Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Stuck

---

Tiga puluh menit Ayena habiskan dengan mengobrol santai sembari memandang wajah pria pujaannya—Pramoedya.

"Gimana kegiatan nulis lo, Ay?" Mila mengganti topik pembicaraan. Berbagai hal sudah mereka bahas dari awal kedatangan Mila ke kedai bakso itu.

Pramoedya hanya diam dan tidak banyak bicara, tetapi itu cukup bagi Ayena. Setidaknya ia dapat memandangi salah satu keindahan ciptaan Tuhan.

"Akhir-akhir ini lagi mandek banget, otak gue seolah kosong dan nggak mau diajak kompromi. Padahal editor di platform tempat gue nulis itu udah nagih terus, sedangkan kondisi gue aja kek gini. Semuanya kacau, Mil! Otak ama badan gue emang sialan banget, kenapa mereka nggak bisa diajak kompromi di saat-saat seperti ini?"

Ayena berkeluh kesah dengan tangan yang memukul-mukul kepala, berharap dengan hal itu hidayah akan datang pada otaknya dan ia dapat melanjutkan pekerjaan sampingannya dengan lancar.

"Mau gue bantuin getok pala lo nggak, Ay? Siapa tau langsung dapet hidayah kalau gue getok pake uang merah yang gepokan." Sebuah tawaran yang menggiurkan dan Ayena tergoda oleh perkataan gila tersebut.

"Gue mau, Mil!" seru Ayena bersemangat.

Mila tertawa terbahak-bahak karena ucapan Ayena. Demi penulis yang selalu selingkuh pada naskah lain saat masih ada antrian cerita, Ayena itu terkadang terlalu polos. Entah, polos atau bego. Menurut Mila kedua hal di atas hanya beda tipis.

"Maksudnya gue mau duitnya," lanjut Ayena disertai kekehan yang memperlihatkan lesung pipinya.

"Ah! Gue lupa kalau lo itu matre," gurau Mila sembari melirik Pramoedya. "Kenapa lo, Bang? Kok, tiba-tiba kusut gitu."

"Gue disuruh ngurusin kantor cabang yang di Inggris. Di sini aja udah bikin suntuk, apalagi kalau di sana," keluhnya dengan tatapan yang masih fokus ke ponsel tipis di tangannya.

"Yah, pasti lama," sahut Ayena, bibirnya maju beberapa senti.

"Pastilah. Gue tebak, Om Hen milih Bang Moe pasti karena kejeniusannya," tebak perempuan  yang mengenakan cardigan itu.

Tidak ada tanggapan jauh, mereka diam dalam kebisuan. Bergelut dengan pertanyaan tanpa jawaban yang terus menghantui.

Dering telpon yang masuk ke ponsel Pramoedya mengalihkan atensi mereka. Pramoedya izin menjauh dan pergi keluar kedai setelah kedua perempuan yang tengah duduk bersamanya mengangguk.

"Menurut lo, bakal selama apa Bang Pramoedya di sana?" tanya Ayena tiba-tiba.

"Nggak tau. Ini pertama kalinya Bang Moe dikirim ke sana," jawab Mila tanpa mengalihkan pandangannya dari Pramoedya yang tengah berdiri di dekat mobilnya.

Kayaknya bukan cuman soal perusahaan, batin perempuan itu.

"Apa, Mil?" Ayena seperti mendengar seseorang berbicara, tetapi tidak jelas.

"Eh, nggak," sahutnya cepat.

                                   ***

Selama di perjalanan Pramoedya diam seribu bahasa membuat Mila kebingungan dan sungkan untuk bertanya ataupun bersuara.

Limabelas menit waktu yang mereka tempuh terasa begitu lama tanpa ada obrolan yang seru untuk dibahas.

Entah, hal apa yang menyebabkan Pramoedya seperti itu. Padahal biasanya pria itu akan bercerita tentang segala hal padanya, termasuk menjauhi Ayena Catrine Dinandika—sahabatnya yang menyukai Pramoedya.

Saat ia bertanya pada sang abang mengenal alasan pria itu menjauhi, maka Pramoedya jugaselalu menjawab, "Gue nggak mau nyakitin dia. Dia cewek baik-baik, dia pantes dapet yang lebih dari gue."

"Bilang aja kalau lo gagal move on dari Keslacy," celetuknya kala itu.

"Shut up your mouth, Kamila!"

Dan sejak itu Mila tidak berani menyinggung soal Keslacy dan kenangan suram mereka satu setengah tahun yang lalu.

"Kayaknya gue bakal lama di sana." Kalimat yang dilontarkan secara mendadak itu seolah memberikan sengatan listrik pada jantung Mila.

"Udah diprediksi bakal selama apa?" tanya Mila. Akhirnya Bang Moe bersuara, batin perempuan itu.

"Belum. Paling cepet enam bulan," ujarnya tanpa ekspresi ataupun intonasi lebih.

"Gila! Lama banget, Bang!"

Perempuan berusia dua puluh tahun itu buru-buru mengambil ponselnya, lalu jarinya menari indah di atas layar.

To Catring:

Gila, Ay! Bang Moe bakal lama banget di sananya! Huwaaa, gue nggak rela. 😭

$$$

605 kata.

Jangan lupa untuk pencet bintang di pojok kiri, komen, dan bagikan.

Terima kasih untuk semuanya. 🎀

wga_academy
T-FReYa

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro