Chapter 31
"Eh? Bukankah terlalu awal bagimu untuk pergi ke Sydney sekarang?" tanya Terashima Kotarou, salah satu senior Ikuya. Ia melihat Ikuya yang sudah siap dengan koper dan beberapa buah tasnya.
"Aku tidak punya waktu banyak. Aku harus segera berkembang agar aku bisa memenangkan kejuaran nasional nanti"
"Kau ini memang pekerja keras, Ikuya"
"Sore, jya. Aku pergi dulu" balas Ikuya sambil menarik kopernya dan berjalan menuju mobil taksi.
"Are?! Bagaimana dengan Natsuya?"
Begitu mendengar nama 'Natsuya'. Ikuya tiba-tiba mematung. Ia tidak menjawab pertanyaan dari seniornya tersebut.
"Pesawatku sebentar lagi akan berangkat. Aku harus bergegas"
Bruk!
Ikuya pun menutup pintu mobil taksi. Dan dengan cepat mobil taksi tersebut langsung tancap gas menuju bandara.
Terashima hanya bisa memandangi mobil taksi yang ditumpangi Ikuya dari kejauhan.
"Apa-apaan dia itu? Apa dia tidak ingin kalah dari Natsuya? Maa ikka!"
***
Mobil Taksi tersebut melaju di jalanan kota.
Mata Ikuya melihat kearah jendela mobil sambil melihat gedung-gedung tinggi menjulang.
Wajahnya terlihat sedang memikirkan sesuatu.
.
.
.
.
.
.
.
Lagi-lagi, aku kalah dari aniki.
Entah mengapa dalam urusan apapun itu aku selalu kalah darinya...
Bahkan kali ini...
(Y/n) lebih memilih dirinya daripada aku.
Seharusnya aku sudah sadar sejak awal.
Dari awal, aniki dan (y/n) sudah saling menyukai.
Kemana pun aniki pergi, (y/n) pasti selalu ikut dengannya.
Tidak ada gunanya aku menyukai (y/n).
Sudah pasti aniki yang akan memenangkan hatinya.
Tiba-tiba, Ikuya mengingat kejadian saat ia dan (y/n) tertidur di satu kamar yang sama saat menginap di penginapan.
Hanya karena kejadian itu, aku jadi sangat menyukaimu, (y/n)...
Demo, gomen...
Kurasa aku harus benar-benar membuang perasaanku ini untukmu.
Apalagi saat kau dan aniki melakukan itu di rumah kami.
Mou, akirametanda...
Aku yakin kau pasti lebih bahagia bila bersama aniki...
***
Suasana sore hari dengan angin sepoi-sepoi menghiasi pengungkapan cinta Natsuya kepada (y/n).
"Aku mencintaimu, (y/n)..."
"N-Natsuya...-san?"
Tiba-tiba, Natsuya menggenggam erat kedua bahu (y/n).
"Teruslah berada di sisiku, (y/n)! Aku mohon padamu! Jadilah kekasihku!" seru Natsuya. Kedua manik coklatnya menatap dalam-dalam mata (y/n)
"..."
Namun, (y/n) sama sekali tidak mengatakan sepatah katapun kepada Natsuya.
"J-jadi, apa jawabanmu?" tanya Natsuya.
"Natsuya-san... Sebenarnya sejak pertama kali kita bertemu, jujur, aku sudah memiliki rasa kepadamu. Belakangan ini juga kita banyak sekali menghabiskan waktu berdua. Dan hal itu juga membuatku sangat senang. Saat kau hampir menciumku saat kau mengantarkanku pulang, dan saat kau tiba-tiba memelukku erat saat kau memenangkan perlombaan renang, aku sudah menyadari perasaanmu kepadaku. Tapi, saat kau mengatakan kepadaku agar aku mencari lelaki yang mengatakan hal yang sama denganmu saat di kereta saat itu, spontan aku langsung merubah pikiranku. Aku pikir, hanya aku yang terlalu terbawa suasana. Aku pikir perasaanku ini hanya sebelah tangan. Namun saat kau mabuk saat itu, aku akhirnya bisa paham... kalau perasaanmu itu benar-benar serius untukku, Natsuya-san..."
Mata Natsuya terbelalak mendengar penjelasan (y/n) tersebut.
"(Y/n)..."
"Tapi....,
aku sungguh-sungguh ingin meminta maaf kepadamu.
Aku tidak bisa menerima perasaanmu itu, Natsuya-san. Gomenasai..." ucap (y/n) sambil menundukkan kepalanya. Ekspresi wajahnya terlihat seperti merasa sangat bersalah.
Deg!
Sebuah jawaban yang tak terduga keluar dari mulut (y/n).
Dalam sekejap, tubuh Natsuya langsung membeku.
"Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku tidak bisa menerimamu, bukan? Jujur, seperti yang aku katakan sebelumnya, aku memang 'sempat' menyukaimu. Kau bilang aku harus jujur terhadap perasaanku, bukan? Saat kau mengatakan itu kepadaku, tiba-tiba aku tersadar....,
orang yang kusukai bukanlah dirimu, Natsuya-san. Gomen.... aku benar-benar minta maaf. Aku hanya tidak ingin hubungan kita tidak akan berjalan lancar bila aku tidak jujur terhadap diriku sendiri. Aku tidak ingin menyakiti hatimu lebih dari ini. Aku tidak ingin hubunganmu dengan Ikuya-san semakin memburuk. Sebenarnya sekarang, dibandingkan dengan seseorang yang kusukai, aku lebih menganggapmu sebagai kakakku sendiri, Natsuya-san. Gomen! Aku benar-benar meminta maaf kepadamu, Natsuya-san..." ucap (y/n) sambil memberanikan dirinya untuk menatap langsung kedua bola mata Natsuya.
Spontan, Natsuya langsung melepaskan genggaman tangannya dari kedua bahu (y/n). Lalu ia menghadapkan tubuhnya kearah langit sore sambil berkacak pinggang.
"Kakak, ya? Sokka...sokka... Aku paham, (y/n). Kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu"
"Eh?"
Lalu Natsuya meregangkan kedua tangannya.
"Aaah! Setidaknya aku sudah merasa lega sekarang. Akhirnya aku bisa menyatakan perasaanku kepadamu secara langsung. Kau tahu, aku jauh lebih suka bila kau jujur seperti ini daripada kau berpura-pura menyukaiku..."
Tiba-tiba, Natsuya menoleh kearah (y/n) sambil tersenyum lebar.
"Kau sudah melakukan hal yang benar, (y/n)" ujar Natsuya.
Melihat ekspresi wajah Natsuya tersebut semakin membuat (y/n) merasa bersalah.
"K-kalau kau sangat marah kepadaku, aku tidak keberatan, Natsuya-san! Jadi kumohon, jangan tersenyum seperti itu"
Tiba-tiba, Natsuya tertawa terbahak-bahak.
"Apa yang kau katakan? Ini ekspresiku yang sejujur-jujurnya, kau tahu? Bagaimanapun juga, aku tidak bisa memaksakan perasaanmu kepadaku, bukan?"
"Natsuya-san..."
Lalu Natsuya membelakangi tubuh (y/n) dengan menghadapkan tubuhnya kearah lain. Sehingga, (y/n) hanya bisa melihat punggung bidang Natsuya dari belakang.
"Saa, sekarang kau harus segera menemui lelaki yang kau sukai itu, bukan?"
"Eh?"
"Ungkapkan perasaanmu kepadanya. Aku yakin ia pasti akan menerima perasaanmu"
Kedua tangan (y/n) mencengkram erat rok-nya.
"M-mungkin kau benar, Natsuya-san. Sore jya. Aku pamit dulu, Natsuya-san. Sekali lagi, aku minta maaf. Jya, sayonara..." ucap (y/n). Lalu ia berjalan begitu saja meninggalkan Natsuya sendirian.
Suara hentakan kaki (y/n) yang semakin jauh terdengar di telinga Natsuya.
Tak lama kemudian, Natsuya meneteskan air matanya. Ia tak mampu lagi membendung kesedihannya itu.
Sebenarnya, sedari tadi, ia sudah menahan tangisannya tersebut. Perasaannya tidak sekuat yang (y/n) pikirkan.
"Kenapa, (y/n)? Padahal aku sangat mencintaimu, kenapa kau tidak mau memilihku?" lirihnya.
Semakin lama, air matanya semakin membanjiri kedua pipinya.
Dadanya semakin lama semakin terasa sakit.
"Seandainya saat itu aku tidak mabuk, aku benar-benar menyesal, (y/n).... Maafkan aku... Aku tahu kau sebenarnya marah karena itu, bukan?" ucap Natsuya sambil menundukkan kepalanya. Semakin lama, air matanya tak mampu lagi untuk berhenti keluar.
Namun, apa daya?
Natsuya harus mau menerima kenyataan pahit ini.
Ia harus bisa menerima semua keputusan (y/n) sebagai konsekuensinya.
Ia tidak bisa memaksakan perasaan (y/n) agar menyukainya.
Aku tidak menyangka, ini akan menjadi ciuman terakhir kita...
Sayonara, (y/n)...
Siapapun yang kau pilih, semoga kau bisa bahagia bersamanya
***
(Flashback)
Malam itu, tepatnya sebelum Natsuya melakukan hal tidak senonoh kepada (y/n), ia sedang berada di sebuah bar sendirian.
Natsuya memang sering mengunjungi bar tersebut. Mengingat ia adalah seorang pecinta alkohol, walaupun ia tidak pernah minum sampai mabuk berat karena ia hanya meminum bir dengan kadar alkohol yang rendah.
Natsuya memandangi gelasnya sambil sesekali menggeser-geser posisi gelasnya tersebut.
Sikap Ikuya dan (y/n) saat di penginapaan benar-benar mengganggu pikirannya hingga saat ini. Ia yakin Ikuya berada di kamar (y/n) malam itu. Namun, karena (y/n) bukan siapa-siapa baginya, ia tidak mungkin bisa menegur perilaku adiknya tersebut. Walaupun ia sangat ingin melakukannya.
Ikuya...apa yang kau lakukan bersama (y/n) malam itu?, gumam Natsuya dalam hati.
Lalu ia meneguk gelasnya.
Karena memikirkan hal tersebut, ia minum sedikit lebih banyak dari biasanya.
Dan karena tak terbiasa, kepalanya terasa sedikut pusing.
"Shimatta! Aku terlalu banyak minum. Aku harus berhenti minum dan segera pulang" ucapnya pelan.
Namun karena kepalanya sedikit pening, ia pun memutuskan untuk diam sejenak sampai pusing di kepalanya menghilang.
Natsuya memejamkan matanya sambil menundukkan kepalanya di atas meja.
Kring!
Lonceng pintu berbunyi. Menandakan ada pelanggan yang datang ke bar tersebut.
Ternyata orang tersebut adalah seorang lelaki bertubuh besar dan berambut pirang.
Lalu lelaki tersebut berjalan kearah Natsuya.
"Um, sorry, do you mind if i sit down here?" tanya lelaki tersebut. Rupanya, ia adalah orang asing yang tidak bisa berbahasa Jepang.
Natsuya yang sedang menahan pening di kepalanya hanya menganggukkan kepalanya. Ia tidak begitu mempedulikan orang asing tersebut.
Dengan cepat, pria berambut pirang tersebut langsung duduk tepat di sebelah Natsuya.
Tiba-tiba, seorang bartender mendatangi orang asing tersebut.
"Sir, what can i do for you?" tanya bartender tersebut ramah.
"Red wine and wiski, please"
"Alright, sir"
Lalu bartender tersebut langsung pergi dan segera menyiapkan pesanannya.
"Hey, wanna drinks with me?" ajak pria berambut pirang tersebut.
"What? Can't you see it? What are you thinking of? I already drunked, you know?!" seru Natsuya.
Karena tidak mau berlama-lama dengan pria tersebut, Natsuya memutuskan untuk segera membayar minumannya.
Namun ternyata,
dompetnya tidak ada di saku celananya.
Sial! Dimana dompetku?
Natsuya pun merasa sedikit panik.
"What's the matter?"
Natsuya yang masih merasa pening tetap mencari-cari dompetnya.
"It seems like you lost your wallet, isn't it?" tanya pria tersebut sambil tersenyum.
Natsuya hanya terdiam.
"I'll pay it for you!"
"Eh?"
Tiba-tiba, orang asing tersebut meletakan sebelah lengannya diatas bahu Natsuya.
"But as the change, you must drinks with me, okay?" ujar pria berambut pirang tersebut sambil tersenyum.
"..."
Natsuya tidak punya pilihan lain selain mengikuti ajakan pria berambut pirang tersebut.
***
Beberapa menit berselang, Natsuya sudah benar-benar mabuk. Wajahnya sudah benar-benar memerah. Tercium aroma minuman keras yang tercium pekat di tubuhnya. Ia tidak pernah minum sebanyak ini sebelumnya. Ia pun kehilangan kesadarannya sampai-sampai mengatakan semua yang ia pikirkan dengan sangat jujur.
Orang asing tersebut meneguk red wine miliknya. Berbeda dengan Natsuya, sepertinya ia sudah terbiasa minum dengan kadar alkohol yang tinggi, sehingga ia tidak terlihat mabuk sedikitpun.
Lalu ia menoleh kearah Natsuya dan sedikit tertawa.
"You already drunk now? We just started drink in several minute, remember?"
Natsuya hanya menundukkan kepalanya.
"Shuddap, you bastard!" seru Natsuya.
Walaupun demikian, pria asing tersebut tidak terpancing emosinya.
"You know? I really like swimming competition. And, the day after yesterday, fortuity i saw your competition. You didn't look so vibrant like you usually looks like. What's wrong?"
Natsuya menarik nafas berat. Karena sedang mabuk berat, rasanya semua perasaan yang ia rasakan selama ini ingin ia curahkan kepada pria asing ini. Sehingga Natsuya sama sekali tidak merasa curiga kepadanya.
"Actually, t's not a big deal. Since i was in junior high school, i'm just like a girl. But, she isn't like the other girl that i have met before. She is very special for me. She is very pretty, cute, innocent and she always be my side whenever i need her. But, it seems like my little brother also like her. In these several days, their two always spending time together. I don't know, i'm just... i know that i'm not her boyfriend neither, but, i feel very jealous about it. I'm just hate it" jelas Natsuya.
"Oh! It's about a girl. Honestly, I didn't expect that"
"You think that i'm just a such of foolish because i make a fuss with that thing, right?"
"Hey! I didn't say that. So, do you think you really love her?"
Tiba-tiba Natsuya memukul meja dengan sebelah kepalan tangannya dengan cukup keras.
"What are you talking about? Of course i really love her! I never had a huge affection feeling like this before! I'm sure that my feeling is only for her"
Lalu Natsuya meneguk lagi minumannya. Membuat kepalanya semakin pening. Namun entah mengapa, bukannya ingin berhenti minum, ia malah ingin terus-menerus meneguk alkohol.
"Hmm... interesting. So why don't you confess your feeling then? I think you have a chance to be her boyfriend although your little brother like her too"
"I don't think so. I'm just... I'm just affraid that she would reject me and leave me alone and never back to me again. I'm afraid about that"
Lalu pria pirang tersebut terkekeh.
"What are you talking about? If you want her, you deserve to get her"
"But how?! Even i didn't know which person that he like to"
Tiba-tiba, orang asing tersebut menarik sebelah bahu Natsuya dan membisikkan sesuatu ke telinga Natsuya. Ekspresi wajah orang asing tersebut tiba-tiba berubah menjadi sangat serius.
"You just have to tempting her till she show her weakness only to you. Do you know i mean?" bisik lelaki pirang tersebut. Mencoba menghasut Natsuya.
Natsuya pun hanya terdiam. Mencoba mencerna perkataan pria tersebut.
"Since a long time, I know you want to do it, right? I know her feeling. She just waiting for you to do this. She just embarassed to show her feeling to you..."
"Wh-what?"
"Do you have no courage to confess your real feeling to her? Are you just a coward that always hide your real feeling like this? How long do you want to be a stupid pitful coward? Until she get her new man in her life that can change her life? Is that what you want to happen in the future?"
Natsuya merasa sangat terpancing dengan perkataan orang asing tersebut. Ia pun mencengkram kerah pakaian pria tersebut dan menariknnya dengan sangat kasar.
"What?! Do you think i'm a coward, huh?! I'll show you, stupid dumbass!!!" seru Natsuya. Lalu ia mendorong tubuh pria asing tersebut dengan kasar dan tiba-tiba pergi keluar bar begitu saja dengan langkah yang sempoyongan karena masih merasa sangat mabuk.
Bukannya merasa takut ataupun balik memarahi, laki laki tersebut malah tersenyum puas melihat Natsuya yang terpancing emosinya.
"It's over, Japanese..." bisiknya.
***
Beberapa hari yang lalu, tepatnya saat Natsuya sedang mengikuti kompetisi renang tingkat regional, sesuai yang pria asing itu katakan, ia memang menghadiri kompetisi itu.
Saat itu, ia sedang memperhatikan para peserta lomba yang sudah siap untuk bertanding dari lantai dua.
Agar tidak mencuri perhatian, ia mengenakan jaket yang menutupi kepalanya.
Ya, dia adalah Albert Wahlander, seorang perenang asal Swedia yang memenangkan kejuaraan remang gaya bebas tercepat di dunia. Bahkan ia sampai dijuluki sebagai "The Odin of the Swim World".
"Albert!" panggil seorang pria bersurai coklat yang berjalan mendekatinya. Spontan, Albert pun menoleh kearah sumber suara tersebut. Ternyata pria tersebut adalah pelatihnya.
Pelatih tersebut langsung berdiri tepat di samping Albert sambil melihat kearah arena pertandingan.
"What it is, Ralph?" tanya Albert
"Listen, we didn't come here just for looking arround!" tegur pelatih tersebut yang ternyata bernama Ralph. Ia dikenal sebagai seorang pelatih yang keras dan tegas terhadap muridnya. Yang ada di dalam kepalanya hanyalah menjadikan muridnya sebagai juara, apapun caranya.
"What are you doing here?!" tanya Ralph. Namun begitu ia melihat pemandangan di hadapannya, ia langsung paham bahwa Albert sedang melihat kemampuan para perenang Jepang.
Semua peserta kompetisi renang langsung bersiap diatas papan lompat sambil menunggu aba-aba. Natsuya yang juga menjadi salah satu peserta kompetisi renang ini juga langsung memasang posisi start diatas papan lompat.
Albert melihat ekspresi wajah Natsuya yang seperti sedang memikirkan sesuatu.
'Take Your Marks'
Panitia lomba menarik pelatuk pistolnya, menandakan para perenang harus melompat ke dalam air.
Splash!
Semua peserta renang melompat kedalam air.
Dan perlombaan ini untuk sementara dipimpin oleh Natsuya.
"He swims fast" puji Albert begitu melihat Natsuya berenang dengan cepat di dalam air.
"Be careful of that guy, Al. Japan has a lot of talented swimmer in this year. He has a talent and outstanding skill in his age. He might be a represent swimmer from Japan in the next word competition. And... he might be take your own throne. You surely know what should you do, don't you?"
Albert pun terdiam. Perkataan Ralph tersebut menjadi tamparan keras baginya. Yang ada di pikirannya hanyalah mengalahkan perenang Jepang.
Priiittt...
Ternyata kompetisi ini dimenangkan oleh Natsuya.
Albert tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Natsuya. Tatapan menyeramkannya terus menerus menatap Natsuya dengan sinis.
"Take my throne, huh?"
(Flashback end)
~Bersambung
−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−
Uppuppuppu~
Holllaaa minnaa
Yami up lagi nihhh
Hwaaa maappp Yami emang kurang bagus di grammar jd mon maap kalo grammar enggresnya berantakan('Д⊂ヽ
Yami sengaja bikin percakapan Albert, dkk (pokonya yg org luar) itu pake inggris soalnya biar lebih kerasa aja feelnya kalo pake indo kaya gimana gitu wkwkwk.
Terus maap juga kalo Yami ga nambahin artinya soalnya Yami lg mager banget.
tp b inggrisnya jg ga susah kan yaa...
Tadinya Albert gabakal Yami masukin ke ff ini, tapiii karena Free the final stroke vol 1 kmren masih membekas di ingatan Yami dan biar seru aja gt ff ini yaudah deh Yami masukin aja hehe...
Okedeh mungkin segitu aja note dr Yami. Makasih banget kalian semua yg masih setia sama book iniiii. Lop u alll, muachhhh🥰🥰🥰
Babayyyy
See you in the next chapter....
uppuppuppu~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro