Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 12. MATEO

"Maafkan Aro, Mateo," bujuk Alrico. "Ia mungkin terlalu emosi karena cemburu."

"Alrico benar, Mateo. Kita tahu bagaimana sifat Aldevaro. Kau tak bisa menyalahkannya," ujar alpha bermata biru.

"Aku rasa Aldevaro perlu diberitahu bahwa tindakannya terlalu terburu-buru. Luzia terlihat sekali belum siap." Kali ini ucapan bijak itu berasal dari Keana.

"Ia seharusnya tak bertindak gegabah. Bukankah tujuan menghilangkan sihir gadis itu untuk sementara adalah agar memberi kesempatan mereka agar saling mengenal tanpa menyerang?" lanjutnya lagi.

"Aku sependapat dengan Keana," sahut si Alpha Pirang.

"Bagiku tak masalah, Ravantino. Melihat Aro cemburu dan dihukum, itu sangat menyenangkan." Seorang alpha berambut gelap acak-acakan tertawa seakan hal itu sesuatu yang menggelikan.

"Jangan menambah panas situasi, Javiero!" tegur Alrico.

Aku memilih diam duduk di sudut ruangan, menyaksikan para alpha bereaksi terhadap tindakan si penyihir tua. Ada kecemasan memikirkan apa yang terjadi pada Dorran di sel penghukuman bersama si Alpha Gila.

Keberanianku untuk mendebat si penyihir tua hilang sejak melihat ia mampu mengendalikan serangan sihir Dorran dan juga Aro. Hanya penyihir tingkat tinggi yang mampu melakukan itu.

Tak heran jika dia bisa membantu si Alpha Gila melemahkan kekuatan sihirku. Namun, ada sedikit kemarahan pula, mengingat ia telah mengkhianati sesama penyihir.

"Biarkan Aldevaro dan Dorran menyelesaikan masalah mereka dulu sementara di sel. Kita diburu waktu. Aku kuatir para oscuro tak mau menunggu lebih lama untuk mendapatkan Luzia," ucap Mateo gundah.

Aku tak tahan lagi. "Kalian bicara seakan aku tak berada di sini. Apa kalian tak berpikir pendapatku penting?"

"Apa kau sudah menjadi bagian dari kami?" sahut Javiero seraya menaikkan sebelah alis.

"Alpha Javiero, jangan bicara begitu pada calon Ketua Luna," sahut Keana.

Javiero mendengkus. "Ia harus tahu posisinya sebelum menyela pembicaraan kita."

"Caramu terlalu kasar, Javi," sahut Ravantino santai.

"Aku benci basa-basi, Ravantino. Kau tahu, beramah-tamah terhadap orang asing tidak ada di kamus kehidupanku, apa lagi terhadap orang yang sudah melukai manusia serigala."

"Aku hanya ingin kalian bertanya apa yang kuinginkan! Kalian tidak bisa begitu saja menentukan hidupku tanpa mengetahui apa yang aku rasakan!" balasku sengit.

Mataku bertemu dengan mata ungu Mateo. Untuk sejenak, aku terpaku dan berusaha mengendalikan nada suara. "Kenapa kau mengkhianati penyihir? Kau seorang tetua penyihir suci, bukankah kau seharusnya berada di pihak kami?"

Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutku tanpa sempat kucegah. Aku mencoba tak menghindari tatapan Mateo.

"Aku bukan lagi tetua penyihir suci sejak terjadi perburuan. Takdirku adalah bersama kumpulan manusia serigala Elorrio. Ini bukan soal pengkhianatan, melainkan sebuah pilihan," ujarnya pelan.

"Apakah itu karena uang?" Aku makin memberanikan diri menentang matanya kini. "Kau bisa melakukan segalanya demi kekayaan?"

"Jangan beranggapan begitu. Mateo tak serendah yang kau pikirkan," tegur Ravantino.

"Ia bahkan memilih tinggal di kediaman yang jauh dari kemewahan," imbuh Alrico sedikit kesal.

Aku menggigit bibir sebelum menunduk. "Maaf. Aku hanya heran kenapa kau begitu membantu mereka, tapi tidak pada diriku." Kudongakkan kepala kembali. "Aku keturunan manusia serigala dan juga penyihir. Tidakkah kau seharusnya melindungiku?"

"Aku melindungimu. Karena itu, aku berharap kau secepatnya diklaim oleh mate-mu, agar kau aman," jawab Mateo tenang.

Aku tertegun sejenak. "Aku bisa menjaga diriku sendiri jika saja kau tak menidurkan kekuatan sihirku."

"Kau tak bisa mengalahkan para oscuro hanya dengan kekuatan sihirmu yang masih tahap menengah, Luzia," balas Mateo lembut.

"Kau yakin mereka sehebat itu? Apa itu bukan alasanmu saja untuk membantu kepentingan pribadi Aro?" tudingku.

"Percayalah, jika kau tak diklaim secepatnya, bukan hanya kau yang akan dalam bahaya, tetapi juga para lucis, pack, dan manusia di dunia. Kau kunci terakhir untuk kekuatan para alpha terpilih." Mateo menghela napas sejenak. "Aldevaro dan kami membutuhkanmu."

Keningku berkerut. Mateo, Keana, dan para alpha memberiku tatapan serius, kecuali Javiero. Ia melengos ke arah lain.

"Ia keras kepala. Dia tak akan menerima," gumamnya cukup keras.

"Diamlah, Javi!" tegur Alrico.

"Kau harus percaya pada ucapan Mateo, Luzia. Memang tidak terdengar adil buatmu, tetapi itulah kenyataannya," ucap Keana. "Kami, para luna, juga melewati proses perdebatan sebelum memutuskan bergabung dan membantu."

"Ia keras kepala. Dia tak akan menerima."

"Javiero, diamlah dulu," tegur alpha bermata biru.

"Arlo, diskusi ini tak berguna! Ia keras kepala! Dia tak akan menerima! Aldevaro bodoh itu sudah salah langkah!" sahut Javiero sengit.

Terdengar ketukan tongkat tiga kali. Suasana seketika sunyi.

"Luzia, kau ingin kuperlihatkan sesuatu untuk meyakinkanmu?" tanya Mateo.

Aku menatapnya cukup lama sebelum mengangguk. Mateo memberi isyarat dengan tangan, menyuruhku melangkah untuk menghampirinya.

Para alpha dan Keana mundur perlahan saat aku mendekati Mateo. Jantungku berdebar, menanti apa yang akan si penyihir itu perlihatkan.

Ia mengulurkan tangan, memintaku melakukan hal yang sama. Dia meraih telapak tanganku tanpa kata.

Kedua tangannya kini ada di atas telapak tanganku yang terbuka ke atas. Ia memejamkan mata kemudian.

"Pejamkan matamu."

Aku memutuskan mengikuti perintahnya. Dalam sekejap, sebuah penglihatan muncul di antara kegelapan.

Bayangan begitu banyak vampir yang berjalan dan berlarian di siang hari, menggigit, merobek, serta mencabik setiap orang yang mereka temui, termasuk para manusia serigala. Jeritan menyayat terdengar memekakkan telinga di antara tawa-tawa yang membahana. Tanah berubah merah dengan tubuh-tubuh tanpa nyawa terkapar di mana-mana.

Kulihat diriku tengah berlari dari kejaran seseorang. Ia kemudian berhasil menangkap dan menggigitku tanpa ampun. Aku menjerit panjang, hingga akhirnya berhasil membuka mata.

Tubuhku menggigil seketika, sontak menurunkan kedua tangan. "A-apa ... i-tu?"

Mateo membuka mata perlahan, memandangiku tajam dengan ekspresi yang sangat serius. "Sesuatu yang akan terjadi, jika kau tak mau membantu kami mengubahnya."

***

Wajah Aldevaro terlihat cemberut, dikelilingi para alpha. Keana duduk di sampingku. Dorran berdiri sedikit menjauh di dekat jendela.

"Dorran, kau tak apa?" tanyaku lirih.

Setelah Mateo berbagi penglihatan tentang ramalan, aku seperti kehilangan tenaga. Otak dan hatiku terus memperdebatkan jawaban apa yang akan kuputuskan.

Sahabatku mengangguk pelan. Ia terus melirik ke arah Aldevaro dan Mateo.

"Aku bisa menangani mate-ku jika saja penyihir banci itu tak terus mengganggu!" sungut Aldevaro.

"Apakah hukuman dariku masih kurang?" tanya Mateo sambil terkekeh pelan.

"Mateo!"

"Aro, jaga nada suaramu terhadap Tetua," tegur Arlo pelan.

"Penyihir banci itu memulai serangan sihir lebih dulu! Aku harus diam saja menunggu serangannya, begitu?"

"Aturanku sudah jelas. Jangan sembarangan menggunakan sihir dariku untuk menyerang atau mencelakakan sesama saudara lucis atau orang lain tanpa alasan yang kuat dan jelas. Dorran adalah penyihir tahap menengah, bukanlah lawan seimbang, bahkan bukan musuh kalian."

"Omong kosong! Aku bisa mengalahkannya jika kau tak ikut campur!" bantah Dorran. "Aku pernah terpilih menjadi penyihir terbaik di Trasmoz!"

Aku cukup terkejut mendengar keberanian dan kenekatan sahabatku. Tak seperti biasanya, emosi lelaki itu terlihat begitu mudah terpancing.

"Ronde kedua? Berani?" celetuk Javiero sambil menyeringai ke arah Dorran.

"Javiero!" Alrico menatap kesal lelaki berambut acak-acakan itu.

Para alpha lain dan Keana ikut memandangi dengan ekspresi sebal ke arah Javiero. Aku dan Dorran pun melakukan hal sama.

Javiero mengibas-ngibaskan rambut dengan sikap masa bodoh. "Ah, kalian tak seru."

"Dorran, penghargaan itu hanya berlaku di Trasmoz, bukan di sini. Yang kalian pertarungkan juga bukan soal kekuatan sihir, melainkan pengetahuan tentang ramuan herbal dan kemampuan mempromosikan Trasmoz. Dunia kalian jauh lebih damai daripada apa yang ada di luar," ujar Mateo.

"Sebagai seorang yang pernah menghadapi salah satu vampir jenis baru, percayalah, kekuatanmu bahkan belum cukup untuk mengalahkan Aldevaro, apa lagi para oscuro.

"Jika aku tak ikut campur saat kalian bertarung tadi, kau akan tewas seketika, sementara Aldevaro hanya akan sedikit terluka di bagian kulit yang terbakar. Ia akan segera pulih dengan kemampuannya sebagai lucis, menyembuhkan diri sendiri lebih cepat daripada manusia serigala normal lainnya. Kau?" Mateo menggeleng-gelengkan kepala. "Kemampuan Aldevaro bahkan belum mencapai maksimal."

Aku bergidik menyadari hal itu. Mataku menangkap ekspresi tak percaya di wajah Dorran.

"Maksudmu, para lucis tak akan terpengaruh banyak dengan kekuatan mantra sihir kami?" tanyaku mencoba meyakinkan.

Mateo mengangguk. "Kau keturunan manusia serigala dan penyihir, Luzia. Tentu juga memiliki kemampuan menyembuhkan diri, tetapi tak secepat para lucis. Itu keistimewaan mereka dari manusia serigala biasa, ditambah lagi, mereka adalah para alpha."

Sesuatu mulai membuatku tertarik. "Jika aku ... bersedia diklaim, apa keuntunganku?"

Suasana hening. Aku bisa melihat tatapan para alpha dan Keana, kepada Mateo. Seakan mereka mengkhawatirkan sesuatu pada jawaban si penyihir tua.

Mateo tersenyum. "Kau cerdas, Luzia." Ia membelai janggutnya beberapa saat seperti sedang merenungkan jawaban. "Kekuatanmu akan bertambah, bahkan ada kemungkinan memiliki bakat baru. Kau juga bisa memiliki kemampuan menyembuhkan diri lebih cepat daripada manusia serigala normal lainnya walau masih tak secepat lucis tentunya."

"Namun, ingatlah, hal sama pun akan berlaku pada Aro. Kekuatannya juga akan semakin maksimal."

Awalnya aku hampir saja bersorak girang. Namun, ucapan Mateo berikutnya itu membuatku harus berpikir ulang.

"Itu tak adil," gumamku cemberut.

"Dia Ketua Alpha sekaligus Pemimpin Lucis. Manusia serigala terkuat di Elorrio, mungkin paling kuat di antara alpha normal lainnya di dunia," ujar Mateo lagi. "Kau akan menjadi pendampingnya. Apakah itu tak cukup membanggakan?"

"Jangan lupa pula, Aro paling kaya di antara kami," imbuh Alrico sembari mengedipkan mata padaku.

"Kau tak mau memajukan desamu?" tambah Ravantino.

"Kau bisa menguasai alpha terkuat, bukankah itu sangat hebat?" Arlo turut berucap seraya memamerkan senyuman hangat.

Aro tersenyum seraya mengibas-ngibaskan bajunya yang sengaja setengah dibuka. Ia terlihat berniat memperlihatkan otot-otot perutnya.

Tubuh itu yang menindihku semalam. Astaga.

"Hei! Berhenti mengomporinya!" protes Dorran.

"Kau diam saja di sana! Biarkan mate-ku memutuskan sendiri jawabannya!" teriak Aro berang.

Wajahku terasa panas tiba-tiba. Aku kesulitan bernapas karena jantung yang menggila.

Ia memang menyebalkan. Namun, dia pun memiliki cukup banyak kelebihan. Apa yang harus kuputuskan?

Maksudku, ini bukan hanya untuk masa depanku, tetapi juga para penyihir di Trasmoz. Mungkin aku juga bisa melakukan sesuatu untuk mereka dengan bantuan dari Aro.

Aku juga akan berjasa dalam menyelamatkan dunia manusia. Mama pasti akan bangga melihat putrinya berguna.

Cinta? Mungkin itu sudah sia-sia. Dorran tak mungkin menerimaku yang sudah tak lagi suci dan terlarang untuknya. Kami mungkin hanya bisa jadi sahabat saja.

"Baiklah, dengan satu syarat, Aro harus memenuhi semua daftar keinginanku," jawabku tanpa ragu.

"Katakan saja, Aldevaro akan memberikan apa pun yang kau mau," balas Mateo sambil tersenyum. "Bukankah begitu, Aro?"

"Sepakat!" sahut Aro cepat.

***

Hola, mohon maaf lagi baru sekarang saya bisa update. Kemarin tangan saya sempet keseleo, ditambah mager saya kumat pas liat banyak pembaca gelap :( Susah sekali kah meninggalkan jejak meski hanya memberikan tanda jempol? Ya Tuhan. Semoga saya bisa lebih diberi kesabaran dsn kekuatan.

Buat yang setia mendukung saya selama ini dengan berbagai cara, makasih, Tanpa kalian. semangat saya mungkin sudah hilang entah ke mana.

Udah, gitu aja. Sampai jumpa di update selanjutnya <3

07/04/2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro