
Chapter 10
"Rin-kun?!" ucap (y/n) dengan wajah terkejut.
Mata Rin tiba-tiba menjadi berkaca-kaca. Ia tidak menyangka bisa bertemu dengan (y/n) disini.
Dengan cepat, ia langsung menarik kepala (y/n) kearah dadanya dan langsung memeluknya.
"Kau pergi kemana saja? Aku sangat merindukanmu,....(y/n)-chan." ucap Rin.
(Y/n) hanya terdiam di pelukkan Rin.
"Lepaskan!" teriak (y/n) sambil mendorong tubuh Rin agar menjauh darinya. Sontak, Rin pun melepaskan pelukannya.
"(Y/n)...-chan., kau masih marah rupanya. Kumohon, maafkan aku"
(Y/n) hanya menunduk sambil mengepalkan kedua tangannya. Wajahnya menunjukkan rasa kesal.
Seketika ia mengingat kembali waktu yang sudah ia lewati bersama Rin.
***
(Flashback...)
Ini adalah hari pertama Nakajima (y/n) menjadi seorang siswa SMA. Sekarang ia bersekolah di SMA Samezuka.
(Y/n) berjalan memasuki kelas barunya. Karena ia sangat pemalu, ia langsung memilih untuk duduk di bangku paling belakang.
Tak lama kemudian, seorang laki-laki bersurai maroon berjalan memasuki kelas.
Wajahnya yang tampan membuat semua murid perempuan terpesona.
"Siapa dia?"
"Wah! Tampan sekali!"
"Kudengar dia baru pulang dari Australia, loh!"
"Sudah tampan, pintar bahasa inggris pula"
"Dia juga sering juara lomba berenang juga!"
"Wah! Keren sekali!"
Laki-laki tersebut duduk tepat di samping bangku (y/n). Sejak masuk ke kelas, matanya langsung tertuju pada seorang gadis cantik. Ia adalah (y/n). Tetapi, (y/n) tidak begitu memperhatikannya karena ia terlalu sibuk membaca buku.
Setelah duduk di bangkunya, laki-laki itu terus menerus memandangi (y/n) sambil menopang dagunya.
(Y/n) merasa sedikit risih dengan perlakuan laki-laki tersebut. Namun ia mencoba untuk mengabaikannya.
"Kau sedang membaca buku apa?" tanya laki-laki tersebut yang sedari tadi penasaran dengan apa yang sedang dibaca (y/n).
(Y/n) yang jarang sekali berbicara dengan orang lain langsung menjadi kikuk sendiri. Ia menutup sebagian wajahnya dengan buku yang sedang ia baca.
"Ah...I...ini...T...The Little Mermaid"
"Hee... Kau suka sekali dengan buku, ya?"
(Y/n) hanya mengangguk. Ia benar-benar merasa sangat malu.
"Siapa namamu?"
"N...Nakajima (y/n)"
"Nama yang indah. Perkenalkan, aku Matsuoka Rin. Yoroshiku na" ucap laki-laki itu sambil tersenyum. Ternyata laki-laki tersebut bernama Rin.
"A..arigatou. Y...yoroshiku onegaishimasu" ucap (y/n) sambil membungkuk kearah Rin. Saat itu, (y/n) benar-benar orang yang sangat kaku dan tidak bisa bergaul dengan baik.
Rin pun tertawa kecil.
"Kau tidak perlu se-formal itu kepadaku, Nakajima-san. Panggil saja aku Rin. Boleh kupanggil nama depanmu?"
(Y/n) hanya mengangguk, membolehkan permintaan Rin tersebut.
"Wakatta. Arigatou ne, (y/n)-san" ucap Rin.
(Y/n) hanya mengangggukkan kepalanya.
***
Bel istirahat pun berbunyi. (Y/n) membawa kotak bekal makan siangnya ke lantai atap sekolah. Ia terbiasa makan sendirian disana.
(Y/n) langsung duduk di lantai sambil bersandar di sebuah tembok dan mulai memakan bekalnya.
"Kau selalu makan siang disini rupanya" tiba-tiba Rin sudah berdiri disampingnya. Ternyata dari tadi ia mengikuti (y/n) dari belakang.
(Y/n) benar-benar terkejut.
"R...Rin..-san?"
"Maaf. Aku mengejutkanmu, ya? Habisnya, aku penasaran kau pergi kemana tadi. Boleh aku duduk di sebelahmu?" tanya Rin sambil menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya.
"U...um" ucap (y/n) sambil mengangguk.
Rin pun duduk di sebelah (y/n). Lalu ia langsung memakan bekal makan siangnya. Begitu pula dengan (y/n).
Rin melirik kearah (y/n) yang makan sambil merasa kikuk. Sampai-sampai ada sebutir nasi tertinggal di pinggir mulutnya. Hal tersebut membuat Rin tertawa kecil.
"Kau ini. Lihat, ada nasi tertinggal di mulutmu" ucap Rin sambil mengusap bagian pinggir mulut (y/n) untuk mengambil sebutir nasi tersebut.
Seketika, wajah (y/n) mendadak menjadi sangat memerah. Tubuhnya pun tidak bisa digerakan sama sekali. Ia benar-benar merasa sangat malu.
Perilaku lucu (y/n) tersebut membuat Rin tertawa sendiri. Menurutnya, perilaku (y/n) tersebut sangat imut.
"Kau ini pemalu sekali, ya"
(Y/n) hanya terdiam.
"Eh? Gomen. Apa kau marah padaku?" tanya Rin. Ia khawatir (y/n) akan marah karena perbuatannya tadi.
(Y/n) menggelengkan kepalanya.
"T...tidak, kok. A...aku senang ada yang mau berbicara denganku"
Rin menatap (y/n) dengan tatapan bingung.
"E...eh? Etto, Bu..bukan maksudku untuk memaksamu jadi te...temanku. M...maaf, sepertinya aku hanya ke-pede-an saja, ya"
"Tidak. Itu benar, kok. Aku memang mau jadi temanmu"
(Y/n) terkejut dengan perkataan Rin.
"Eh? A...arigatou" ucap (y/n) sambil tersenyum.
"Memangnya kau sama sekali tidak punya teman, ya?"
(Y/n) menggelengkan kepalanya.
"A..aku terlalu pemalu. J...jadi semua orang yang ingin mendekatiku menganggapku orang yang aneh"
"Kurasa tidak begitu. Seharusnya kau lebih percaya diri lagi, agar kau memiliki banyak teman, (y/n)-san.
"K...kau benar, Rin-san"
"Tidak usah khawatir. Aku akan selalu menemanimu, kok. Jadi kau tidak akan merasa kesepian lagi" ucap Rin sambil mengelus-elus kepala (y/n).
Tanpa (y/n) sadari, ia tiba-tiba tersenyum manis. Entah mengapa ia merasa sangat nyaman saat tangan Rin menyentuh rambutnya dengan lembut.
Senyuman manis milik (y/n) tersebut membuat Rin tak bisa berhenti menatapnya.
Ah! Sial! Dia cantik sekali!, gumam Rin sambil tersenyum. Ia pun mengangkat tangannya dari kepala (y/n).
Karena Rin terus-terusan menatap (y/n), ia jadi malu sendiri.
"Ah...Etto...A...ada apa, Rin-san? A..apa di wajahku ada sesuatu?" tanya (y/n). Ia mengira bahwa di wajahnya ada sesuatu yang aneh.
"Iya. Ada"
"Eh? B...benarkah? Di mana? Apa itu?" tanya (y/n) sedikit panik sambil menyentuh-nyentuh wajahnya.
"Kau cantik, (y/n)-san" ucap Rin santai sambil tersenyum tipis.
Suasana pun menjadi hening.
Wajah (y/n) mendadak menjadi semerah tomat. Jantungnya pun berdegup sangat kencang.
"E...eh?!"
Tak lama kemudian, Rin pun tertawa terbahak-bahak.
"Kau lucu sekali. Mudah sekali tersipu malu"
"G...gomenasai" ucap (y/n).
"Eh? Kenapa meminta maaf? Seharusnya aku yang minta maaf. Gomen na, (y/n)-san. Aku hanya bercanda, kok" ucap Rin sambil menunjukkan gigi hiu nya.
"T..tidak apa-apa" ucap (y/n) sambil menunduk malu.
***
Saat pulang sekolah, Rin mengajak (y/n) untuk pulang bersamanya.
"(Y/n)-san. Ayo, kita pulang bareng!"
"U...um" ucap (y/n) sambil berdiri.
Tiba-tiba Rin mengulurkan tangannya kepada (y/n). Rupanya ia ingin bergandengan tangan dengan (y/n).
(Y/n) merasa malu-malu untuk menerima tawaran Rin tersebut. Namun ia merasa tidak enak kepada Rin sehingga ia terpaksa memberikan tangannya.
Tangan Rin menggenggam erat tangan mungil (y/n). Mereka pun berjalan menuju gerbang sekolah.
Rin bisa merasakan betapa lembutnya tangan (y/n). Rasanya ia tidak ingin melepaskan genggamannya dari tangan (y/n).
Begitu pula dengan (y/n), tangan Rin memberi kehangatan tersendiri bagi dirinya.
***
Keesokan harinya, (y/n) dan Rin berencana akan berangkat ke sekolah bersama-sama.
Rin terlebih dahulu sampai di stasiun kereta. Ia sedang menunggu (y/n) yang tak kunjung datang.
"(Y/n) kenapa lama sekali, ya? Padahal sebentar lagi kereta akan segera berangkat" ucap Rin sambil berjalan bolak-balik dan terus menerus memandangi jam tangannya.
Tak lama kemudian, kereta pun datang.
Orang-orang berkerumun, berebut untuk segera masuk ke dalam kereta.
Rin menjadi kesulitan mencari keberadaan (y/n). Tubuhnya terdorong oleh sekumpulan orang-orang sibuk yang ingin masuk ke kereta.
"Rin-san!!!" teriak (y/n) dari kejauhan. Ia berusaha menerobos kerumunan tersebut.
Setelah mendengar (y/n) memanggil namanya, Rin berusaha mencari keberadaan (y/n) di tengah kerumunan tersebut. Namun tak kunjung ia temukan.
"(Y/n)! Kau dimana?!" teriak Rin.
Setelah Rin masuk ke dalam kereta, ia melihat tubuh kecil (y/n) yang terjepit oleh sekumpulan orang-orang. (Y/n) nyaris tidak bisa masuk ke dalan kereta.
Spontan, Rin langsung mengulurkan tangannya kearah (y/n).
"(Y/n)! Pegang tanganku!"
(Y/n) menerima uluran tangan Rin tersebut. Dengan cepat, Rin langsung menarik tangannya sehingga tubuh (y/n) menabrak tubuh Rin.
Karena banyaknya orang di dalam kereta, (y/n) tidak bisa pindah kemanapun. Ia berada sangat dekat dengan Rin. Jantungnya berdegup sangat kencang.
"Yokatta. Masih sempat. Kenapa kau lama sekali, (y/n)-san?!" tanya Rin sambil melirik kearah (y/n). Sebelah tangannya menggenggam pegangan kereta yang menggantung di atasnya.
"G...gomen. Aku terlalu lama memasak tadi" jawab (y/n) sambil menunduk. Ia terlalu malu untuk memandang wajah Rin.
Tiba-tiba kereta sedikit berguncang. Mengakibatkan (y/n) hampir terjatuh kebelakang. Untungnya, secara spontan tangan Rin langsung meraih bagian belakang kepala (y/n) dan menariknya ke dadanya.
"Hati-hati. Pegangan saja padaku. Tidak usah malu. Kalau tidak nanti kau bisa terjatuh" ucap Rin sambil tetap memeluk (y/n) dengan sebelah tangannya.
Tubuh (y/n) seketika mematung. Rasanya jantungnya akan meledak. Ia bisa merasakan otot dada Rin yang menempel di wajahnya. Ia juga bisa mendengar dengan jelas suara detak jantung Rin.
A...apa yang harus kulakukkan? I...ini benar-benar memalukan!, gumam (y/n).
Disisi lain, Rin bisa mencium aroma wangi dari rambut (y/n) yang berada tepat di bawah wajahnya.
Jadi begini wangi (y/n). Enak sekali baunya, gumam Rin sambil sedikit tertawa. Ia benar-benar senang karena memiliki kesempatan untuk memeluk (y/n).
Sejak saat itulah, (y/n) tidak pernah sendirian. Kemana pun ia pergi, Rin selalu berada di sisinya. Semakin hari, mereka semakin dekat satu sama lain.
***
Setelah beberapa minggu berlalu,
(Y/n) sedang asik membaca buku di bangkunya. Sampai-sampai mengabaikan Rin yang duduk disamping bangkunya.
Rin yang penasaran dengan isi buku tersebut mendekati (y/n). Lalu ia berdiri tepat dibelakang (y/n) sambil membungkukkan tubuhnya agar ia dapat melihat buku itu dengan jelas. Sehingga membuat wajah Rin dan (y/n) saling bersentuhan.
"Kelihatannya seru sekali. Buku tentang apa, sih? Sampai-sampai kau mengabaikan aku seperti itu" tanya Rin sambil membaca seklias isi buku tersebut.
Jantung (y/n) tiba-tiba berdegup sangat kencang. Ia dapat merasakan pipinya yang terasa panas.
D...dekat! Terlalu dekat!, gumam (y/n).
(Y/n) pun menolehkan wajahnya ke arah lain agar wajahnya tidak terlalu dekat dengan Rin.
"Eh? Ada apa?"
Karena terlalu malu, (Y/n) tidak menjawab pertanyaan Rin tersebut.
Kenapa dia bisa setenang itu? Tadi itu sangat memalukkan!, pikir (y/n) dalam hati.
Tiba-tiba, Rin mengambil buku yang sedang (y/n) baca sambil mengangkatnya tinggi-tinggi dengan sebelah tangannya. Rupanya ia ingin menjahili (y/n).
"A...apa yang kau lakukan? K...kumohon kembalikan!" seru (y/n) yang mencoba meraih bukunya namun gagal karena kalah tinggi dari Rin.
"Tidak akan. Suruh siapa kau mengabaikan aku seperti itu! Kalau kau mau lanjut baca, coba saja sambil!" seru Rin sambil menunjukan gigi hiunya. Lalu ia langsung berlari ke luar kelas.
"T..tunggu, Rin-san!" seru (y/n) sambil mengejar Rin.
Disisi lain, para penggemar Rin yang melihat pemandangan tersebut merasa risih dan kesal karena Rin selalu bersama (y/n). Mengingat, Rin memiliki cukup banyak penggemar wanita di SMA Samezuka.
Mereka berdua berlarian di lorong. Tentu saja hal tersebut menjadi pusat perhatian siswa-siswa lain. Mata semua orang tertuju pada mereka berdua.
(Y/n) berlari semakin dekat dengan Rin. Karena lantai lorong yang licin, tiba-tiba ia terpeleset. Ia pun terjatuh tepat di atas tubuh Rin yang sedang terlentang.
(Y/n) memejamkan matanya karena menahan rasa sakit.
"Aduh!" rintih Rin yang merasa kesakitan.
(Y/n) terkejut karena ia bisa mendengar suara Rin dengan sangat jelas dari dekat. Saat ia membuka matanya perlahan, betapa terkejutnya ia karena wajah Rin berada tepat di depan wajahnya.
Rin pun membuka matanya. Matanya berbinar melihat wajah cantik (y/n) dari jarak yang sangat dekat.
Selama beberapa detik, mereka berdua tidak melakukan gerakan sedikitpun. Mata mereka saling menatap satu sama lain.
Setelah sadar dengan apa yang baru saja terjadi, wajah (y/n) mendadak menjadi semerah tomat. Jantungnya berdetak semakin kencang. Spontan, ia langsung menyingkir dari tubuh Rin dan langsung duduk di lantai.
"M...ma...maafkan...a...aku" ucap (y/n) sambil membungkuk. Wajahnya masih sangat merah.
Tak lama, Rin pun duduk tepat di depan (y/n). Ia langsung mengangkat wajah (y/n) yang sedang menunduk dengan kedua tangannya. Mata mereka berdua pun lagi-lagi saling menatap satu sama lain.
"Kau tidak apa-apa, kan?" tanya Rin yang khawatir terhadap keadaan (y/n). Ia takut (y/n) terluka karena ulahnya.
(Y/n) hanya menganggukkan kepalanya.
"Yokatta" ucap Rin sambil menghela nafas lega. Ia pun melepaskan genggamannya dari wajah (y/n),
"R...Rin-san, tidak terluka, kan?"
"Tidak, kok" balas Rin sambil tersenyum.
Lalu ia langsung memberikan buku milik (y/n) yang tadi sempat ia rebut.
"Ini. Maaf karena sudah menjahilimu" ucap Rin.
"Tidak apa-apa, kok" ucap (y/n) sambil menerima buku yang diserahkan Rin kepadanya.
Suasana pun hening sejenak,
"Nee, (y/n). Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu" ucap Rin sambil menunduk.
"He? Apa itu, Rin-san?" tanya (y/n) sambil melirik kearah Rin.
Tiba-tiba bel masuk pun berbunyi.
Rin pun berdiri. Lalu ia langsung mengulurkan tangannya kepada (y/n).
"Lain kali saja, deh. Ayo, sekarang kita ke kelas"
"Um" balas (y/n) sambil menerima uluran tangan Rin.
Rin pun membantunya berdiri. Lalu mereka berdua langsung pergi ke kelas mereka.
Kedekatan mereka berdua menjadi desas desus di sekolah. Rin yang terkenal memiliki banyak sekali penggemar wanita sedang dekat dengan seorang gadis, yaitu (y/n). Setiap mereka berdua lewat, semua orang pasti melirik kearah mereka. Mereka berdua menjadi pusat perhatian di SMA Samezuka. Saat ini mereka menjadi topik hangat di sekolah bahkan mereka berdua dianggap sebagai sepasang kekasih.
***
Beberapa hari kemudian,
(Y/n) sedang berjalan di lorong kelas sambil membawa beberapa buah buku. Salah satu guru (y/n) menyuruhnya untuk membawa buku-buku tersebut ke perpustakaan. Rin tidak ikut bersamanya karena ia sedang pergi ke salah satu kelas senior untuk mendaftarkan dirinya ke klub renang Samezuka.
Tiba-tiba, (y/n) dihalangi oleh tiga siswa perempuan yang sekelas dengannya.
"Hei! Mau kemana kau?" tanya seorang gadis kepada (y/n) sambil menyilangkan tangannya.
"A...aku mau pergi ke perpustakaan. A...ada perlu apa, ya?"
Salah satu gadis tersebut tiba-tiba menampar pipi (y/n) dengan cukup keras hingga buku yang sedang ia pegang terjatuh ke lantai. (Y/n) pun merintih kesakitan sambil terus memegangi pipinya dengan sebelah tangannya.
"Jangan pura-pura tidak tahu, dasar wanita jalang!"
"Iya! Kami sudah muak dengan sikap sok cantikmu itu"
"Eh?" tanya (y/n) yang kebingungan dengan perkataan gadis tersebut.
"Mulai sekarang jangan dekati Rin lagi! Aku tidak akan membiarkanmu menggodanya lebih jauh lagi! Mengerti kau?! seru salah satu gadis sambil memasang wajah yang menyeramkan.
(Y/n) berusaha menahan tangisannya. Ia benar-benar bingung sekaligus ketakutan hingga seluruh tubuhnya gemetaran.
"Oi!" teriak seorang laki-laki dari kejauhan.
Ketiga gadis tersebut pun berbalik. Dan, betapa terkejutnya mereka. Ternyata laki-laki tersebut adalah Rin dan seorang temannya yang bersurai hitam dan bertubuh lebih besar daripada Rin. Mereka berdua langsung berjalan mendekati ketiga gadis tersebut.
"Apa yang kalian lakukan pada (y/n)?" tanya Rin dengan tatapan kesal.
Ketiga gadis tersebut menjadi kikuk sendiri. Lalu salah satu dari mereka memegang kedua bahu (y/n) dari belakang.
"Ah! Rin-kun! Tidak ada, kok. Hanya obrolan para gadis. Iya, kan, (y/n)-chan?!" ucapnya sambil memberi tatapan intimidasi pada (y/n).
(Y/n) yang ketakutan terpaksa berbohong dengan menganggukkan kepalanya.
Namun, Rin bisa melihat dengan jelas sebelah pipi (y/n) yang memerah akibat ditampar oleh salah satu dari mereka. Hal itu membuat Rin sangat marah.
Dengan cepat, Rin pun mendekat kearah gadis tersebut dan berniat untuk menampar wajahnya.
Gadis itu hanya memejamkan matanya karena ketakutan.
"Jangan, Rin!" ucap seorang laki-laki bersurai hitam sambil menahan tangan Rin.
"Lepaskan, Sousuke! Dia sudah menyakiti (y/n)!"
"Tidak! Aku tidak mungkin menyakiti (y/n)-chan. Kami ini teman baik!" seru salah satu gadis tersebut. Ia berusaha membuat alibi agar Rin percaya padanya.
"Diam! Kalau kalian berani macam-macam lagi, kami tidak akan segan-segan menyakiti kalian, paham?!" seru lelaki bersurai hitam tersebut yang ternyata bernama Sousuke.
"Cih!"
Ketiga gadis tersebut merasa sangat kesal lalu mereka pergi begitu saja.
"Apa yang kau lakukan, Sousuke?!" seru Rin.
"Apa kau mau masalah ini akan semakin rumit nantinya? Biasakanlah untuk meyelesaikan masalah dengan kepala dingin, Rin" ucap Sousuke. Lalu ia memandang wajah (y/n) yang berusaha menahan tangisannya. Sejujurnya, Sousuke merasa kasihan kepada (y/n).
Rin langsung mendekat kearah (y/n) lalu ia langsung memegangi wajah (y/n). Hal itu membuat (y/n) merasa lebih tenang.
"(Y/n), kau tidak apa-apa?" tanya Rin dengan wajah khawatir.
"Um" ucap (y/n) sambil berusaha tersenyum. Namun air matanya tidak bisa berbohong.
Rin langsung mengelap air mata (y/n) dengan jarinya.
"Jangan berbohong. Tadi kau ditampar oleh mereka, bukan? Apa masih sakit?"
"T...tidak, kok" ucap (y/n). Sejujurnya saat ini ia masih menahan rasa sakit pada sebelah pipinya.
Air mata (y/n) semakin membasahi pipinya. Ia sudah tidak bisa lagi menahan tangisannya. Tubuhnya masih gemetaran. Ia benar-benar merasa ketakutan.
Spontan, Rin langsung memeluknya erat.
"Maaf. Seharusnya aku tidak meninggalkanmu sendirian. Maafkan aku" ucap Rin sedikit berbisik.
"Sore jya, aku akan kembali ke kelasku. Mata ne, Rin" pamit Sousuke sambil berjalan pergi meninggalkan mereka berdua dan mengangkat sebelah tangannya. Ia tidak ingin merusak momen mereka berdua.
"Um. Mata ne" balas Rin singkat sambil tetap memeluk (y/n).
Sousuke pun berjalan menuju kelasnya, meninggalkan (y/n) dan Rin berdua.
(Y/n) akhirnya berhenti menangis. Pelukkan Rin yang hangat lah yang membuat tangisannya berhenti. Ia benar-benar merasa nyaman berada di dalam dekapan Rin.
"Sudah baikan sekarang?" tanya Rin.
"Um. A...arigatou"
Rin pun melepaskan pelukannya dari (y/n). Ia memandangi sebelah pipi (y/n) yang memerah karena ditampar.
"Pipimu, apa masih sakit? Mau pergi ke UKS?"
(Y/n) hanya menggelengkan kepalanya sambil menunduk. Sebenarnya pipinya masih terasa sakit, hanya saja ia tidak ingin membuat Rin khawatir.
Tiba-tiba, wajah Rin mendekat kearah pipi (y/n) dan langsung menciumnya.
"Bagaimana sekarang?" tanya Rin sambil menatap (y/n).
Tubuh (y/n) tiba-tiba mematung. Ia benar-benar shock karena Rin tiba-tiba mencium pipinya. Sekarang, bukan hanya sebelah pipinya yang memerah, tetapi seluruh wajahnya menjadi merah merona.
(Y/n) bingung harus menjawab apa. Tiba-tiba, ia teringat akan perkataan ketiga gadis tadi untuk tidak mendekati Rin lagi.
(Y/n) pun langsung mengambil buku-buku yang terjatuh di lantai tadi.
Spontan, Rin ikut membantunya mengambil buku-buku tersebut.
"T...tidak apa-apa, Rin-san. Aku bisa mengambilnya sendiri" ucap (y/n).
"Tidak. Aku tidak akan membiarkanmu pergi sendirian lagi. Buku-buku ini diantar ke perpustakaan, kan?"
"U...um"
Mereka pun pergi menuju perpustakaan.
***
"Permisi. Kami diminta untuk mengantar buku-buku ini" ucap Rin sambil membawa beberapa buah buku. Begitu pula dengan (y/n).
"Oh, buku ini. Sumimasen. Karena aku sedang sibuk sekarang, bisakah kalian meletakan buku-buku ini ke rak sempit di sebelah sana?" ucap penjaga perpustakaan yang kelihatannya sedang sibuk dengan beberapa dokumen penting.
"Baiklah. Ayo, (y/n)" ajak Rin.
(Y/n) hanya menganggukkan kepalanya lalu ia berjalan mengikuti Rin dari belakang.
Setelah sampai, mereka langsung meletakkan buku-buku tersebut ke dalam rak.
Perkataan ketiga gadis tadi membuat (y/n) terus memikirkannya. Ia pun memberanikan dirinya untuk bertanya kepada Rin.
"A...ano"
"Hm? Ada apa, (y/n)?" tanya Rin sambil menoleh kearah (y/n) yang berdiri tepat di sampingnya.
"M...maafkan aku kalau perkataanku ini menyinggungmu. A...aku hanya ingin bertanya satu hal padamu" ucap (y/n) sambil menunduk.
"Katakan saja, tidak perlu sungkan padaku"
"Maaf, a...apakah aku, terkesan menggodamu, Rin-san?" tanya (y/n) dengan tatapan sedih.
Rin terkejut dengan pertanyaan (y/n) tersebut.
"K...kalau iya. Aku minta maaf. A...aku tidak bermaksud begitu. Maafkan aku" lanjut (y/n).
Tiba-tiba, Rin mendorong tubuh (y/n) kearah tembok. Sebelah tangannya mendorong tembok untuk menahan berat tubuhnya. Wajah mereka sangat dekat satu sama lain. Hingga (y/n) bisa merasakan nafas Rin yang berhembus di wajahnya.
"Tidak perlu kau goda pun aku sudah menyukaimu, (y/n)" ucap Rin sambil berbisik.
"E...eh?" tanya (y/n) sambil menatap mata Rin. Jantungnya berdegup sangat kencang. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan Rin.
"Sejujurnya, asalkan itu kau, aku tidak akan keberatan kalau kau menggodaku" ucap Rin.
"R...Rin-san?"
Rin pun memegang pipi (y/n) dengan sebelah tangannya.
"Sebenarnya, sejak pertama kali kita bertemu,.... Aku..., sudah mencintaimu, (y/n)" bisik Rin.
Entah mengapa, mata (y/n) tiba-tiba berkaca-kaca. Ia benar-benar terharu sekaligus tidak percaya karena selama ini Rin menyukainya.
Tak lama, Rin langsung memejamkan matanya dan semakin mendekatkan bibirnya ke bibir (y/n).
Spontan, (y/n) ikut memejamkan matanya.
Lalu mereka berdua pun berciuman. Itu adalah ciuman pertama antara (y/n) dan Rin. Suasana perpustakaan yang saat itu sedang sepi sangat mendukung momen tersebut.
Setelah beberapa saat, Rin melepaskan ciumannya dari bibir (y/n).
"Mulai sekarang panggil saja aku Rin-kun. Karena mulai detik ini kita adalah sepasang kekasih, kau mau kan?"
(Y/n) benar-benar terkejut dengan tawaran Rin tersebut. Karena ia juga menyukai Rin, tanpa pikir panjang lagi, ia langsung menerima Rin untuk menjadi pacarnya.
"Um. Tentu aku mau, Rin-kun" balas (y/n) sambil tersenyum tulus. Itu pertama kalinya Rin melihat (y/n) yang tersenyum berbeda dari biasanya. Hal tersebut membuat Rin semakin mencintai (y/n).
~Bersambung
---------------------------------------------------
Uppuppuppu~~
Minna sannn,
Yami disiniiiii...
Aduhh, beneran deh update-an kali ini bikin Yami jadi baper ke Rin. Padahal ini ff bikinan Yami sendiri. Menghadehhh... hampir oleng kan jadinyaa (つд⊂)エーン
Yang Yami suka dari Rin selain gantengnya pastinya, yaitu........
Ketec-nyaaaa
AWOAKWOAKWOK
Gatau kenapa jadi keinget ketec-nya Sukuna. Aduhh... jadi ketahuan kan keanehan Yami m(_ _;)m
Tapi, Yami berusaha keras untuk tetap setia ke husbu Yami yaitu.........
.....
Eitsss.... rahasia dongg. Soalnya husbu Yami yang ntar bakal menangin hati (y/n). Uwuuuu....
Masih rencana sihhh, siapa tau ntar berubah wowkwowkwok. Bisa jadi yg bukan husbu Yami yg menang. Barangkali Yami oleng kan bisa aja awoakwoak.
Penasaran kann? Makanyaa. Ikutin terus yaa...
Oiya, mulai chap 10, setiap update Yami bakal announce di profil Yami.
Sekian dulu deh dari Yami buat kali ini.
Pesan dari Yami tetep jaga kesehatan, yaa.
Makasih yang sampe saat ini dukung Yami❤(ӦvӦ。)
See you in the next chapter, reader-channnn
ppuppuppu~~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro