
Chapter 15
Tak lama kemudian, Haruka melepaskan ciumannya dari bibir (y/n). Jantung (y/n) tak mau berhenti berdegup kencang. Wajahnya seketika memerah. Ia tidak menyangka Haruka berani menciumnya seperti itu. Hal itu membuatnya semakin menyukai Haruka.
"H...Haru...-san. K...kenapa kau m...menciumku?" tanya (y/n) sambil merasa malu sekaligus gugup .
"Sebenarnya...aku..."
"Oi! Haruka!" teriak Rin sambil berjalan mendekati Haruka dan (y/n). Wajahnya benar-benar terlihat sangat marah.
"Rin! Tunggu sebentar!" teriak Makoto sambil berusaha mencegah Rin mengganggu Haruka dan (y/n).
Tiba-tiba, Rin menarik kerah jaket Haruka dengan sangat kasar.
"Apa-apaan kau ini? Seenaknya saja berciuman dengan (y/n)" ucap Rin sambil menggertakan gigi-gigi hiunya.
(Y/n) benar-benar terkejut Rin tiba-tiba datang menghampirinya. Tubuhnya pun seketika mematung. Ia bingung harus melakukan apa sekarang.
"Kau kan hanya mantan kekasih (y/n). (Y/n) tidak ada hubungannya lagi denganmu" ucap Haruka ketus.
Perkataan Haruka tersebut membuat Rin semakin marah.
"BERISK KAU!" teriak Rin. Lalu ia mengayunkan sebelah tinjunya kearah pipi Haruka. Sehingga Haruka terjatuh ke tanah.
Mata (y/n) seketika terbelalak melihat Haruka yang terkapar di tanah. Spontan, ia langsung berlari mendekati Haruka.
"Haru-san! Kau tidak apa-apa? Haru-san!" seru (y/n) sambil membantu Haruka untuk duduk.
Rin berniat untuk memukul Haruka lagi. Dengan cepat, Makoto langsung menahan kedua lengannya agar ia tidak bisa menghampiri Haruka.
"Lepaskan, Makoto!" teriak Rin.
"Tenanglah, Rin! Kalian bisa bicarakan ini secara baik-baik!" seru Makoto sambil menenangkan Rin.
(Y/n) memandangi sebelah pipi Haruka yang sedikit membengkak karena dipukul oleh Rin. (Y/n) benar-benar sangat khawatir terhadap keadaan Haruka.
Haruka hanya memegangi sebelah pipinya sambil sedikit meringis kesakitan. Lalu ia melirik kearah wajah (y/n) terlihat sangat cemas. Matanya seketika berbinar saat melihat wajah (y/n).
"Kau bisa berdiri?" tanya (y/n) sambil membantu Haruka berdiri.
"Um" jawab Haruka singkat.
Sontak, (y/n) merasa sangat marah. Ia langsung berjalan kearah Rin.
Tiba-tiba, (y/n) menampar sebelah pipi Rin. Rin benar-benar terkejut dengan apa yang dilakukan (y/n). Begitu pula dengan Makoto dan Haruka. Mereka tak menyangka (y/n) berani melakukan itu.
"Apa-apaan kau ini?! Tadi kau tiba-tiba memintaku untuk kembali kepadamu! Sekarang kau tiba-tiba memukul Haru-san. Apa masalahmu?!" teriak (y/n) dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.
Sontak, sekujur tubuh Rin pun tiba-tiba mematung. Ia bingung harus menjawab apa. Ia benar-benar tak menyangka, (y/n) lebih memilih untuk membela Haruka dibandingkan dirinya.
"(Y/n)... Kenapa kau jadi seperti ini? Padahal aku masih sangat mencintaimu" ucap Rin pelan sambil menatap wajah (y/n).
(Y/n) pun mengepalkan kedua tangannya.
"Aku sudah tidak peduli lagi! Jangan dekati aku lagi! Aku sangat membencimu, Rin!" teriak (y/n).
Hati Rin seketika hancur begitu ia mendengar perkataan (y/n) tersebut. Seketika ia meneteskan air matanya.
Tak lama kemudian, (y/n) pun langsung pergi meninggalkan mereka bertiga. Spontan, Haruka langsung mengejarnya.
"Oi! (Y/n)-san!" panggil Haruka.
Mereka berdua pun hilang dari pandangan Makoto dan Rin.
Rin hanya menundukkan kepalanya. Ia benar-benar sangat kecewa.
Makoto pun melepaskan tangannya dari lengan Rin.
"Rin, kau tidak apa-apa?" tanya Makoto. Sejujurnya ia masih merasa sangat terpukul karena Haruka mencium (y/n) tadi. Tetapi disisi lain ia lebih merasa kasihan terhadap Rin.
Rin tidak menjawab pertanyaan Makoto tersebut. Ia masih tetap menatap kebawah sambil mengepalkan kedua tangannya
"(Y/n)-chan... kenapa?" ucap Rin dengan suara pelan.
Makoto menatap Rin dengan tatapan iba. Ia bisa memahami betul perasaan Rin saat ini.
***
(Y/n) masih berlari sambil menahan air matanya. Ia benar-benar tidak paham dengan perasaan yang sedang dirasakannya saat ini.
Bersamaan dengan itu, Haruka masih mengejarnya dari belakang.
"(Y/n)-san! Tunggu!" seru Haruka. Lalu ia menggenggam sebelah pergelangan tangan (y/n) dari belakang. Spontan, (y/n) pun berhenti berlari.
(Y/n) terdiam sejenak. Tak lama, ia pun meneteskan air matanya.
"Kenapa kau menangis, (y/n)-san?" tanya Haruka penasaran.
"Aku juga tidak tahu...., Haru-san" ucap (y/n) pelan.
Sejujurnya, begitu (y/n) melihat wajah Rin. ia sedikit merasa senang. Apalagi saat Rin mengatakan bahwa ia masih mencintainya. Tetapi, entah mengapa amarah lebih menguasai dirinya. Ia merasa bersalah karena telah menampar Rin. Tetapi disisi lain ia memang benar-benar marah kepada Rin. Karena menurutnya Rin terlalu egois dan Rin tuba-tiba menampar Haruka begitu saja. Ia benar-benar tidak mengerti dengan perasaanya saat ini.
Haruka curiga (y/n) masih menyimpan perasaan kepada Rin. Spontan, ia menarik tangan (y/n) kearah tubuhnya agar ia bisa memeluk (y/n). Pelukannya pun semakin erat. Ia takut bila harus kehilangan (y/n).
Seketika tangisan (y/n) pun berhenti. Ia benar-benar merasa nyaman bisa berada di dalam pelukan Haruka.
"Kau bisa berhenti menangis sekarang" ucap Haruka sambil menyandarkan kepalanya di pundak (y/n). Suaranya yang sangat lembut berhembus tepat di telinga (y/n).
"Haru...-san?"
Tak lama kemudian, Haruka menoleh kearah wajah (y/n) dan dengan cepat ia mencium pipi (y/n). Seketika wajah (y/n) pun menjadi memerah.
Haruka pun melepaskan pelukannya sambil tetap menggenggam erat kedua bahu (y/n).
"Sudah lebih baik?" tanya Haruka dengan wajah datarnya yang khas.
"Um. Arigatou, Haru-san" ucap (y/n) sambil tersenyum.
Wajah (y/n) benar-benar manis, hingga membuat hati Haruka luluh melihatnya. Ia sangat ingin memiliki (y/n).
Setelah aku mengalahkan Rin dalam perlombaan, aku pasti akan menyatakan perasaanku padamu, (y/n), gumam Haruka.
***
Tibalah saat perlombaan dimulai. Sekarang adalah saatnya perlombaan renang gaya dada untuk wanita. (Y/n) sudah siap di arena lomba. Ia merasa sangat gugup karena sudah lama sekali ia tidak bertanding.
Haruka, Makoto, Nagisa, Rei dan Gou sudah duduk di kursi penonton untuk melihat (y/n) bertanding sekaligus memberi dukungan kepadanya.
Makoto memandangi (y/n) dari jauh. Entah mengapa perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak. Ia tiba-tiba teringat kejadian saat (y/n) tenggelam di kolam renang sekolah.
(Y/n)-san. Semoga kau bisa melakukannya, tidak, aku yakin kau pasti bisa, (y/n)-san!, gumam Makoto.
"Bersedia... Siap...."
Priiitttt
Semua peserta termasuk (y/n) langsung melompat ke dalam kolam renang. (Y/n) berusaha sekuat tenaga untuk secepatnya sampai ke garis finish.
"Ayo, (y/n)-senpai! Kau pasti bisa!" teriak Rei.
"(Y/n)-chan, ayo semangat!" teriak Nagisa.
Haruka yang duduk tepat di sebelah Makoto tiba-tiba berdiri.
"(Y/n)-san! Ganbatte!" teriak Haruka. Tidak biasanya Haruka menyemangati orang lain seperti itu. Ia hanya melakukan itu untuk (y/n). Mata Makoto terbelalak melihat perilaku sahabatnya itu.
Entah mengapa kali ini Makoto tidak mau mengalah dari Haruka. Ia pun berdiri dan ikut menyemangati (y/n).
"(Y/n)-san! Aku disini mendukungmu! Kau pasti bisa melakukannya!" teriak Makoto. Suaranya jauh lebih besar dibandingkan suara teriakan Haruka tadi.
Semoga kau bisa mendengar suaraku, (y/n). Aku juga ingin kau tahu perasaanku yang sebenarnya, (y/n)-san, gumam Makoto.
Tepat di area perlombaan, (y/n) bisa mendengar dengan jelas suara Makoto dari kejauhan. Sedangkan suara Haruka dan yang lainnya tidak terdengar olehnya.
Makoto-san?
Tiba-tiba sebelah kaki (y/n) mendadak menjadi kram. Ia pun sama sekali tidak bisa menggerakkan kakinya. Lagi-lagi ia pun tenggelam.
Ia berusaha untuk berdiri namun sulit sekali untuk dilakukan. Semakin lama, air kolam renang semakin banyak masuk ke dalam hidung dan mulutnya. Ia pun menjadi semakin kesulitan untuk bernafas.
"To...Tolong...Tolong!"
Makoto, Haruka, Rei, Nagisa dan Gou terkejut melihat (y/n) yang tiba-tiba tenggelam.
"(Y/n)?" ucap Haruka dengan tatapan tidak percaya.
Begitu melihat hal itu, tubuh Makoto secara spontan langsung berlari menuruni tangga untuk menyelamatkan (y/n). Haruka pun mengikuti Makoto dari belakang.
"(Y/n)-san!!!" teriak Makoto.
Tetapi langkah mereka berdua pun tiba-tiba terhenti, karena seseorang sudah masuk duluan ke dalam kolam renang untuk menyelamatkan (y/n).
Orang itu langsung membawa (y/n) ke pinggir kolam renang. Ternyata dia adalah Rin.
Rin memandangi nafas (y/n) yang tidak beraturan. Dengan cepat, Rin langsung membuat nafas buatan untuk (y/n) dengan menempelkan bibirnya dengan bibir (y/n).
Haruka yang melihat hal itu seketika menjadi sangat kesal.
Sedangkan Makoto, ia bingung harus merasa sedih atau senang. Di satu sisi ia senang karena ada orang yang menolong (y/n). Di sisi lain ia merasa sedih karena ia lagi-lagi kehilangan kesempatannya untuk semakin dekat dengan (y/n).
Karena nafas (y/n) yang tak kunjung membaik, Rin langsung menggendong (y/n) dan segera membawanya ke unit kesehatan.
(Y/n) bisa melihat secara samar-samar wajah Rin yang sedang menggendongnya dengan gaya bridal style.
"Rin...-kun?"
***
(Y/n) pun membuka matanya perlahan sambil memandangi sekitarnya.
"(Y/n)-san! Oi! Kau sudah sadar?" tanya Rin sambil mendekat kearah (y/n).
"R...Rin-kun?" tanya (y/n) pelan.
"Syukurlah kau tidak apa-apa" ucap Rin lega.
(Y/n) jadi merasa tidak enak kepada Rin.
"K...kenapa kau menolongku? A...aku kan sudah jahat kepadamu"
Rin pun tersenyum. Lalu ia mengelus pipi (y/n) dengan sangat lembut.
"Sudah menjadi kewajibanku untuk menjagamu, (y/n)-chan"
Tak lama, (y/n) pun berderai air mata.
"R...Rin-kun. Maafkan aku karena sudah menamparmu. Maaf karena sudah memarahimu, maafkan aku. Aku ini memang sangat keterlaluan"
Rin pun langsung menempelkan dahinya kearah dahi (y/n). Hidung mereka pun bersentuhan satu sama lain. Membuat wajah mereka benar-benar dekat satu sama lain.
"Tidak usah kau pikirkan. Aku menganggap semua itu tidak pernah terjadi. Yang terpenting sekarang adalah kau selamat, (y/n)-chan" ucap Rin sedikit berbisik.
(Y/n) merasa nyaman bisa berada di posisi seperti itu bersama Rin. Hatinya seketika menjadi terasa sangat hangat.
"Kepada semua peserta cabang lomba renang gaya bebas diharapkan untuk segera berkumpul di ruang tunggu peserta. Terima kasih..."
Rin pun menjauh dari wajah (y/n).
"Maaf, (y/n)-chan. Aku harus pergi sekarang"
(Y/n) pun tersenyum.
"Tidak apa-apa. Aku yakin kali ini kau pasti menang, Rin-kun" ucap (y/n) yang masih terbaring lemah diatas kasur.
Rin pun membalas senyuman (y/n).
"Aku pasti akan menang. Tunggu aku, (y/n)-chan" ucap Rin. Lalu ia langsung keluar dari ruang unit kesehatan.
***
"Kepada semua peserta cabang lomba renang gaya bebas diharapkan untuk segera berkumpul di ruang tunggu peserta. Terima kasih..."
"Haru, sudah waktunya untuk kau bertanding" ucap Makoto.
Haruka yang masih dibakar oleh api cemburu langsung beranjak dari duduknya dan segera berjalan menuju ruang tunggu peserta.
Makoto memandangi Haruka dari jauh dengan tatapan penuh kekhawatiran. Karena sejak Haruka melihat Rin menolong (y/n), ia mendadak menjadi sangat pemurung.
Haruka pun menghilang dari pandangan Makoto.
"Aduh, aku bingung harus mendukung siapa" ucap Gou.
"Eh?" tanya Makoto.
"Iya. Oniichan juga kan ikut dalam pertandingan kali ini. Dia akan bertanding dengan Haruka-senpai"
"Wah! Benarkah?" tanya Nagisa.
Tunggu sebentar. Bila Rin ikut lomba juga. Bagaimana dengan (y/n)-san? Apa dia sendirian di unti kesehatan? Kalau terjadi apa-apa dengannya bagaimana?, pikir Makoto yang gelisah karena memikirkan keadaan (y/n).
Makoto pun beranjak dari kursinya.
"Makoto-senpai. Kau mau kemana?" tanya Rei.
"Aku akan pergi ke unit kesehatan. Aku sedikit khawatir soal (y/n)-san. Aku pergi dulu, ya!" pamit Makoto, lalu ia langsung bergegas menuju unit kesehatan.
***
Akhirnya Makoto sampai di unit kesehatan. Ia melihat (y/n) yang sedang duduk di atas kasur sambil memandang ke luar jendela. Makoto pun langsung berjalan mendekatinya.
"(Y/n)-san, kau tidak apa-apa?"
"Makoto-san? Um, tidak usah khawatir. Aku tidak apa-apa, kok" balas (y/n) sambil tersenyum.
"Ah. Yokatta" ucap Makoto lega.
"Maaf, karena tenggelam aku didiskualifikasi dari perlombaan"
"Tidak usah kau pikirkan. Melihatmu selamat saja sudah membuatku senang" balas Makoto sambil tersenyum.
(Y/n) pun membalas senyuman Makoto.
"Kau sudah bisa berjalan?" tanya Makoto.
"Um. Sepertinya sudah, Makoto-san"
"Kalau begitu ayo, aku bantu kau berjalan" ucap Makoto sambil membantu (y/n) berdiri. (Y/n) pun menggenggam erat sebelah lengan Makoto.
Tiba-tiba, kaki (y/n) terpeleset sehingga ia pun terjatuh. Ia pun secara tidak sengaja menarik sebelah lengan Makoto sehingga Makoto ikut terjatuh ke lantai tepat diatas tubuh (y/n).
Tanpa disengaja, bibir Makoto yang lembut mencium bibir (y/n). Walaupun mereka berciuman karena kecelakaan, (y/n) merasakan sensasi yang berbeda saat ia mencium bibir Makoto. Entah mengapa (y/n) merasa seperti Makoto-lah yang merebut first kiss darinya. Ciuman Makoto tersebut membuat hatinya sangat nyaman. Hal itu membuat jantungnya berdegup sangat kencang.
Setelah beberapa detik berlalu, Makoto baru menyadari apa yang telah terjadi. Ia pun segera melepaskan ciumannya dari bibir (y/n) sambil mengangkat tubuhnya dengan bertumpu pada kedua tangan dan lututnya. Sehingga tubuh Makoto berada tepat diatas tubuh (y/n) yang sedang terlentang. Entah mengapa tubuh Makoto tiba-tiba membeku. Sehingga wajah mereka masih berada dalam jarak yang sangat dekat. Mata mereka saling menatap satu sama lain. Wajah Makoto seketika menjadi sangat memerah. Jantungnya pun berdegup sangat kencang. Begitu pula dengan wajah (y/n). Pipinya seketika berubah menjadi semerah tomat.
"A...ano...a...m...maafkan....aku....(y/n)-...san...etto...b...bukan...m...maksudku....ano.." ucap Makoto terbata-bata karena merasa sangat gugup.
Ya Tuhan! Apa yang telah kulakukan? (Y/n) pasti akan marah kepadaku, gumam Makoto.
(Y/n) memandangi wajah Makoto yang tepat berada didepannya.
Suasana pun menjadi sangat canggung.
(Y/n) pun melirik kearah lain. Karena ia merasa malu bila harus terus-terusan menatap Makoto.
"T...tidak apa-apa, M...Makoto-san" ucap (y/n) terbata-bata dengan pipinya yang masih memerah.
Makoto terkejut dengan pernyataan (y/n) tersebut. Ia pikir (y/n) akan marah kepadanya karena seenaknya mencium bibirnya.
Makoto pun segera menyingkir dari tubuh (y/n) dan duduk di lantai. Begitu pula dengan (y/n). Mereka berdua saling memalingkan wajah. Wajah mereka berdua pun masih memerah. Membuat suasana menjadi sangat canggung.
Ya ampun, bibirku dan (y/n).... Apakah aku sedang bermimpi? T...tapi, bibirnya, lembut sekali, gumam Makoto. Ini pertama kalinya Makoto berciuman. Sebelumnya ia belum pernah mencium siapapun kecuali (y/n).
Apa-apaan perasaan ini? Kenapa aku merasa senang? Aku sama sekali tidak mengerti, gumam (y/n) sambil tetap memalingkan wajahnya. Jantungnya tak mau berhenti berdegup kencang. Kejadian tadi terus menerus terbayang di benaknya.
Tak lama kemudian, Makoto langsung membuka pembicaraan agar suasana tidak terlalu canggung.
"A...ano. Sekali lagi, M...maafkan aku, (y/n)-san. A...aku benar-benar tidak sengaja melakukannya"
(Y/n) pun terdiam sejenak.
"Um. Tidak apa-apa, kok. Aku tahu kalau tadi itu hanya kecelakaan" ucap (y/n).
Tanpa Makoto sadari, wajahnya tiba-tiba tersenyum.
Jangan-jangan (y/n) juga memiliki perasaan yang sama denganku. Ah, mustahil! Jangan pikirkan hal yang aneh, Makoto! Tadi itu hanya kecelakaan, ingat itu!, gumam Makoto.
Lalu ia segera beranjak dari duduknya dan mengulurkan tangannya kearah (y/n) untuk membantunya berdiri.
(Y/n) pun melirik kearah Makoto.
"Ayo, (y/n)-san. Teman-teman yang lain pasti sudah menunggu" ucap Makoto.
(Y/n) pun tersenyum. Lalu ia memberikan tangannya kepada Makoto dan segera berdiri.
Tiba-tiba, kaki (y/n) yang kram terasa sakit lagi. Kakinya pun tak mampu menopang berat tubuhnya. Ia pun terjatuh tepat di dada Makoto yang bidang. Spontan, Makoto langsung menangkap tubuhnya.
"(Y/n)-san! Kau tidak apa-apa?" seru Makoto. Ia merasa sangat panik karena (y/n) tiba-tiba merasa kesakitan.
(Y/n) pun melirik keatas agar dapat memandangi wajah Makoto.
"G...gomen, Makoto-san. Kakiku tiba-tiba saja terasa sedikit sakit" ucap (y/n) sambil berusaha untuk tersenyum.
Secra perlahan, Makoto pun mendudukkan tubuh (y/n) kembali ke lantai.
(Y/n) pun menyentuh sebelah kakinya yang terasa sakit.
"Apa terasa sangat sakit?" tanya Makoto. Ia benar-benar khawatir terhadap keadaan (y/n).
(Y/n) pun melirik kearah Makoto.
"Um, begitulah. Gomen, sepertinya aku harus kembali merebahkan tubuhku. Makoto-san pergi saja duluan" balas (y/n).
Makoto merasa tidak tega bila harus meninggalkan (y/n) sendirian. Ia pun membalikkan tubuhnya sambil berjongkok tepat di depan (y/n).
"Ayo, naik saja ke punggungku, (y/n)-san"
Mata (y/n) berbinar melihat perlakuan baik Makoto tersebut.
"Eh? T...tidak apa-apa?" tanya (y/n) meyakinkan. Ia merasa tidak enak bila Makoto harus repot-repot menggendongnya seperti itu.
Makoto pun menoleh ke belakang agar dapat menatap wajah (y/n).
"Tidak apa-apa. Ayo, naik saja. Aku tidak keberatan, kok"
(Y/n) pun memeluk erat bahu Makoto dari belakang. Dadanya menempel pada punggung kekar milik Makoto. Makoto bisa merasakan dengan jelas detak jantung (y/n) yang berdetak di punggungnya. (Y/n) menopangkan kepalanya tepat diatas bahu Makoto. Pipi mereka pun bersentuhan satu sama lain. Hal itu membuat Makoto merasa sedikit grogi.
"P...pegangan yang erat, ya" ucap Makoto. Dengan cepat, ia langsung mengangkat tubuh (y/n) tersebut dengan kedua tangannya melingkar kebelakang tepat di kedua kaki (y/n).
Begitu Makoto mengangkat tubuhnya, karena khawatir akan terjatuh, (y/n) semakin memeluk erat bahu Makoto.
Makoto pun berjalan keluar ruangan unit kesehatan sambil tetap menggendong (y/n) di punggungnya.
"Apakah badanku berat, Makoto-san?" tanya (y/n). Ia takut Makoto merasa kesulitan karena menggendong tubuhnya.
"Sama sekali tidak, kok. Malah badanmu ini ringan sekali" ucap Makoto. Memang benar yang dirasakan Makoto. Tubuh (y/n) sangat mungil sehingga tidak sulit bagi Makoto untuk membawanya.
(Y/n) pun tersenyum. Ia benar-benar tersanjung dengan kemurahan hati Makoto tersebut.
"Arigatou ne, Makoto-san" ucap (y/n) sedikit berbisik tepat di sebelah telinga Makoto.
Hal itu membuat wajah Makoto berubah menjadi kemerahan.
"U...um. T...tidak usah kau pikirkan, (y/n)-san"
Tidak kusangka aku memiliki kesempatan seperti ini bersama (y/n)-san. Aku benar-benar merasa senang, gumam Makoto sambil tersenyum manis.
***
Akhirnya mereka pun sampai di tempat duduk penonton.
Dengan cepat, Nagisa melambaikan tangan kepada mereka berdua.
"Oi! (Y/n)-chan! Mako-chan! Disini!" teriak Nagisa.
Makoto pun langsung berjalan menaiki tangga dan menghampiri Nagisa dan yang lainnya. Ia pun langsung mendudukkan tubuh (y/n) di kursi.
Gou, Nagisa, dan Rei langsung mendekat kearah (y/n).
"(Y/n)-neesan, kau tidak apa-apa?" tanya Gou dengan wajah penuh rasa khawatir.
"Tenang saja, aku tidak apa-apa. Maaf, karena hal ini aku jadi didiskualifikasi"
"Tidak usah pikirkan hal itu, (y/n)-senpai" ucap Rei.
Tiba-tiba, Nagisa memeluk tubuh (y/n).
"E...eh? N.. nagisa-chan?"
Tak lama Nagisa pun menangis.
"Huaaa.... Aku khawatir kepadamu, (y/n)-chan. Untunglah kau baik-baik saja" rengek Nagisa. Ia benar-benar terlihat seperti anak kecil.
Tak lama, (y/n) pun tertawa kecil. Menurutnya Nagisa itu sangat menggemaskan.
(Y/n) pun mengelus-elus bagian belakang kepala Nagisa.
"Cup...cup...cup... Kau ini laki-laki, bukan? Masa kau menangis seperti itu"
Nagisa pun melepaskan pelukannya dari tubuh (y/n). Ia pun tiba-tiba menghentikkan tangisannya. Namun matanya masih sedikit berkaca-kaca.
"Kalau (y/n)-chan yang minta untuk berhenti, aku akan berhenti menangis" ucapnya dengan wajah yang tiba-tiba serius. Namun tetap saja ia terlihat sangat menggemaskan.
Sontak, (y/n) pun tak mampu lagi menahan tawanya. Makoto, Gou, dan, Rei pun ikut tertawa melihat perilaku Nagisa tersebut.
Disaat yang lainnya masih tertawa. (Y/n) menghentikkan tawanya sejenak dan melirik kearah Makoto. Ia melihat tawa Makoto yang sangat menggemaskan. Memang Makoto sering sekali menunjukkan senyum manisnya, namun (y/n) tak pernah melihat Makoto tertawa sebahagia itu. Hal itu membuat pandangannya tidak bisa berpaling dari Makoto.
Tak lama kemudian, Makoto pun meghentikkan tawanya. Ia pun memandang kearah (y/n). Matanya terbelalak karena ternyata (y/n) memandanginya.
Mata mereka berdua pun lagi-lagi saling menatap satu sama lain. Sontak, (y/n) pun memalingkan pandangannya karena merasa malu. Tetapi, entah mengapa hal sesederhana itu membuatnya senang hingga membuatnya tersenyum manis.
Makoto benar-benar terkejut dengan ekspresi yang ditunjukan (y/n) tersebut. Hal itu membuatnya merasa sangat senang.
Apa benar, (y/n) mulai menyukaiku? Apa dia mulai sadar bahwa aku menyukainya?, gumam Makoto.
~Bersambung
---------------------------------------------------
Holaaa minnaaaa~~
Yami Tsuki deeessuuuu
Wadu, wadu, Makoto mulai aktif ya bund awoakwoakwokak.
Hayoo... bingung kan (y/n) jadinya mau pilih siapa??
Kalo Yami sih semuanya. Kalo bisa semua kenapa harus satu wkwkwkwkwkwk
Sebenernya ini alurnya diluar cetak biru yang Yami buat (sebenernya udah keluar dr rencana sejak chap 5 sih wkwkwk) cuman yang ini tuh emang chap yg paling menyimpang.
Soalnya Yami pengen bikin (y/n) itu bingung harus pilih siapa.
Yahhh pokonyaa kalo mau tau jawabannya ikutin terus yaaa...
Oke sekian dulu dari Yamiii...
Sampai jumpa di chap selanjutnya yaaa
Bye bye reader channnn
\(^o^)/
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro