup, (y/n) sampai lupa kalau dia seharusnya berbicara menggunakan bahasa Inggris.

Albert membawa dua buah gelas berisi teh hangat. Lalu ia memberi segelas kepada (y/n).

"Here. Warm up your body with this"

"Eh? Thanks" balas (y/n) sedikit terkejut. Lalu ia mengambil segelas teh tersebut dari tangan Albert dan meminumnya perlahan. Teh tersebut tidak terlalu panas sehingga (y/n) bisa langsung meminumnya.

Lalu Albert kembali duduk di sebelah (y/n).

"How is it? You're getting better?" tanyanya.

"Y-yeah. Thank you, um..."

"It's Albert. I haven't tell you my name before, right?" tanya Albert sambil tersenyum.

(Y/n) hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Ia masih merasa malu dengan kejadian tadi. Sehingga ia memalingkan pandangannya kearah lain.

"I'm so sorry. I should came earlier" ucap Albert penuh rasa penyesalan. Ia pikir (y/n) memalingkan wajahnya karena (y/n) marah kepadanya.

"N-no problem! Y-you don't have to appologize. It's not my first time to sank in the pool"

Deg!

(Y/n) tiba-tiba tersentak.

Perkataannya itu membuatnya ingat dengan kejadian saat ia masih menjadi siswa SMA. Ia tenggelam di kolam renang SMA Iwatobi saat ia pertama kali masuk ke klub renang. Lalu seseorang menolongnya dan memberikan nafas buatan kepadanya. Dan saat siuman, Haruka ternyata sedang tertidur di pangkuannya.

Apakah saat itu..., yang memberikan nafas buatan kepadaku benar-benar Haruka?

"(Y/n)?"

(Y/n) pun lagi-lagi terbangun dari lamunanya.

"A! I-i'm okay, Albert!" seru (y/n). Lalu ia segera beranjak dari tempat duduknya. Lalu ia melihat langit dari sela-sela atap kolam renang yang mulai terlihat gelap. Selain itu, ia juga harus segera mengganti pakaiannya yang basah kuyup. Kalau tidak, ia bisa terserang flu.

"I'm so sorry, Albert. I have to go now. It's getting dark now. See you later!" pamit (y/n) lalu ia berjalan pergi meninggalkan Albert sendirian.

Albert hanya terdiam. Ia merasa sedikit kecewa. Tadinya ia ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi bersama (y/n). Ia ingin lebih mengenal (y/n) lebih dekat lagi. Namun karena khawatir (y/n) akan terlalu lama kedinginan, ia pun terpaksa mengurungkan niatnya itu.

***

(Y/n) berjalan menuju gedung penginapan dimana para tenaga medis menginap disana. Ia harus segera kembali ke kamarnya. Kalau tidak, ia tidak akan bisa masuk ke gedung penginapan tersebut karena sebentar lagi pintunya akan ditutup oleh penjaga penginapan. Panitia sengaja memberlakukan peraturan demikian agar para tenaga medis dapat beristirahat dengan cukup dan dapat bekerja secara maksimal.

"Oh tidak! Aku harus bergegas!"

Tiba-tiba, (y/n) menghentikkan langkahnya.

Ia melihat sosok laki-laki yang ingin sekali ia temui.

Ya, dia adalah Haruka Nanase.

Ia tidak menyangka akhirnya ia bisa bertemu Haruka disini.

"H...Haru-san?"

"(Y/n)..."

Mata mereka saling menatap satu sama lain.

Karena sudah lama tak berjumpa, suasana oun menjadi sangat canggung.

Sebenarnya mereka berdua sangat senang akhirnya bisa dipertemukan kembali, namun mereka berdua bingung harus mengatakan apa agar suasana tidak menjadi canggung.

"A-aku tidak menyangka kau akan menjadi atlet perwakilan dari negara kita, Haru-san"

"A-aku juga tidak menyangka kau akan ada disini. Apakah ini semacam takdir?" celetuk Haruka sambil melirik ke arah lain. Entah mengapa ia tidak bisa terlalu lama menatap kedua bola mata (y/n) yang indah.

"Eh?"

"L-lupakan..." balas Haruka dengan kedua pipinya yang memerah.

Melihat Haruka yang tersipu malu merupakan kejadian sangat langka baginya. Ia tidak pernah melihat ekspresi Haruka seperti itu sebelumnya. Haruka benar-benar terlihat menggemaskan di mata (y/n). Spontan, ia pun tertawa kecil melihatnya.

"N-nandayo?"

"Tidak, kok. Hanya saja kau terlihat sangat menggemaskan. Hisashiburi da ne, Haru-san" ucap (y/n) sambil tersenyum manis kearah Haruka.

Melihat senyuman yang terlihat sempurna di mata Haruka membuatnya secara tak sadar membalas senyuman (y/n) tersebut. Ia benar-benar merindukan senyuman gadis idamannya tersebut.

"A! Aku baru ingat! Aku harus segera pergi ke gedung penginapan! G-gomen, Haru-san! Aku ingin sekali berbincang denganmu, tapi aku sedang buru-buru sekarang, sore jya!" pamit (y/n) lalu berjalan begitu saja meninggalkan Haruka.

"Matte!" seru Haruka sambil menggenggam erat sebelah tangan (y/n).

"Eh?" seru (y/n) sambil menoleh kearah Haruka.

"Ini sudah malam, aku akan mengantarmu"

"Eh? A-arigatou..."

Dengan cepat, mereka pun langsung bergegas menuju gedung penginapan (y/n).

Namun sayangnya,

sesampainya disana, karena sudah terlalu larut, pintu gedung tersebut sudah terkunci rapat.

"Shimatta! Aku tidak bisa kembali ke kamarku" seru (y/n) panik.

"Eh? Benarkah?"

"Dou shiyou?!"

Haruka pun terdiam sejenak. Lalu terbesit sebuah ide di benaknya.

"B-bagaimana kalau kau menginap saja di kamarku?" tawar Haruka sambil melirik kearah lain.

"Eh?"

Tiba-tiba, semburat merah muncul di kedua pipi (y/n).

Aku dan Haru-san, tidur di ruangan yang sama?!

"Peraturan di penginapan atlet tidak seketat disini. Jadi aku bisa keluar masuk kapanpun yang aku inginkan..."

"Eh? B-benarkah?"

"Um"

(Y/n) pun terdiam sejenak. Membayangkannya saja sudah membuatnya hampir pingsan. Tapi, ia tidak memiliki pilihan lain. Pakaiannya memang sudah agak kering, namun ia tetap harus segera mengganti pakaiannya. Hari pun sudah sangat gelap. Tidak mungkin ia akan bermalam di luar sendirian. Dan Haruka pun tidak mungkin akan membiarkan (y/n) melakukan hal itu.

"J-jadi, bagaimana? Apa kau tidak mempercayaiku?"

"I-iie... iie. Aku percaya padamu, Haru-san. Lagipula kita sudah lama saling kenal. Dan.. m-mungkin aku akan menginap di kamarmu..." ucap (y/n) sambil memalingkan wajahnya.

Haruka terkejut dengan jawaban (y/n) tersebut.

"S-sore jya, ikou" ajak Haruka gugup.

***

Ckrek!

Haruka membuka pintu kamarnya.

"M-masuklah!"

Dengan penuh rasa canggung, (y/n) memasuki kamar Haruka.

Disana hanya ada satu buah kasur yang kelihatannya hanya muat untuk satu orang.

B-bagaimana aku bisa tidur dengan Haru-san kalau kasurnya sebesar ini?!, gumam (y/n) panik.

"Ngomong-ngomong, kenapa pakaianmu terlihat habis basah kuyup?" tanya Haruka penasaran.

"Eh? Ah ini! Aku terpeleset ke dalam kolam renang" ucap (y/n) sambil tertawa.

"Eh? Benarkah? Kau tidak apa-apa, kan?"

"Kau lihat sendiri 'kan? Aku tidak apa-apa" balas (y/n) sambil tersenyum.

"Sokka, yokatta. Kalau kau ingin pergi ke kolam renang. Katakan saja padaku. Aku akan menemanimu"

"Arigatou, Haru-san..."

Lalu Haruka berjalan menuju lemari bajunya.

"Sebaiknya kau harus segera mengganti pakaianmu"

"Eh? T-tapi aku tidak membawa baju ganti"

"Tidak apa-apa, kau bisa menggunakan baju milikku"

"Eh?"

Lagi-lagi (y/n) tersipu malu.

Aku akan mengenakan pakaian Haru-san? Apa aku hanya bermimpi?

Lalu Haruka berjalan mendekati (y/n) sambil membawa sebuah kaus dan celana.

"Mungkin ukurannya akan jauh berbeda. Tapi, ini lebih baik daripada kau harus mengenakan pakaian basah seperti itu"

"Eh? I-ii no?"

"Um"

(Y/n) pun menerima kaus dan celana tersebut.

"A-arigatou. Jya..., aku akan mengganti pakaianku dulu ya"

Lalu (y/n) berjalan memasuki kamar mandi.

***

Setelah selesai, (y/n) duduk di sebuah kursi yang bersebelahan dengan Haruka. Mereka berdua tidak saling berbicara senhingga suasana pun kembali menjadi canggung. Apalagi mereka akan tidur di satu tempat yang sama, hal tersebut membuat pikiran mereka tidak bisa tenang.

"A-apa kau sudah mengantuk?" tanya Haruka memulai pembicaraaan.

"U..um. Sedikit..."

"Jya, kau mau tidur duluan?"

"Eh?"

"J-jangan pikir yang tidak-tidak! Aku tidak akan melakukan apapun kepadamu. Lagi pula, aku bisa tidur di sini" ucap Haruka dengan wajah yang memerah.

"Eh? Kau tidak boleh tidur disini! Ini kan kamarmu, Haru-san. Biar aku saja yang tidur di kursi"

"T-tidak boleh. Aku takut tubuhmu akan pegal-pegal nanti"

"Tapi... a...aku sangat malu..." ucap (y/n).

"A-aku juga..."

"B-bagaimana kalau kita berdua tidur saja di kasur? A-aku tidak keberatan, kok"

"Eh? Benarkah?"

"U-um. Aku tidak tega kalau kau harus tidur di sini"

"Jya..., kau mau tidur sekarang?" tanya Haruka.

"Um"

"Wakatta"

Lalu mereka berdua beranjak dari tempat duduk mereka dan berjalan menuju kasur.

Mereka pun merebahkan tubuh mereka diatas kasur secara bersamaan. Karena merasa sangat canggung, mereka saling membelakangi satu sama lain.

(Y/n) bisa merasakan punggungnya yang bersentuhan dengan punggung berotot milik Haruka. Membuat tubuhnya sedikit gemetaran.

B-bagaimana aku bisa tidur dengan keadaan yang seperti ini?!, seru (y/n) dalam hati.

"(Y/n)..." Haruka mulai membuka pembicaraan kepada (y/n).

"I-iya, Haru-san?"

"Kau tahu, aku sangat merindukanmu selama ini..."

"Eh?"

"Aku benar-benar sedih saat kau marah kepadaku. Maafkan aku"

"Kau tidak perlu meminta maaf, Haru-san. Aku sudah memaafkanmu, kok. Aku mengerti. Mungkin kau tidak mau memiliki kekasih karena kau ingin fokus dengan impianmu, bukan?"

"Eh?"

Lalu (y/n) membalikkan tubuhnya. Sehingga ia bisa melihat wajah Haruka dari jarak yang sangat dekat.

"Lihatlah dirimu sekarang, kau sudah berhasil menjadi atlet perwakilan Jepang. Aku sangat bangga padamu, Haru-san..." ucap (y/n) sambil tersenyum.

"(Y/n)..."

Tiba-tiba, Haruka memeluk tubuh (y/n) dengan erat.

"Eh? Haru-san..."

"Aku benar-benar menyesal. Aku tidak ingin kehilanganmu lagi, (y/n). Semua ini tidak ada artinya jika kau tidak ada di sisiku. Aku rindu waktu yang kita habiskan bersama. Aku rindu dengan senyumanmu. Aku benar-benar merindukanmu, (y/n)"

(Y/n) benar-benar terkejut dengan perkataan Haruka tersebut. Ia tidak menyangka ternyata Haruka juga sangat merindukannya.

Lalu (y/n) melingkarkan kedua tangannya tepat di punggung Haruka dan mengelusnya dengan lembut.

"Aku juga, Haru-san. Kau sangat berarti bagiku. Sejak pertama kali bertemu, aku tidak bisa memikirkan hal lain selain dirimu. Maka dari itu aku menyatakan perasaanku padamu saat di Matsuri"

"Gomen. Seandainya aku menerimamu saat itu, kau tidak akan menjauh dariku"

"Demo, akhirnya bisa bersama lagi, bukan?"

Haruka pun tersenyum.

"Kau benar. Arigatou, (y/n)"

"Aku yang seharusnya berterima kasih..."

Lalu Haruka pun melepaskan pelukannya. Ia pun memegangi wajah (y/n) dengan sangat lembut. Mata mereka saling menatap satu sama lain.

"Nee, (y/n). Aku akan memenangkan pertandingan dunia ini untukmu. Setelah aku menjadi juara dunia, aku pasti akan selalu membahagiakanmu. Aku janji..." bisik Haruka. Nafasnya berhembus tepat di depan wajah (y/n).

"Haru-san..."

(Y/n) benar-benar tersanjung mendengar perkataan Haruka tersebut.

Lalu Haruka menarik wajah (y/n) sambil memjamkan matanya dan menempelkan bibirnya di bibir (y/n).

Dengan cepat, (y/n) pun ikut memejamkan matanya dan membalas ciuman Haruka tersebut.

Sudah lama sekali Haruka tidak merasakan sensasi ini. Ia sangat merindukan bibir lembut (y/n) menempel dengan bibirnya. Ciuman dari bibir (y/n) memberikan kehangatan tersendiri baginya.

Tak lama kemudian,mereka pun melepaskan ciuman mereka.

"Suki da yo..." bisik Haruka.

Mata (y/n) seketika berbinar setelah mendengar perkataan dari Haruka tersebut.
Jantungnya semkain lama semkain berdetak dengan sangat cepat.

"Haru..." bisik (y/n) pelan sambil tersenyum.

Lalu Haruka mendekap tubuh (y/n) dan mereka pun tertidur lelap sambil saling menghangatkan tubuh mereka satu sama lain.


~Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro