Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 20

Hari ini adalah hari Valentine. Perayaan valentine di Jepang berbeda dari negara lain pada umumnya. Biasanya para siswa perempuan akan memberikan coklat kepada kekasih mereka ataupun laki-laki yang mereka sukai. Dan untuk melihat apakah laki-laki yang mereka sukai tersebut menerima perasaan mereka adalah saat white day. Bila laki-laki tersebut memberi mereka coklat pada hari itu berarti ia menerima perasaan si perempuan. Tidak hanya kepada sang pujaan hati, para siswa perempuan terkadang memberi juga coklat kepada beberapa teman laki-laki mereka sebagai tanda persahabatan.

(Y/n) sudah menyiapkan beberapa buah coklat untuk teman-temannya. Ia juga menyiapkan sebuah coklat yang sangat spesial karena ia berusaha keras untuk membuatnya sendiri. Ia berniat untuk memberikan coklat spesial tersebut kepada seorang laki-laki yang selalu ia kagumi selama ini. Siapakah laki-laki idaman (y/n) tersebut? Apakah ia akan menjadi pasangan (y/n) untuk selamanya?

***

"Makoto-san!" panggil (y/n) sambil berlari kearah Makoto.

Makoto yang mendengar suara (y/n) tersebut secara spontan membalikkan tubuhnya kearah (y/n).

"A! (Y/n)-san! Ada apa?"

"E..etto. Karena hari ini adalah hari valentine. I..ini" ucap (y/n) sambil mennyerahkan sekotak coklat kepada Makoto. Ia merasa sedikit malu melakukannya.

"Eh? Untukku?"

(Y/n) menganggukkan kepalanya.

Makoto pun menerima coklat dari (y/n) tersebut. Wajahnya seketika memerah.

"H...hontouni arigatou, (y/n)-san"

(Y/n) pun tersenyum kearah Makoto.

"S...semoga kau suka ya dengan coklatnya"

Kenapa (y/n) terlihat malu-malu seperti itu? Apakah coklat ini adalah ungkapan perasaannya padaku?, tanya Makoto dalam hati.

"A...ano, (y/n)-san. Ada yang ingin aku tanyakan padamu"

"Apa itu, Makoto-san?"

"Apa coklat ini berarti..."

Tiba-tiba, bel sekolah pun berbunyi. Itu tandanya mereka harus segera masuk ke dalam kelas.

"A! Sudah waktunya untuk masuk kelas. Ayo, Makoto-san" ajak (y/n) sambil berjalan menuju kelasnya.

"U..um" jawab Makoto singkat.

Padahal aku ingin menanyakan apa arti dari coklat ini. Ah, tapi tidak apa-apa. Kalau begitu aku harus membalas coklat yang lebih dari ini saat white day nanti, gumam Makoto.

***

Sepulang sekolah, Makoto, Nagisa dan Rei sudah berada di kolam renang sekolah untuk melakukan rutinitas mereka, yaitu kegiatan klub.

"Are? Haru-chan belum kesini rupanya. Kukira ia sudah sampai duluan" ucap Makoto.

"Belum. Haru-senpai belum kesini. Bukankah biasanya kalian bila pergi kemana-mana selalu bersama?" tanya Rei.

"Soal itu... tadi sensei menyuruhku untuk membantunya dulu. Padahal aku pergi lumayan lama tadi, tapi kenapa Haru-chan belum kesini, ya?"

"Mungkin dia sakit perut karena makan terlalu banyak coklat hari ini" celetuk Nagisa.

"Makan coklat tidak akan membuat perutmu sakit, Nagisa-kun" tanya Rei.

"Ngomong-ngomong soal coklat, kau dapat berapa, Rei-chan?"

"Sudahlah! Jangan bicarakan tentang coklat valentine lagi!" seru Rei. Sekarang perasaannya sedang sensitif karena ia hanya menerima sedikit coklat.

"Hee? Jangan marah, Rei-chan. Kalau aku mendapat lima coklat. Tapi, coklat yang paling enak adalah coklat dari (y/n)-chan!"

Coklat dari (y/n)-san?, tanya Makoto dalam hati. Ia pikir hanya dirinya saja yang mendapat coklat dari (y/n).

"Dari (y/n)-senpai? Ternyata kau dapat juga. Dia juga memberi satu kepadaku" balas Rei.

Eh? Bahkan (y/n)-san juga memberi coklat kepada Rei, gumam Makoto.

"Hwaa... (y/n)-chan baik sekali, ya. Jangan-jangan, Mako-chan dikasih juga, kan?" tanya Nagisa.

"A! I...iya. (Y/n)-san juga memberikannya kepadaku" ucap Makoto. Sejujurnya ia merasa sedikit kecewa. Ia pikir (y/n) hanya memberi coklat kepadanya.

"Ngomong-ngomong soal (y/n)-senpai, ia juga belum datang kesini? Pergi kemana dia, ya?" tanya Rei.

"Benar juga. Kalau begitu aku akan segera mencarinya" ucap Makoto lalu ia bergegas pergi meninggalkan Rei dan Nagisa.

"Um. Tanomu yo, Mako-chan!" seru Nagisa.

***

Makoto memutuskan untuk mencari (y/n) di kelasnya. Ternyata benar, (y/n) ada disana.

"(Y/n)-"

Makoto tadinya ingin menghampiri (y/n). Tetapi, begitu ia melihat (y/n) yang kelihatannya sedang berbicara secara empat mata dengan seseorang, ia pun mengurungkan niatnya tersebut dan memutuskan untuk melihat dari balik tembok.

Ternyata (y/n) sedang berbicara dengan Haruka.

Apa yang (y/n) dan Haruka lakukan disini? tanya Makoto dalam hati.

"I..ini. Semoga kau suka, ya, Haru-san" ucap (y/n) sambil menyerahkan sekotak coklat yang berukuran lebih besar dari coklat yang (y/n) berikan kepada Makoto.

Haruka pun menerima pemberian coklat dari (y/n) tersebut. Seperti biasa ia tidak menunjukkan ekspresi apapun.

"Arigatou" balas Haruka singkat.

Makoto yang melihat hal tersebut memutuskan untuk kembali ke kolam renang sekolah.

Sebenarnya, kepada siapa (y/n) memberi coklat yang menyatakan perasaannya? Apakah Haru-chan yang menerimanya? Tapi, ukuran saja tidak bisa membuktikan bahwa itu coklat spesial dari (y/n). Buktinya, ia juga memberi coklat kepada Nagisa dan Rei. Benar bukan?, gumam Makoto yang berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

***

Sebulan kemudian, white day pun tiba. Makoto sudah menyiapkan sebuah coklat spesial untuk membalas coklat pemberian (y/n).

Aku harap (y/n) menyukai coklat pemberianku ini, gumam Makoto sambil memegang sekotak coklat untuk (y/n).

Ia pun berjalan masuk ke dalam kelas. Dari kejauhan, ia melihat (y/n) yang sedang duduk di bangkunya sambil melirik ke arah jendela.

Makoto menghela nafas panjang.

"Yosh!"

Makoto pun berjalan mendekati (y/n).

"Ano. (Y/n)-san!" panggil Makoto

Mendengar namanya dipanggil, (y/n) pun menoleh kearah Makoto.

"A! Makoto-san! Ada apa?"

Makoto pun memberikan sekotak coklat tersebut kepada (y/n).

"I...ini. Kumohon terimalah" ucapnya dengan wajahnya yang sedikit memerah.

"Eh? Arigatou, Makoto-san" balas (y/n) sambil tersenyum. Tak lama kemudian, wajahnya seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Ada apa, (y/n)-san? Apa kau...tidak menyukainya?" tanya Makoto.

Dengan cepat, (y/n) langsung menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Mmm.. Tidak, kok. Aku sangat menyukainya. Sekali lagi, arigatou ne. Jya, ada yang harus aku kerjakan dulu. Mata ne" ucap (y/n) sambil beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar kelas.

"C...chotto...." ucap Makoto pelan. Tadinya ia ingin bertanya tentang arti dari pemberian coklat (y/n) saat hari valentine. Tetapi, karena (y/n) terlihat sanhat terburu-buru, ia pun mengurungkan niatnya tersebut.

Mungkin akan aku tanyakan di lain waktu, gumam Makoto.

***

Tak terasa, akhir tahun pun datang dengan sangat cepat. (Y/n) dan yang lainnya sudah menghabiskan setahun terakhir mereka di SMA Iwatobi. Dan sudah saatnya bagi mereka untuk memilih jalan hidup mereka di masa depan.

***

"Baiklah, sekarang kalian diberi waktu sekitar dua minggu untuk menentukan universitas mana yang akan kalian pilih. Silahkan pikirkan matang-matang. Dan jangan lupa berjuang untuk ujian masuk nanti, ya" ucap seorang guru yang sedang mengajar di kelas (y/n). Setiap murid sudah diberikan selemebaran formulir untuk mengisi universitas yang akan mereka pilih.

Makoto menoleh kearah (y/n) yang duduk tepat di samping bangkunya.

"(Y/n)-san, kau sudah menentukan universitas pilihanmu?" tanya Makoto.

"Hmm... aku masih bingung untuk menentukannya. Bagaimana denganmu, Makoto-san?"

"Sepertinya, aku akan masuk ke universitas yang sama dengan Haru-chan"

"Aku belum menentukannya" celetuk Haruka yang tiba-tiba berbalik kearah (y/n) dan Makoto.

"Sepertinya kita semua memiliki masalah yang sama, ya" balas Makoto.

"Bagaimana kita semua masuk ke universitas yang sama?" ujar (y/n) memberi ide.

"Ide yang bagus, (y/n)-san. Sejujurnya, aku tidak mau berpisah dengan kalian semua" balas Makoto sambil tersenyum.

"Aku juga. Pokonya, bila ada diantara kita yang sudah menentukan universitas, segera beritahu, oke?" ucap (y/n).

"Wakatta" balas Makoto.

Sedangkan Haruka, ia hanya menganggukan kepalanya. Bersikap dingin seperti biasanya.

"Oh iya. Sebentar lagi tahun baru, bukan? Biasanya selalu diadakan matsuri di kuil. Bagaimana kalau kita pergi bersama-sama?" tawar Makoto.

"Wah! Benar juga. Ide yang bagus, Makoto-san. Sekalian kita ajak yang lainnya saja" balas (y/n). Ia kelihatannya sangat antusias.

"Um. Tentu saja semua harus ikut. Kau juga mau ikut, kan, Haru-chan?" tanya Makoto kepada sahabat baiknya itu.

"Um" balas Haruka singkat.

"Yosh! Sudah diputuskan. Kalau begitu tanggal 31 Desember pukul 6 sore nanti kita berkumpul di depan kuil, ya" ucap Makoto.

"Um. Wakatta. Wah! Pasti sangat menyenangkan. Aku tak sabar menantinya" balas (y/n) sambil tersenyum.

Ini kesempatanku. Saat matsuri nanti aku harus menyatakan perasaanku pada (y/n), gumam Makoto dalam hati. Ia sudah membulatkan tekadnya untuk bisa memiliki (y/n). Apalagi ini adalah saat-saat terakhirnya di SMA.

***

Di kamar, (y/n) sedang asyik memainkan smartphone-nya. Ia bingung harus mengajak siapa untuk pergi ke matsuri nanti.

Hmm... Apa aku ajak Gou-chan saja, ya? Tapi, apa dia masih marah tentang salah paham saat itu? Aku ajak saja, deh. Sekalian memperbaiki hubunganku dengan Gou. Siapa tahu dia bisa memaafkan aku, pikir (y/n). Lalu ia memutuskan untuk menghubungi Gou via chat. Kebetulan Gou juga sedang online saat ini.

Yamazaki (y/n) :
Ano... Gou-chan. Ini aku, (y/n). Maaf bila aku menganggu waktumu.

Sayangnya, Gou tidak langsung membalas pesan dari (y/n) tersebut.

Apa dia masih marah kepadaku, ya? Apa yang harus kulakukan?, gumam (y/n).

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Gou membalas pesan (y/n).

Gou-chan :
Tidak, (y/n)-neesan. Ada apa?

Dengan cepat, (y/n) langsung membalas pesan tersebut.

Yamazaki (y/n) :
Aku ingin minta maaf soal aku dengan Sousuke saat itu. Semua itu hanya salah paham. Jujur, aku sama sekali tidak memiliki perasaan apapun kepada Sousuke. Kau, mempercayai aku, kan?

Gou-chan :
Oh soal itu. Tenang saja, (y/n)-neesan. Sousuke sudah menjelaskan semuanya padaku. Aku sudah paham sekarang. Dan aku juga sudah memaafkanmu, kok :)))

Yamazaki (y/n) :
Eh? Sousuke sudah menjelaskannya? Btw, terima kasih sudah mau memaafkan aku Gou-chan( ・ั﹏・ั)

Gou-chan :
Tidak masalah, (y/n)-neesan. Iya, Sousuke sudah menjelaskan semuanya.

Yamazaki (y/n) :
Yokatta~ Arigatouu(´д⊂)‥ハゥ Tokorode, aku sebenarnya ingin mengajakmu pergi ke matsuri saat tahun baru nanti. Haru-san, Makoto-san dan yang lainnya juga akan ikut. Kau mau ikut, kan?

Gou-chan :
Benarkah? Hwaa tentu saja aku mau ikut. Dimana tempat berkumpulnya?

Yamazaki (y/n) :
Makoto-san bilang di depan kuil pukul 6 sore. Oh iya, bagaimana kalau kita pakai yukata?

Gou-chan :
Wah! Ide yang bagus. Jya, sampai ketemu di kuil yaa, (y/n)-neesan(^_^)

(Y/n) pun menghela nafas lega.

Yokatta... Akhirnya aku bisa memperbaiki hubunganku dengan Gou-chan, gumamnya.

***

Tak terasa, tanggal 31 Desember pun tiba. (Y/n) sudah siap dengan yukata berwarna merah muda miliknya. Sekarang, ia sedang berada di depan cermin sambil membetulkan tatanan rambutnya.

Kurasa sudah rapi, gumam (y/n).

Tiba-tiba, seseorang mengetuk-ngetuk pintu kamarnya dari luar. Ternyata itu adalah Sousuke.

"Oneesan! Sudah selesai belum?" seru Sousuke dari luar kamar.

"Ha-i! Chotto matte!" seru (y/n), lalu ia segera membuka pintu.

Begitu membuka pintu, mata Sousuke terbelalak melihat (y/n) yang begitu cantik mengenakan yukata.

"Bagaimana? Apa aku cocok mengenakan ini?"

Sousuke pun tersenyum.

"Sempurna. Ayo, kita harus segera pergi"

"Um"

Mereka berdua pun pergi menuju kuil.

***

Dari kejauhan, (y/n) melihat Haruka, Makoto, Gou, Nagisa dan Rei sedang berkumpul di depan kuil. (Y/n) dan Sousuke pun berjalan mendekati mereka.

"Minna! Maaf telah menunggu lama" seru (y/n) sambil melambaikan sebelah tangannya.

"A! (Y/n)-neesan!" sambut Gou hangat. Sedangkan Haruka, Makoto, Nagisa dan Rei sangat terpesona dengan penampilan (y/n) yang begitu cantik di mata mereka. Wajah mereka berempat pun sedikit memerah.

"E...eh? A...apa penampilanku ini aneh?" tanya (y/n). Ia terlihat tidak percaya diri dengan penampilannya sendiri.

"Oi! Apa yang kalian lihat dari (y/n)?" seru Sousuke sambil menghalangi pandangan mereka berempat dari (y/n). Rupanya ia berusaha untuk melindungi (y/n).

Haruka, Makoto, Nagisa dan Rei pun menjadi kikuk sendiri.

"A! T..tidak, kok... etto..." ucap Makoto terbata-bata.

"Tokorode, Rin-chan tidak ikut?" tanya Nagisa.

Mendengar pertanyaan Nagisa tersebut menbuat (y/n) merasa bersalah kepada Rin.

Apa Rin tidak ikut karena perkataanku saat itu, ya?, pikir (y/n).

"Soal itu. Oniichan bilang ia sedang tidak enak badan sekarang" balas Gou.

"Hee? Sayang sekali" ucap Rei.

"Tenang saja. Oniichan hanya demam biasa, kok. Besok dia pasti akan segera sembuh" ujar Gou.

"Jya, bagaimana kalau kita masuk ke dalam?" tawar Makoto

"Um, ayo" balas (y/n) sambil tersenyum.

***

Langit memang sudah gelap, tetapi lampu-lampu matsuri memeriahkan malam tahun baru itu.

Banyaknya stan-stan yang menjual makanan, maupun menawarkan berbagai macam permainan kepada para pengunjung kuil membuat perayaan tahun baru semakin meriah.

Tiba-tiba, di tengah kerumunan, (y/n) menghentikkan langkahnya di sebuah stan penjual taiyaki.

"Ada apa, oneesan?" tanya Sousuke.

"Tolong satu taiyaki dengan isian kacang merah" ucap Haruka tiba-tiba.

"Baik, ini dia" balas sang penjual sambil menyerahkan sebuah taiyaki kepada Haruka.

Haruka segera membayarnya. Setelah ia menerima taiyaki tersebut, ia langsung memberikannya kepada (y/n).

"Ini" ucapnya dingin.

"Eh? Untukku?" tanya (y/n).

Haruka hanya menganggukkan kepalanya. Tak lama kemudian, (y/n) pun menerima taiyaki tersebut.

"B..benarkah? Arigatou, Haru-san" ucap (y/n) sambil tersenyum. Ia terlihat sangat senang.

Makoto yang melihat hal tersebut sedikit merasa kecewa

Mereka pun langsung melanjutkan perjalanan mereka menuju puncak kuil.

Baru saja melewati beberapa stan, tiba-tiba mata Nagisa tertuju pada salah satu stan ringo ame.

"Hwaa! Ada ringo ame. Nee, Rei-chan ayo kita beli!" ajak Nagisa sambil menarik sebelah tangan Rei.

"Tidak, aku tidak mau. Kau beli saja sendiri"

"Hee! Ayolah Rei-chan. Aku...tidak bawa uang soalnya, hehe... Pinjam uangmu, boleh kan?" ucap Nagisa sambil menunjukkan wajah memelasnya kepada Rei.

"Nagisa-kun! Utangmu yang minggu lalu juga belum dibayar!" gerutu Rei.

"Hee! Aku mohon, Rei-chan!" seru Nagisa sambil mengguncang-guncangkan tubuh Rei.

"Kalian pergi duluan saja, Rei-chan dan aku akan menyusul nanti" ucap Nagisa kepada (y/n) dan yang lainnya.

"Wakatta. Kami tunggu di puncak kuil, ya" balas Makoto. Lalu mereka melanjutkan perjalanan mereka tanpa Nagisa dan Rei.

***

Semakin ke puncak kuil, orang-orang semakin banyak berkerumun. Hal tersebut mengakibatkan rombongan (y/n) terpisah-pisah.

"Are? Dimana Sousuke dan Gou?" tanya Makoto sambil melihat kebelakang untuk mencari keberadaan Sousuke dan Gou.

"Entahlah" jawab Haruka.

(Y/n) pun ikut mencari mereka berdua. Namun, tetap saja tak dapat ia temukan.

Tunggu sebentar, ini adalah kesempatan Gou-chan untuk memiliki waktu berdua bersama Sousuke, pikir (y/n).

"Maa..maa... Bagaimana kalau kita tetap melanjutkan perjalanan saja. Aku yakin mereka pasti akan menyusul kita" usul (y/n).

"Benar juga. Kalau kita cari, belum tentu juga kita bisa menemukan mereka" balas Makoto. Lalu mereka bertiga pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Hampir sedikit lagi mereka akan sampai ke puncak kuil.

Makoto melirik kearah (y/n) yang terlihat kelelahan menaiki anak tangga.

"Bagaimana kalau kita istirahat dulu sebentar?" tawar Makoto.

"Um. Boleh" balas (y/n).

Makoto dan (y/n) pun duduk di bangku kosong yang tersedia disana.

"Chotto. Sepertinya aku akan ke toilet dulu sebentar" ucap Haruka.

"Aku tahu dimana toiletnya, bukan?" tanya Makoto.

"Tentu. Sore jya..." ucap Haruka sambil berjalan meninggalkan (y/n) dan Makoto di bangku tersebut.

"Hati-hati!" seru (y/n).

"Jya, kita tunggu saja Haru-chan disini" ucap Makoto.

"Um"

Makoto dan (y/n) pun duduk bersebelahan.

Suasana pun hening sejenak. Tak lama kemudian, (y/n) pun membuka pembicaraan.

"Ano..., Makoto-san"

"Hm? Ada apa, (y/n)-san?"

Tiba-tiba, tingkah (y/n) menjadi malu-malu. Kedua pipinya pun seketika memerah.

"Numpung kita sedang berdua disini, ada yang ingin aku katakan padamu"

Tidak seperti biasanya. Kenapa tingkah (y/n) aneh sekali? Jangan-jangan dia... ah... jangan memikirkan hal yang tidak-tidak, Makoto!, gumam Makoto.

"A...apa itu, (y/n)-san?"

"Etto... Bagaimana ya, mengatakannya..."

Makoto pun tersenyum kearah (y/n).

"Katakan saja, (y/n)-san Tidak usah sungkan"

"Sejujurnya, aku sudah sangat yakin dengan perasaanku ini..."

"P...perasaan?"

"Um. Sebenarnya, sejak pertama kali bertemu... aku... sudah sangat menyukai Haru-san. Lalu, saat hari valentine, aku memberi Haru-san sekotak coklat spesial yang aku buat sendiri. Aku sangat berharap Haru-san membalas coklatku itu saat white day, namun ia tidak memberikan coklat kepadaku. Mungkin, ia tidak ingat kapan white day. Maka dari itu, aku sangat bersemangat untuk ikut bersama kalian ke sini. Ini adalah saat-saat terakhir kita di SMA. Jadi, aku sudah memutuskan... Aku akan menyatakan perasaanku pada Haru-san disini" ucap (y/n) dengan wajah serius. Ia benar-benar tidak main-main dengan perasaannya itu. Ia sangat menyukai Haruka.

*Note : Bagi yg blm tau, di Jepang, cewe nembak itu biasa ya...

Dalam sekejap, hati Makoto terasa sangat sakit. Ia sudah berekspektasi terlalu tinggi bahwa (y/n) menyukainya. Ia lupa bahwa (y/n) masih menyukai Haruka. Dan yang lebih parahnya lagi, (y/n) sudah membulatkan tekadnya untuk menyatakan perasaannya itu kepada Haruka.

"Jya, apakah Haru-san akan menerima perasaanku? Etto..., aku hanya berani menceritakan hal ini kepadamu, karena selain kau adalah sahabat baik Haru-san, aku juga sangat percaya padamu, Makoto-san. J...jadi, bagaimana menurutmu?"

Makoto sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia sudah benar-benar merasa terpuruk. Wajahnya seketika berubah menjadi sangat murung. Ini adalah hal yang paling menyakitkan yang pernah ia rasakan selama ini. Bahkan, matanya sampai berkaca-kaca, namun ia berusaha untuk menahan air matanya tersebut. Namun sayangnya, (y/n) tidak menyadarinya.

"Nee..., (y/n)-san" ucap Makoto pelan.

"I...iya?"

"Sebenarnya, dimatamu aku ini siapa?"

"Eh? Soal itu... Karena kau selalu ada saat aku butuhkan, aku sudah menganggapmu sebagai kakakku sendiri, Makoto-san" balas (y/n) sambil tersenyum.

Lagi-lagi, Makoto merasa terkejut dengan perkataan (y/n) tersebut.

"K...kakak, ya?" ucapnya. Tiba-tiba, air mata mengalir ke sebelah pipinya. Ia sudah tidak bisa lagi menahan air matanya sekarang. (Y/n) yang melihat hal tersebut langsung merasa terkejut.

"Eh? Ada apa, Makoto-san?"

Dengan cepat Makoto langsung mengelap air matanya. Lalu ia menoleh kearah (y/n) dan langsung tersenyum kearahnya. Ia memaksakan senyuman tersebut walaupun senyuman itu hanya kepalsuan. Walaupun merasa benar-benar hancur, ia masih berusaha untuk menutupi perasaannya itu.

"A! Gomen. Sepertinya mataku kelilipan tadi" balas Makoto. Lalu ia segera beranjak dari duduknya. Tiba-tiba ia mengulurkan tangannya kearah (y/n).

"Kalau begitu kau harus segera menyatakan perasaanmu itu kepada Haru-chan" ucap Makoto sambil tersenyum palsu.

Tak lama, (y/n) pun ikut tersenyum. Ia pun menganggukan kepalanya dan segera menerima uluran tangan Makoto tersebut.

Mungkin ini terakhir kalinya aku bisa menggenggam tangan (y/n), gumam Makoto.

(Y/n) dan Makoto pun memutuskan untuk mencari Haruka.

Walaupun ia merasa sangat hancur, walaupun perasaanya untuk (y/n) tidak bisa hilang, ia tetap ingin (y/n) dan Haruka bisa bersama. Asalkan (y/n) dan sahabatnya bahagia, itu sudah lebih dari cukup baginya. Tapi, bagaimana Makoto bisa menghilangkan perasaanya pada (y/n)?

***

Sudah cukup lama mereka berjalan mencari Haruka. Mereka juga sudah mencari di sekeliling toilet pria, namun tak ada Haruka disana.

"Haru-chan! Kau dimana?!" teriak Makoto.

"Jangan-jangan dia tersesat" balas (y/n).

"Perasaanku sedikit tidak enak. Ayo, (y/n)-san" ucap Makoto sambil menggenggam tangan (y/n).

Tiba-tiba, sebelah kaki (y/n) terasa sakit.

"Itai!" teriak (y/n).

"Ada apa, (y/n)-san?" tanya Makoto panik.

"Sepertinya, kakiku keseleo karena sendal geta ini"

"Ya ampun. Kalau begitu, ayo kita duduk dulu sebentar" ucap Makoto sambil menggiring (y/n) untuk duduk di sebuah bangku.

(Y/n) masih merasa kesakitan. Dengan cepat, Makoto langsung berjongkok untuk melihat kaki (y/n) yang terluka dari dekat. Makoto pun melepaskan sendal geta tersebut secara perlahan dari kaki (y/n).

"A...aduh!"

"Gomen! Apa terasa sangat sakit?"

"Lumayan sakit, Makoto-san"

Makoto pun terdiam sejenak, lalu ia memberikan punggunnya kearah (y/n) yang sedang duduk.

"Are? Makoto-san?"

"Naiklah ke punggungku. Aku akan menggendongmu. Kita akan melanjutkan mencari Haru-chan"

"Tapi,..."

"Tidak apa-apa. Kau sudah lama kan memendam perasaan itu. Kau harus segera mengungkapkannya kepada Haru-chan. Kalau tidak sekarang, kapan lagi, bukan?"

(Y/n) hanya terdiam. Ia tidak menyangka Makoto sampai sejauh itu melakukan hal ini untuknya. Lalu tak lama ia pun naik ke punggung Makoto. Dengan cepat, Makoto langsung berdiri dan melanjutkan perjalanan dengan (y/n) yang berada di punggungnya.

Aku tidak boleh egois. Perasaanku pada (y/n)-san bukan hal yang penting. Aku harus membantu mereka berdua apapun yang terjadi, gumam Makoto. Ia berusaha berfikir demikian agar ia tidak merasa sedih dan terpukul. Walaupun sebenarnya ia sedang sekuat tenaga menahan air matanya jatuh lagi.

***

Disisi lain, Sousuke dan Gou ternyata sudah sampai di puncak kuil.

"Are? Dimana teman-teman kita?" tanya Gou sambil melihat sekeliling.

"Entahlah. Mungkin mereka akan kemari sebentar lagi" balas Sousuke.

Lalu mereka berdua memandangi langit malam yang indah.

Apa aku ungkapkan perasaanku pada Sousuke sekarang, ya?, pikir Gou. Lalu ia menoleh kearah Sousuke yang berada tepat di sampingnya.

"A...ano" ucap Gou.

"Hm?" balas Sousuke sambil melirik kearah Gou.

"Etto, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu"

"Apa itu?"

"S...sebenarnya, aku... menyukaimu, Sousuke-kun" ucap Gou dengan wajah yang memerah.

"Eh?"

"K...kau mau menerima perasaanku?"

Sousuke pun terdiam sejenak.

"Gou, sepertinya... aku tidak bisa menerimamu. Maafkan aku"

"Eh?"

"Kau tahu, mungkin aku dan oneesan tidak akan bisa bersama. Tapi, sampai sekarang.... sebenarnya aku masih menyukai (y/n). Sekali lagi maafkan aku. Aku tidak bisa menerimamu, Gou"

Mendengar hal itu, Gou pun meneteskan air matanya.

"S...sokka. Kau masih menyukai (y/n)-neesan rupanya. Jya, sayonara" ucap Gou sambil menagis terisak-isak. Tiba-tiba, ia pun berlari menjauhi Sousuke.

"Oi, chotto!"

Sousuke mencoba menahan Gou, namun Gou sudah berlari terlalu jauh. Sousuke pun mematung di tempat ia berdiri sekarang. Lalu ia menoleh kearah langit.

***

Setelah sekian lama, akhirnya Makoto dan (y/n) menemukan Haruka. Ia ternyata berada di lapangan terbuka dekat kuil.

Nafas Makoto terengah-engah karena selain ia harus naik-turun tangga, ia pun harus menggendong (y/n) di punggungnya.

"Itu dia" ucap Makoto sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah.

"H...Haru-san" ucap (y/n) pelan. Matanya menatap Haruka dalam-dalam.

"Kau bisa menanganinya sendiri?" tanya Makoto.

"Um. Hontouni arigatou, Makoto-san"

Lalu Makoto menurunkan (y/n) dari punggungnya.

"Semoga berhasil, ya" ucap Makoto tersenyum kearah (y/n).

"Um. Jya, mata ne" pamit (y/n) sambil berlalu meninggalkan Makoto sendirian.
Ia terlihat berjalan pincang sambil tergesa-gesa untuk dapat segera bertemu dengan Haruka.

Makoto memandangi punggung (y/n) yang semakin lama semakin menjauh darinya.

Makoto pun memutuskan untuk pergi dari sana untuk menenangkan pikirannya.

Tanpa ia sadari, air matanya keluar begitu saja. Ia segera mengelap air matanya tersebut dan melanjutkan langkah kakinya.

Tidak apa-apa, Makoto! (Y/n)-san hanya bahagia bila ia bersama Haru-chan. Kau tidak boleh egois. Kau harus melupakan (y/n)-san, pikirnya agar ia kuat menghadapi semua ini. Namun sebaliknya, semakin ia berfikir demikian, ia malah merasa semakin sedih.

Ia pun menghentikkan langkah kakinya. Tiba-tiba, kedua kakinya tidak bisa menopang berat tubuhnya lagi sehingga ia berlutut ke tanah sambil menundukkan kepalanya.

Ia benar-benar merasa sangat hampa. Ia bingung harus melakukan apa sekarang. Ini kesekian kalinya ia merasa kecewa, namun ia tidak pernah merasa sekecewa ini.

Tiba-tiba, langit pun bergemuruh, menandakan bahwa sebentar lagi akan turun hujan.

***

Disisi lain, (y/n) masih berusaha berjalan cepat menghampiri Haruka.

"Haru-san!!!" panggilnya sambil terpincang-pincang.

Haruka pun berbalik kearah sumber suara tersebut. Ia bisa melihat (y/n) yang sedang berjalan kearahnya.

Karena tidak kuat menahan rasa sakit di kakinya, (y/n) pun terjatuh ke tanah. Dengan cepat, Haruka langsung membantunya berdiri.

"Oi! Daijoubu?" tanya Haruka.

"Um. Arigatou" balasnya sambil tersenyum.

Mereka berdua pun saling berhadapan satu sama lain. Jantung (y/n) tak mau berhenti berdetak kencang.

Suasana pun hening sejenak, dengan Haruka dan (y/n) yang saling menatap satu sama lain. Ditemani dengan suasana malam tahun baru menambah suasana romantis saat ini.

***

Di sisi lain lapangan, ternyata Rin diam-diam datang ke matsuri. Sebenarnya, ia merasa ragu-ragu untuk datang, apalagi untuk bertemu dengan (y/n), namun ia tidak bisa menahan rasa rindunya dari (y/n).

Ia pun menoleh kearah lapangan. Betapa terkejutnya ia, ternyata (y/n) berada di lapangan tersebut. Matanya langsung membulat. Ia langaung menggenggam erat pagar besi yang berada di sampingnya.

Tetapi,

Ternyata (y/n) tidak sendirian. Ada Haruka tepat di hadapannya. Melihat wajah (y/n) yang tampak senang berada di dekat Haruka membuat hati Rin semakin hancur.

"(Y/n)-san..." bisiknya. Lalu ia memutuskan untuk pergi dari sana.

***

"A...ano..., Haru-san. Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan"

"Nani?"

(Y/n) pun menelan ludahnya.

"Etto... Sebenarnya, sejak kita pertama kali bertemu, aku... sudah sangat menyukaimu, Haru-san!" ucap (y/n) sambil tersenyum. Pipinya yang merah merona menambah kecantikan di wajanya.

"Eh?"

"S...setiap hari, aku selalu memikirkan tentangmu. Aku benar-benar bersyukur bisa bertemu denganmu" lanjut (y/n) sambil tersenyum tulus kepada Haruka.

Mata Haruka terbelalak mendengarnya. Ia pun terdiam sejenak. Lalu ia berjalan mendekati (y/n) dan langsung menggenggam kedua pipi (y/n).

Wajah mereka berdua sangat dekat. Perlahan, (y/n) menutup matanya sambil menunggu Haruka mencium bibirnya untuk yang kesekian kalinya.

"Nee, (y/n)-san" panggil Haruka dengan suara pelan.

Dengan cepat, (y/n) pun membuka matanya.

"Hm? Ada apa, Haru-san?"

Haruka pun terdiam sejenak.

"Aku.... tidak bisa menerima perasaanmu itu. Maaf"

"Eh?"

Tubuh (y/n) seketika mematung mendengarnya. Ia kira Haruka memiliki perasaan yang sama dengannya.

"K...kenapa?"

"Aku...sebenarnya tidak punya perasaan apapun kepadamu. Maafkan aku"

"Eh? B...benarkah?"

Dengan cepat Haruka langsung melepaskan tangannya dan menjauh dari (y/n). Ia pun membungkukkan tubuhnya.

"Sekali lagi aku minta maaf" ucap Haruka. Lalu ia segera mengangkat tubuhnya.

"S...sore jya, m...mata ne" pamit Haruka. Lalu ia pergi begitu saja meninggalkan (y/n) sendirian.

(Y/n) benar-benar merasa sangat hancur. Ia tidak menyangka Haruka akan menolak perasaannya itu. Tiba-tiba, ia pun meneteskan air matanya. Tak lama kemudian, hujan pun turun sangat deras. Bukannya berteduh, (y/n) malah mematung di tempatnya berdiri saat ini. Tak lama kemudian, ia pun terjatuh ke tanah.

"K...kenapa? H...Haru-san.... Kau yang bilang ingin lebih dekat denganku, bukan? L...lalu...Saat kita berciuman saat itu.... kau anggap hal itu apa?" lirih (y/n) sambil menangis. Ia pun menangis semakin keras.

***

Secara kebetulan, Haruka bertemu dengan Makoto di jalan. Makoto yang tadinya sudah sedikit tenang tiba-tiba dadanya terasa sesak kembali begitu ia melihat Haruka. Namun, seperti biasa, ia berusaha untuk menutupinya.

"A! Haru-chan! S...selamat, ya. Kau dan (y/n) bisa bersama sekarang" ucap Makoto sambil tersenyum.

"E...etto... Soal itu..."

"Hm?"

"Aku memang menyukai (y/n). Tapi...., aku menolaknya"

"Apa?"

"Aku... tidak bisa menerimanya..."

Makoto benar-benar tidak percaya dengan perkataan yang dilontarkan oleh sahabat baiknya itu.

"Kenapa, Haru-chan? Kenapa kau tidak menerimanya? (Y/n)-san sangat menyukaimu melebihi apapun, tahu!" teriak Makoto.

"Aku tahu! T..tapi, aku tidak bisa. Aku takut tidak bisa membahagiakannya. Aku takut malah membuatnya sedih"

"Apa yang kau bicarakan?! Malah bila kau menolaknya, kau malah membuat (y/n) semakin sedih!"

"Kenapa kau menyalahkanku, Makoto?!" teriak Haruka.

Makoto pun seketika terdiam. Tiba-tiba, hujan pun turun sangat deras. Membasahi tubuh mereka berdua.

"Sudah kuputuskan. Ini adalah jalan terbaik bagi kita berdua. Sore, jya..." ucap Haruka lalu ia berjalan meninggalkan Makoto sendirian.

Makoto pun mematung di tempat ia berdiri saat ini.

"Tega sekali kau, Haru-chan. Padahal kau sudah mendapatkan hati (y/n)-san. Tapi kau sia-siakan begitu saja?" ucap Makoto pelan sambil menangis.

Disisi lain, Haruka yang sudah berjalan cukup jauh tiba-tiba menghentikkan langkahnya.

Ia pun menundukkan kepalanya.

Sebenarnya, aku ingin menerimamu, (y/n). Aku juga sangat menyukaimu. Tapi..., aku tahu Makoto juga menyukaimu. Aku yakin, bila kau bersama Makoto, kau pasti akan bahagia, (y/n)!, gumam Haruka sambil mengepalkan kedua tangannya.

Akankah kisah cinta (y/n) berakhir dengan kebahagiaan. Ataukah, kesedihan yang akan ia dapat?

~Bersambung

---------------------------------------------------

Uppuppu~

HAHAHAHAHAHHAHA....

Yami seneng banget sama up kali ini. Ini adalah chap favorit Yami.

KARENA SEMUANYA KENA MENTAL AWOAKWOAKOAWOAK...

Tadinya Yami mau publish kemaren, bertepatan dengan ultah Yami, tapi karena belum beres yowes...

Oke sekedar mengingatkan. Next chap latarnya udah di dive to the future ya...

Sore jya, sampai ketemu di up selanjutnya... Nantikan despair selanjutnya dari Yami...

uppuppu~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro