Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 16

Haruka sudah sampai duluan di ruang tunggu perlombaan. Ia langsung duduk termenung sambil terus memikirkan tentang (y/n).

Tak lama kemudian, Rin pun memasuki ruang tunggu.

Begitu melihat wajah Rin, Haruka langsung memandangnya dengan tatapan tidak suka. Ia pun langsung berdiri dan berjalan mendekati Rin.

Rin langsung mengangkat dagunya, menandakan bahwa kedudukannya lebih tinggi dari pada Haruka. Ia menatap wajah Haruka dengan tatapan sinis.

"Apa-apaan pandanganmu itu, Haru?" tanya Rin dengan nada bicara yang terkesan meremehkan Haruka.

Haruka merasa sangat kesal dengan perilaku Rin sedari tadi. Ia pun langsung menarik kaca mata renang Rin yang melingkar di lehernya dengan sangat kasar kearah wajahnya.

"Menjauhlah dari (y/n)!"

"Apa hakmu memerintahku seperti itu?! Apa kau kekasihnya, hah?! Bukan, kan?!" seru Rin.

Haruka langsung terdiam ketika Rin berkata demikian. Ia pun menggertakkan kedua giginya. Lalu ia mengayunkan sebelah kepalan tangannya kearah pipi Rin. Dengan cepat, Rin langsung menangkis serangan Haruka tersebut.

"Oh? Jadi kau ingin bertarung, hah?!" tanya Rin. Ia pun mengarahkan lututnya kearah perut Haruka dan langsung menghantamnya dengan sangat keras.

Sontak, tubuh Haruka lagi-lagi terkapar di lantai. Ia terus-terusan memegangi perutnya yang terasa sangat sakit.

Lalu, Rin berjalan mendekatinya dan langsung berjongkok tepat di depan tubuh Haruka. Ia langsung menjambak rambut Haruka dengan sangat kasar. Haruka pun meringis kesakitan.

"Oi, dengar ini! Aku dan (y/n) pernah saling mencintai satu sama lain. Aku bisa mengembalikkan hatinya kapan saja aku mau. Jangan besar kepala hanya karena kau bisa merebut ciuman darinya! Seharusnya kaulah yang harus menjauh dari (y/n). Mengerti kau?!" ucap Rin sinis. Lalu ia membanting kepala Haruka dan langsung pergi begitu saja.

Tak lama kemudian, Haruka pun memaksakan dirinya untuk berdiri.

"Matte, Rin!" seru Haruka.

Secara spontan, Rin pun menghentikkan langkah kakinya dan langsung menoleh kearah Haruka.

"Aku menantangmu! Siapapun yang menang dalam lomba ini, dialah orang yang bisa mendekati (y/n)!" lanjut Haruka sambil mengepalkan kedua tangannya. Ia yakin bisa mengalahkan Rin dengan mudah seperti saat itu. Maka dari itu ia berani menantang Rin.

Rin terkejut dengan tantangan Haruka tersebut.

"Cih! Jangan sombong, kau! Kau pikir kau bisa mengalahkan aku kali ini, hah?!" seru Rin. Ia pun kembali menatap kedepan. Sejujurnya, ia merasa sedikit khawatir ia akan kalah lagi seperti saat itu. Tetapi, karena pertandingan ini demi mempertatuhkan (y/n), ia akan berusaha sekuat tenaga agar (y/n) bisa kembali bersamanya lagi.

"Kuterima tantanganmu. Siapapun yang kalah jangan harap bisa menyentuh (y/n) lagi" lanjut Rin. Lalu ia langsung berjalan pergi menuju arena lomba.

Haruka menatap punggung Rin dengan tatapan serius. Ia merasa sangat yakin bahwa ia bisa menjadi juara dan mengalahkan Rin. Ini adalah satu-satunya cara agar (y/n) bisa menjadi miliknya.

Kepada seluruh peserta lomba diharapkan untuk segera pergi menuju arena perlombaan. Terima kasih...

Tak lama kemudian, Haruka langsung berjalan menuju arena perlombaan.

(Y/n), kau pasti akan menjadi milikku. Tunggu aku, (y/n), gumam Haruka.

***

Semua peserta sudah berdiri di atas balok start mereka masing-masing.

Sebelum membungkuk untuk posisi start, Rin terlebih dahulu menarik karet bagian belakang kaca mata renangnya dan langsung melepaskannya. Ia terbiasa melakukan itu agar bisa menang dalam perlombaan kali ini.

Haruka berusaha fokus dalam pertandingan, walaupun Rin berdiri tepat di sampingnya.

"Aku pasti yang akan menang" ucap Haruka sambil tetap menatap air kolam renang.

"Kita lihat saja nanti" balas Rin.

Disisi lain, (y/n), Makoto, Gou, Nagisa dan Rei sedang memperhatikan mereka berdua dari kursi penonton.

"Aduh! Nagisa bingung mau dukung siapa. Nee, Gou-chan. Kalau kau mau dukung siapa?"

"Sebenarnya, aku juga bingung. Yah, siapapun yang menjadi juara aku akan ikut senang" balas Gou sambil tersenyum kearah Nagisa.

"Hee? Begitu... Kalau (y/n)-chan akan dukung siapa?" tanya Nagisa.

"Ah...Ettoo... Siapa, ya?" ucap (y/n) yang sama-sama bingung akan mendukung siapa. Ia tidak bisa memilih salahsatu diantara mereka berdua.

Makoto memandangi wajah (y/n) yang berdiri tepat di sampingnya.


"Kalau Makoto-san bagaimana?" tanya (y/n).

"Eh? Etto, sepertinya aku akan mendukung Haru-chan"

Siap...

Sedia...

Pritttt....

Semua peserta langsung lompat kedalam kolam renang.

Dengan sekuat tenaga, Haruka menggerakkan kedua kaki dan tangannya di dalam air. Ia berusaha sangat keras agar bisa berenang sangat cepat.

Begitu pula dengan Rin. Selama ini, ia terus berlatih keras agar dapat mengalahkan Haruka. Kemampuannya hari ini dibandingkan Haruka mengalahkannya saat itu sudah sangat berbeda.

Mata (y/n) langsung tertuju pada Rin dan Haruka yang berenang dengan kecepatan yang sama.

Siapa yang harus aku dukung? Sebenarnya, aku ini menyukai Haru-san atau aku sebenarnya masih belum bisa melupakan Rin-kun?, gumam (y/n). Ia benar-benar bingung dengan perasaannya sendiri.

Pandangan Makoto bukannya fokus ke area perlombaan, ia malah fokus melirik kearah (y/n).

Apakah (y/n)-san juga masih memiliki perasaan pada Rin? Sebenarnya siapa orang yang ia sukai?, tanya Makoto dalam hati.

Di arena perlombaan, karena di awal Haruka sudah terlalu banyak mengerahkan seluruh energinya, saat hampir mencapai garis finish ia malah kehabisan tenaga sehingga kecepatannya pun menjadi menurun. Tetapi untungnya kecepatannya masih setara dengan Rin.

Ia pun semakin menaikkan kecepatannya.

Dan yang menang adalah...

Prittttt...

Haruka pun segera berdiri di dalam kolam renang untuk melihat papan waktu digital yang secara otomatis tertulis nama urutan perenang dari yang tercepat sampai yang terlama.

Rin pun melakukan hal yang sama. Matanya langsung tertuju pada papan tersebut. Matanya seketika langsung terbelalak.

Ternyata pemenangnya adalah...

Matsuoka Rin

Itulah nama yang menduduki peringkat paling atas pada pertandingan kali ini.

Dan dibawahnya tertulis nama Nanase Haruka, yang artinya Haruka menduduki posisi kedua.

Selisih waktu mereka hanya berbeda 3 detik.

Haruka benar-benar shock melihatnya. Padahal ia merasa Rin berenang lebih lambat darinya.

Sepertinya di akhir, Rin menaikkan sedikit kecepatannya sehingga bisa menyusul Haruka.

Sedangkan di tribun, mata (y/n) seketika membulat melihat papan waktu digital tersebut. Begitu pula dengan Makoto dan yang lainnya.

R...Rin-kun...mengalahkan...Haru-san? Aku tak menyangka ia bisa melakukannya, gumam (y/n).

"Haru-chan" ucap Makoto pelan. Ia khawatir sahabatnya itu pasti akan merasa sangat terpukul setelah ini.

Bukannya merasa senang, Rin malah terlihat sangat marah. Dengan cepat tangannya langsung menarik karet kacamata Haruka yang berada di lehernya.

"Lihat! Sudah jelas bukan siapa yang akan memiliki (y/n)? (Y/n) itu adalah gadisku. Tidak ada yang boleh memilikinya kecuali aku seorang. Jangan harap kau bisa dekat-dekat lagi dengannya!" seru Rin.

Hati Haruka merasa sangat hancur. Ia hanya terdiam sambil merenungkan kekalahannya. Ternyata, kemampuan Rin sudah melampaui dirinya. Dan yang lebih menyakitkan lagi adalah, ia tidak bisa dekat-dekat lagi dengan (y/n). Apalagi ia yang membuat taruhan ini, tetapi akhirnya ia malah kalah dari Rin. Mau bagaimana pun juga, ia harus menepati perkataanya.

Tak lama, Rin melepaskan gengamannya dari kaca mata renang milik Haruka. Lalu, ia pergi begitu saja meninggalkan Haruka.

Sedangkan Haruka, ia masih terbujur kaku di tempat ia berdiri saat ini.

"Kusso! Kenapa aku bisa kalah?" bisiknya.

***

"Haruka senpai lama sekali, ya?" ucap Rei. Ia, (y/n), Makoto, Gou dan Nagisa sedang menunggu Haruka di kursi penonton.

"Mungkin Haru-chan merasa sangat terpukul karena kalah dalam pertandingan tadi" jawab Nagisa.

Makoto melirik kearah (y/n) yang sedari tadi hanya terdiam di sampingnya. Ia melihat wajah (y/n) yang terlihat sedih sekaligus gelisah. Ia benar-benar terlihat khawatir terhadap keadaan Haruka saat ini.

"Kalau begitu, kita tunggu saja di mobil, bagaimana? Amataka sensei sepertinya sudah menunggu kita sedari tadi" ucap Gou.

"Ide yang bagus. Lagipula hari juga mulai malam" balas Rei.

Mereka semua pun berjalan pergi meninggalkan tribun.

"A...ano!" seru (y/n) tiba-tiba. Membuat mereka semua menoleh kearahnya.

"Ada apa, (y/n)-san?" tanya Makoto.

"Sepertinya, aku akan menunggu Haru-san disini. Aku khawatir akan terjadi apa-apa padanya"

Makoto pun hanya terdiam. Ternyata (y/n) benar-benar mengkhawatirkan Haruka.

"Kalau begitu aku juga akan menunggu disini bersamamu, (y/n)-san" ujar Makoto. Ia tidak tega bila harus meninggalkan (y/n) sendirian disini.

"Baiklah, kami bertiga akan menunggu di mobil. Kalian tunggulah Haruka-senpai disini ya" ucap Gou.

"Um" jawab Makoto singkat sambil menganggukkan kepalanya.

Gou, Nagisa dan Rei pun berjalan pergi meninggalkan Makoto dan (y/n) berdua di tribun.

Mata Makoto langsung melirik kearah (y/n) yang berada tepat di sampingnya. Wajah (y/n) terlihat sangat khawatir.

Makoto ingin sekali memeluk tubuh (y/n) agar ia bisa merasa lebih tenang. Tetapi, apa daya. Ia bukan siapa-siapa bagi (y/n). Dan lagi, belum tentu (y/n) juga menyukainya. Apalagi sepertinya (y/n) adalah orang yang paling mengkhawatirkan keadaan Haruka saat ini. Hal itu membuat Makoto merasa sedih.

Tak lama kemudian, Haruka pun berjalan menghampiri mereka. Ia sudah selesai membilas tubuhnya. Sekarang ia mengenakan jaket klub renang Iwatobi dan sudah siap untuk pulang.

Mata (y/n) langsung terbelalak ketika melihat sosok laki-laki bersurai hitam tersebut berjalan mendekatinya. Ia pun langsung berlari kearah Haruka, meninggalkan Makoto di tempatnya berdiri saat ini. Makoto hanya memandangi (y/n) dari jauh.

Haruka hanya menundukkan kepalanya sambil berjalan lesu. Begitu ia melihat (y/n) semakin mendekat kearahnya, hatinya seketika merasa sangat hancur.

"Haru-san!" panggil (y/n).

Haruka pun menghentikkan langkahnya. (Y/n) berdiri tepat di hadapannya.

(Y/n) memandangi wajah Haruka yang terlihat sangat frustrasi. Hal itu membuatnya semakin merasa kasian kepada Haruka.

"H...Haru-san, kau tidak apa-apa?" tanya (y/n) dengan suara lembut.

Mendengar suara (y/n) malah membuat Haruka semakin frustrasi. Ia menyesal sudah menantang Rin tadi. Ia benar-benar sudah kalah telak darinya.

"Bagaimana bisa aku tidak apa-apa setelah kalah dalam lomba!" teriak Haruka tiba-tiba.

(Y/n) terkejut Haruka tiba-tiba meneriakinya seperti itu.

"M...maaf. Aku.. aku benar-benar khawatir padamu"

"Kalau kau memang peduli padaku, pergilah dari hadapanku!" seru Haruka.

(Y/n) benar-benar terkejut dengan perkataan Haruka tersebut. Ini yang ia khawatirkan sedari tadi. Ia takut Haruka akan menjauhinya karena kalah dalam pertandingan. Ia juga takut Haruka akan meninggalkannya seperti Rin meninggalkannya saat itu.

Tak lama kemudian, Makoto tiba-tiba menghampiri mereka berdua.

"Haru-chan! Jangan membentak (y/n)-san seperti itu!" tegur Makoto. Ia merasa kasian kepada (y/n) yang tiba-tiba dimarahi oleh Haruka.

"Berisik! Jangan ikut campur kau, Makoto!" teriak Haruka. Makoto benar-benar terkejut dengan sikap sahabat baiknya itu.

"Bukannya menghibur sahabatmu, kau malah menceramahiku seperti itu. Sahabat macam apa kau ini!" seru Haruka. Mendengar hal itu, Makoto pun langsung terdiam.

Tak lama kemudian, Haruka pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua.

Tiba-tiba, (y/n) berlari kearah Haruka dan langsung menarik sebelah tangan Haruka.

"Haru-san. Onegai. Jangan tinggalkan aku... Maafkan aku. Seharusnya aku lebih mengerti perasaanmu saat ini" ucap (y/n) sambil menahan air matanya. Ia semakin menggenggam erat pergelangan tangan Haruka.

Sontak, Haruka melepaskan genggaman tangan (y/n) dengan sangat kasar dan pergi begitu saja meninggalkan (y/n). Perasaanya sedang sangat sensitif saat ini, sehingga ia melampiaskan kekesalannya pada (y/n). Ia merasa kemampuannya sudah tersusul oleh Rin.

"Matte, Haru-chan!" teriak Makoto yang mencoba untuk menyusul Haruka. Tetapi, Haruka tetap mengabaikan Makoto. Semakin lama langkahnya malah tertinggal jauh dengan Haruka.

(Y/n) benar-benar terkejut. Baru saja Haruka membuatnya jatuh hati. Tetapi, sekarang Haruka malah mencampakkanya. Hatinya benar-benar terasa sangat sakit. Tiba-tiba, ia meneteskan air matanya.

"H...Haru-san...Nande?" lirih (y/n) sambil menundukkan kepalanya.

Begitu mendengar tangisan (y/n) tersebut, Makoto langsung membalikkan tubuhnya. Ia merasa sangat kasihan kepada (y/n). Ia pun segera berjalan mendekati (y/n) agar bisa memeluknya.

Tetapi, tiba-tiba ia menghentikkan langkah kakinya.

Ia melihat Rin berjalan mendekati (y/n) dari kejauhan.

(Y/n) masih menangis terisak-isak. Sampai-sampai ia tidak menyadari keberadaan Rin yang sudah berdiri tepat di hadapannya.

Dengan cepat, Rin langsung memeluk tubuh (y/n) dengan sangat erat.

(Y/n) langsung menghentikkan tangisannya. Ia bisa mengenali pelukkan yang sudah tak ia rasakan sejak lama. Spontan, ia langsung mengangkat kepalanya agar bisa memandangi wajah yang sedang memeluknya saat ini.

"R...Rin-kun" ucap (y/n) pelan tepat di dekat wajah Rin yang menunduk kearahnya.

Dengan cepat Rin langsung memegangi kedua pipi (y/n) sambil berusaha mengelap air matanya.

"Kenapa kau menangis?" tanya Rin dengan suara yang sangat lembut. Membuat hati (y/n) merasa tenang.

"H...Haru-san. Kenapa dia tiba-tiba meninggalkan aku?"

Rin terdiam sejenak setelah mendegar perkataan (y/n) tersebut. Lalu ia semakin mendekatkan wajahnya kearah wajah (y/n).

"Kau tidak perlu memikirkannya. Masih ada aku disini" ucap Rin sambil sedikit berbisik.

Mata mereka saling menatap satu sama lain. Rin bisa melihat wajah cantik (y/n) dari dekat. Ia benar-benar merindukkan wajah tersebut.

Disisi lain, Makoto yang melihat hal tersebut merasa sangat kecewa. Tadinya, ia berniat melakukan hal yang sama kepada (y/n). Ia ingin sekali (y/n) bisa berada di dalam dekapannya. Tak lama, ia pun langsung berjalan pergi meninggalkan (y/n) dan Rin berdua sambil menahan rasa sakit di dadanya.

Di tengah kesunyian, Rin tiba-tiba mendekatkan bibirnya kearah bibir (y/n). Ia sangat merindukan ciuman dari bibir mantan kekasihnya itu. Secara tidak sadar (y/n) pun merasakan hal yang sama. Ia sangat merindukkan kasih sayang dari Rin. Begitu Rin mendekatkan bibirnya, mata (y/n) secara otomatis terpejam sambi menunggu bibir Rin mendarat di bibirnya.

Sedikit lagi bibir mereka hampir bertemu satu sama lain.

"Oi, Rin! Disitu kau rupanya" suara seseorang yang tak asing lagi bagi (y/n) dan Rin.

Sayangnya, karena hal itu Rin langsung menghentikkan gerakannya sehingga ia belum sempat mencium bibir (y/n).

Rin pun melepaskan tangannya dari wajah (y/n) dan langsung menoleh kearah sumber suara tersebut. Ternyata, orang yang tadi memanggilnya adalah Sousuke.

Sousuke pun berjalan menuruni tangga dan langsung menghampiri sahabat baiknya itu.

"Dasar kau, Sousuke. Apa kau tidak lihat? Aku ini sedang sibuk sekarang!" gerutu Rin.

Tiba-tiba, mata Sousuke terbelalak melihat sesosok gadis pujaan hatinya yang sudah lama tak ia lihat selama ini.

"(Y/n)?" tanya Sousuke.

"A! Sousuke-san!" seru (y/n). Ia tak menyangka bisa bertemu dengan Sousuke disini.

"Hisashiburi na, (y/n)" ucap Sousuke sambil tersenyum kearah (y/n).

"Hisashiburi. Kau terlihat sehat, Sousuke-san" balas (y/n) ramah sambil tersenyum.

Senyum manis (y/n) tersebut membuat hati Sousuke meleleh.

"U...um. Begitulah" ucap Sousuke dengan pipinya yang sedikit memerah

"Eh? Ngomong-ngomong, kalian sudah berbaikan ternyata" lanjut Sousuke. Wajahnya memang tidak menunjukkan rasa benci. Namun jauh di dalam hatinya ia merasa sangat kesal.

Kenapa hubungan mereka malah membaik? Bukankah mereka ini saling salah paham satu sama lain?, gerutu Sousuke dalam hati.

Rin pun menggandeng bahu (y/n) dan langsung menariknya kearah dadanya. Sehingga (y/n) bersandar tepat di dada Rin. Hal itu membuat (y/n) tersipu malu.

"Tentu saja. Iya 'kan, (y/n)-chan?" tanya Rin sambil melirik kearah wajah (y/n).

"Eh? I...iya" jawab (y/n) malu-malu.

Hati Sousuke terasa sangat panas. Ia terkejut (y/n) dan Rin bisa berbaikan lagi. Padahal ia sudah sangat berusaha agar dapat memisahkan mereka berdua. Namun ternyata usahanya tersebut gagal.

"Syukurlah kalau begitu" ucap Sousuke.

"Jya, bagaimana kalau aku mengantarmu pulang, (y/n)-chan?" tawar Rin sambil tetap menggandeng (y/n).

"Eh? Aku bisa pulang bersama teman-temanku, kok"

"Jadi kau tidak mau?" tanya Rin dengan nada sedikit kecewa.

"E...eh? B...bukan maksudku begitu, Rin-kun. Ano, sebentar ya. Aku beri tahu dulu Makoto-san dulu" ucap (y/n) sambil melepaskan gandengan tangan Rin yang melingkar di bahunya.

(Y/n) pun mencari sosok Makoto disekelilingnya. Namun tak kunjung ia temukan.

"Are? Kemana Makoto-san?" tanya (y/n) kebingungan sambil menoleh ke kiri dan ke kanan.

"Mungkin dia sudah pulang duluan" ucap Sousuke.

Tidak mungkin. Makoto-san tidak pernah pergi tanpa pamit seperti itu. Dia pergi kemana, ya?, gumam (y/n).

"Sudah. Kau pulang saja bersamaku, (y/n)-chan. Aku khawatir kalau kau harus pulang sendirian" tawar Rin sekali lagi sambil memegangi kedua bahu (y/n).

(Y/n) merasa sedikit ragu-ragu, ia khawatir bila ia pulang bersama Rin tanpa memberitahu Makoto terlebih dahulu, Makoto pasti akan mencarinya.

Tetapi disisi lain, (y/n) merasa tidak enak kepada Rin. Bisa jadi Makoto sudah mengerti bila Rin akan mengantar (y/n) pulang. Maka dari itu, Makoto sudah pergi sedari tadi.

"B...baiklah, Rin. Tapi kau tidak keberatan 'kan?" tanya (y/n) meyakinkan Rin.

"Tentu saja tidak. Ayo kita pulang" ucap Rin sambil menarik tangan (y/n).

"E...eh? U..um" balas (y/n).

"Jya, mata ne, Sousuke!" pamit Rin kepada Sousuke.

(Y/n) dan Rin berjalan meninggalkan Sousuke sendirian di tribun. Setelah mereka berdua pergi cukup jauh, Sousuke langsung mengepalkan kedua tangannya. Ia benar-benar merasa sangat marah.

Kusso! Keterlaluan kau, Rin!, gumamnya dengan penuh rasa kesal.

***

Beberapa hari kemudian, saat pulang sekolah, seperti biasanya (y/n), Haruka dan Makoto sudah siap untuk melakukan kegiatan klub. Mereka bertiga sedang berjalan bersama-sama menuju kolam renang sekolah.

Tiba-tiba, ponsel (y/n) berdering.

"Chotto matte, ne" ucap (y/n) sambil menghentikkan langkahnya, begitu pula dengan Haruka dan Makoto. Lalu (y/n) segera mengambil ponsel tersebut dari tasnya. Ternyata itu telepon dari Rin. Dengan cepat (y/n) langsung mengangkatnya.

"Moshi moshi, Rin-kun"

Begitu mendengar nama Rin dari mulut (y/n) sudah membuat Haruka merasa sangat kesal.

"(Y/n)-chan, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Kau mau 'kan?" tanya Rin dari seberang telepon.

"Eh? Memangnya kemana?" tanya (y/n) penasaran.

"Sudah ikut saja. Ini akan jadi kejutan untukmu. Ayo, aku akan menjemputmu sekitar 10 menit lagi"

"Apa? Tunggu sebentar. Kita akan pergi sekarang?"

"Tentu saja. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan kepadamu. Tunggu aku disana, ya" ucap Rin. Lalu ia langsung menutup teleponnya.

"Eh? T...tunggu, Rin-kun. Moshi moshi... Rin-kun?!"

(Y/n) pun langsung menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Ada apa, (y/n)-san?" tanya Makoto.

"Ano, sumimasen. Sepertinya aku tidak bisa ikut latihan lagi hari ini. Maafkan aku" ucap (y/n) sambil membungkuk meminta maaf.

"Bukankah beberapa hari yang lalu kau sudah sering bolos latihan?" tanya Haruka ketus. Ia merasa sangat kesal karena semakin hari Rin dan (y/n) semakin dekat satu sama lain. Bahkan, hampir setiap hari Rin mengantarkan (y/n) pulang ke rumahnya. Walaupun jarak antara Kota Samezuka dan Iwatobi cukup jauh.

"M...maafkan aku. Aku memang sudah sering bolos latihan. T...tapi..."

"Sudahlah, Haru-chan. Mungkin ini hal yang penting bagi (y/n)-san" ucap Makoto yang mencoba untuk menenangkan Haruka agar tidak memarahi (y/n) lagi. Walaupun sebenarnya suasana hati Makoto saat ini sedang kurang bagus karena melihat (y/n) begitu dekat dengan Rin.

Haruka hanya terdiam. Ia benar-benar sudah muak dengan Rin dan (y/n).

"Baiklah, kau boleh pergi, (y/n)-san" ucap Makoto.

"Benarkah? Tidak apa-apa 'kan?" tanya (y/n) meyakinkan sekali lagi.

"Um" ucap Makoto singkat sambil tersenyum.

"Hontouni arigatou, Makoto-san. Jya, aku pergi dulu, ya" seru (y/n) sambil berjalan terburu-buru meninggalkan Haruka dan Makoto.

"Cih! Sialan kau Rin!" ujar Haruka sambil menundukkan kepalanya.

Makoto hanya memberikan tatapan prihatin kepada sahabat baiknya itu. Ia bingung bagaimana caranya agar ia bisa menghibur Haruka.

***

(Y/n) sedang menunggu Rin di tempat parkir sekolah. 10 menit kemudian, akhirnya Rin sampai di SMA Iwatobi untuk menjemput (y/n). Ia memarkirkan mobilnya dan langsung turun dari mobil.

Rin pun berjalan menuju (y/n) sambil melambaikan sebelah tangannya. Spontan, (y/n) langsung menghampirinya.

"Rin-kun, kau mau mengajakku kemana?"

Rin langsung meraih sebelah tangan (y/n).

"Sudah, ikut saja denganku"

Mereka berdua pun menaiki mobil Rin.

***

Ternyata, Rin mengajak (y/n) ke SMA Samezuka. Karena sudah sore, duasana sekolah sangat sepi. Yang tersisa hanyalah para siswa yang masih melakukan kegiatan klub. Tetapi, sebagian besar klub sudah pulang lebih awal.

Rin dan (y/n) berjalan di lorong sekolah. Kaeena sangat sepi, suara kaki mereka pun bergema di sekitar lorong.

"Kau pasti merindukan suasana di sini, bukan?" tanya Rin memulai pembicaraan.

"Kau mengajakku kesini rupanya. Memangnya hal apa yang kau mau tunjukkan kepadaku?"

"Ada di kelas kita dulu. Ayo!" seru Rin yang lagi-lagi menarik tangan (y/n).

Akhirnya, (y/n) dan Rin sampai di kelas mereka.

"Aa natsukashii na" ucap (y/n) sambil melihat sekeliling kelas.

Hanya ada mereka berdua di dalam kelas tersebut. Cahaya matahari yang hampir terbenam menyinari kelas yang sepi dan sunyi.

(Y/n) pun menyentuh satu per satu meja yang ia lewati sambil berjalan. Rin mengikutinya dari belakang.

"Kau suka kan?" tanya Rin sambil tersenyum.

(Y/n) pun menghentikkan langkahnya lalu ia membalikkan tubuhnya kearah Rin.

"Um. Rasanya aku jadi ingin kembali bersekolah di sini"

Rin hanya terdiam. Ia bisa melihat wajah (y/n) yang tersorot sinar matahari sore. Hal itu membuat (y/n) menjadi semakin cantik di matanya.

Rin pun berjalan mendekati (y/n) sambil menatap dalam-dalam kedua bola mata (y/n).

"R...Rin-kun, ada apa?" tanya (y/n) heran karena Rin terus berjalan mendekatinya. (Y/n) berusaha menghindarinya dengan terus berjalan mundur.

Lama kelamaan, bagian belakang tubuh (y/n) pun menabrak sebuah meja. Membuatnya tidak bisa kemana-mana.

"R...Rin-kun?" ucap (y/n) dengan suara pelan. Wajah mereka semakin lama semakin dekat satu sama lain. Jantung (y/n) pun berdegup dengan sangat kencang.

Suasana senja dan kelas yang sepi mendukung momen mereka berdua.

"(Y/n)-chan..."

"I...iya?"

"Apakah pernah terpikirkan olehmu, kalau kita kembali bersama lagi seperti dulu?" ucap Rin dengan suara yang sangat lembut.

"Eh?"

"Sejujrunya, sejak kau meninggalkan aku, aku merasa sangat kesepian" ucap Rin sambil mengelus sebelah pipi (y/n).

"A... aku juga. Sebenarnya aku juga merasa sangat sedih"

"Maafkan aku karena sudah meninggalkanmu, (y/n)-chan"

"Um. T...tidak apa-apa, kok" balas (y/n) sambil tersenyum manis.

"Aku sangat mencintaimu, (y/n)-chan. Ayo kita kembali bersama lagi. Kau, mau kan?" tanya Rin sambil berbisik.

"Eh? B...bersama lagi?"

~Bersambung

---------------------------------------------------

Uppuppuppu~

Hwaaaa minnaaaa

Omataseeee

This is Yamiiiii

Pasti pada nungguin Yami updet kan? hehehe

Haduh maap ya reader chan. Yami sekarang lagi mumet banget. Tugas Yami banyak bangettt. Bentar lagi  juga mau UAS.... Yami cuman keburu buat bales komenan sama ngucapin makasih ke profil reader chan yg udah vote, dll. Ini juga Yami updet nya buru2. Makanya maklum yaa buat up kali ini gaada gambarnya. Nanti Yami tambahin deh kalo udah agak santai. Mudah2an ga berpengaruh yaa ke ceritanya.....Huhuhu(´Д⊂ヽ

Jadi mon maap yaa reader chan buat up chap 17 kayanya delay (lagi) 2 mingguan. Gomenasaiiiiiiiiii......
*Dipukul Reader chan karena delay terus.

Oke. Ganti topik. Buat reader chan yang ngehusbuin atau bertanya2 apa di ff ini ada Ikuya, Natsuya, dkk...

Jawabannya...

Tentu adaa...

Tapi nanti, pas mereka udah kuliah tentunya. Kalo penasaran, ikutin terus ya sampe beress...

Oh iya Yami juga gak lupa buat ngucapin banyak2 makasihh buat semua dukungan yang udah reader-chan berikan untuk Yamiii... Yami cayang deh reader-channn umu❤(ӦvӦ。)

*ish alay deh Yami- reader chan

Ehehe maapp...

Oke mungkin itu aja sih dari Yami buat kali ini.

Selalu jaga kesehatan ya gaisss...

See yaaa

Muachhhh

uppuppu~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro