Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(1) Alfanata

Malam yang tidak terlalu cerah. Hanya ada beberapa bintang di langit yang mulai menghitam tertutup awan mendung. Hembusan kecil angin malam yang mampu menusuk tulang, tak mengusik Nata yang sedang memainkan gitar di balkon kamarnya.

Jemarinya dengan lihai memetik senar gitar sehingga menghasilkan nada yang random namun tetap terdengar merdu. Entah apa yang ia pikirkan? Pandangannya menerawang jauh.

"Alfanata!"

Nata yang tersentak menghentikan petikannya dan menoleh, melihat siapa yang mengagetkannya.

"Gue panggil dari tadi nggak nyaut-nyaut. Nglamunin apaan sih?" tanya Aliva Reinata - kakaknya. Ia melangkah mendekati Nata.

Kakak yang hanya beda dua tahun di atasnya. Yang sekarang sedang magang di perusahaan ayahnya.

"Nggak ada." Nata kembali memainkan gitarnya "lain kali kalau mau masuk kamar orang ketuk pintu dulu."

"Eh, gue udah ketuk berkali-kali, udah gue panggil juga, lo masih asyik sama gitar lo itu." seru Aliva tak terima.

"Nih," Aliva menyodorkan papper bag yang dari tadi ia bawa, "titipan dari Maura."

Nata menaikkan alisnya bingung.

"Udah terima aja sih."

Dengan terpaksa Nata menerimanya "Lain kali jangan mau dititipin barang-barang kayak gini lagi."

"Lagian kenapa sih lo nggak suka sama Maura? Padahal jelas-jelas lo tahu kalau dia suka sama lo."

"Siapa bilang gue nggak suka?"

"Jadi lo juga suka sama Maura?" sahut Aliva dengan semangat.

"Kalau gue nggak suka, nggak mungkin gue mau temenan sama dia dari kecil."

Aliva menatap Nata sebal "Bukan kayak gitu maksud gue. doNAT."

Nata mendelik sebal karena panggilan laknat dari kakaknya itu. Dipikir dia bulat terus bolong tengahnya gitu? Enak saja, makhluk setampan ini di panggil donat.

"Maksud gue itu suka dalam artian cinta. Lo sama dia udah kenal dari kecil, Maura juga cantik."

"Emang kenal lama sama cantik bisa menjamin bikin jatuh cinta?" Nata menghentikan permainan gitarnya dan menoleh ke arah kakaknya "Lagian lo jomblo, nggak usah ngomongin cinta."

Aliva mendelik tajam

"Lo kalau nggak cinta ya udah, nggak usah ngledek gue juga kali." Dengan sebal Aliva berjalan keluar dari kamar adiknya itu.

"Donat, cepetan turun ditunggu mama papa makan malam." triak Aliva dari luar kamar.

Nata hanya tersenyum tipis. Cinta? batin Nata. Bahkan ia tidak tahu bagaimana rasanya jatuh cinta.

Apa rasanya senyaman saat memainkan kamera? Atau sebahagia saat memamerkan hasil fotonya di galeri dan menarik banyak orang untuk melihatnya? Ah, entahlah. Biar waktu yang menjawab. Sampai ia di pertemukan dengan seseorang yang akan menyita seluruh pikirannya.

****

"Nat, gimana hari terakhir ujian semester?" tanya Arya Reinando - ayahnya.

Arya selalu tahu jadwal kuliah anaknya. Dan hari ini adalah hari terakhir Ujian Akhir Semester Nata. Nilai-nilai Nata juga tidak pernah mengecewakan.

"Lancar Pa. Tinggal besok ke kampus buat ngumpulin tugas akhir." jawab Nata sambil meletakkan kamera yang sedari tadi ia pegang di atas meja.

Saat ini mereka sedang duduk di sofa ruang keluarga.

Arya mengangguk paham.

"Gimana sama rencana pameran fotografi kamu?" Arya mengambil kamera Nata. "wah, hasil jepretan kamu semakin amazing." ucap Arya tanpa mengalihkan pandangan dari hasil foto-foto Nata yang ada di kamera.

Nata memang berencana untuk mengadakan pameran seni fotografi di galeri miliknya. Ia akan menggunakan tema yang berbeda dari tahun lalu. Dan ia juga akan menggunakan waktu liburan semesternya untuk hunting foto.

"Nata bakal ngadain pamerannya bulan depan, Pa."

Arya menoleh kearah anaknya dengan pandangan bertanya "Emangnya kamu sudah menentukan tema pameran kamu?"

"Nanti Nata pikirin sambil jalan aja. Soalnya Nata juga rencananya mau hunting foto dulu."

"Oke." Arya mengganguk paham sambil meletakkan kamera Nata ke atas meja.

"Hmm, Pa," Nata mengubah duduknya menjadi serong menghadap ayahnya yang duduk disampingnya, "Nata boleh pinjem vila Papa yang ada di Bogor nggak?" tanya Nata dengan nada ragu.

Arya menatap Nata dengan alis terangkat.

"Jadi Nata mau hunting foto di daerah Bogor dan rencananya mau nginap di vila Papa, sama temen-temen Nata."

Melihat Arya yang tak kunjung menjawab dan memandangnya dengan datar, membuat Nata takut. Pasalnya vila itu adalah kado pernikahan buat mamanya.

"Gi-gimana, Pa?" tanya Nata terbata dengan wajah memelas.

"Ya tentu boleh dong, Nat," jawab Arya sambil tertawa, "nggak usah kayak gitu muka kamu. Nggak cocok."

Jawaban itu seketika menerbitkan senyum Nata "Beneran, Pa?"

"hmm. Kamu kenapa harus nanya segala, hah?" Arya merasa gemas dengan putranya, "kamu boleh menginap disana sesuka kamu."

"Makasih, Pa."

"Kapan kamu berangkat? Biar Papa kabarin Mang Hasan untuk menyiapkan segalanya disana."

"Lusa Nata berangkat, Pa."

"Oke. Have fun Boy." Arya mengacak rambut putranya. "Papa ke kamar dulu. Kamu jangan tidur terlalu malam!"

"Oke, Pa."

Ah, Nata tidak sabar untuk berburu objek foto. Liburannya kali ini pasti akan menyenangkan.

****


Hola mi amor ...

Aduh Nat, mungkin maksud kak Aliva kamu itu manis kayak donat yang di tabur meses. 😄

Okelah, segitu aja buat doNat lover jangan lupa vot dan komen ya...

Sampai jumpa di part selanjutnya...

Buay bay...

Salam Author

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro