Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 7: Sosok yang Menjaga Kedamaian Wastu

Di dalam ruang ramu ketika Rena tengah berlutut lemas, Ursama mendadak tertidur tanpa adanya alas apa pun. Ursami yang melihat kelakuan kakaknya menjadi sangat gelisah, dia kemudian menggendong Ursama sambil bergumam serius pada Rena.

"Kakakku tertidur, wastu ini sedang ditimpa masalah, kurasa."

"Ma-masalah? Masalah apa yang kau maksud?"

"Kutukan lainnya telah diaktifkan, faktanya. Kau ini sepertinya telah diserang dengan kutukan berlapis yang berbahaya. Entah hal menyebalkan macam apa yang sudah kau perbuat, tetapi tinggal di ruang ramu adalah pilihan bijak untuk sekarang."

Secara tersurat, Ursami mengatakan bahwa akan aman bagi Rena untuk tetap tinggal di ruang ramu. Gadis kecil itu memberi peringatan, seakan-akan tidak ada kesempatan bagi Rena untuk memperoleh keamanan saat dia beranjak keluar dari tempat isolasi ini.

Meninggalkan Rena sendirian, Ursami menggendong Ursama dan mengembalikan kakaknya pada tempat semula. Kamar kecil di sisi lain ruang ramu, tempat misterius di mana Ursama selalu mendiaminya hampir sepanjang waktu.

Rena yang teledor dengan bodohnya mengabaikan peringatan Ursami. Dibukanya pintu kayu, yang terlihat oleh Rena ialah lorong wastu yang telah diselimuti kegelapan. Asap kehitaman, aura kegelapan, atmosfer kengerian, semuanya memenuhi lorong wastu sampai Rena jadi merasa enggan untuk keluar. Satu-satunya ruangan yang mungkin saja terbebas dari pengaruh kegelapan adalah ruang ramu itu sendiri.

"A-apa yang terjadi?" Rena yang gemetar bergumam tanya, tak menduga kalau masalah kutukan bisa mengakar sampai separah ini. Gadis yang dipenuhi dengan keterkejutan itu membatin, "Inikah yang terjadi jika aku bebas dari kemandulan?"

"Kakakku sudah terlelap. Dia sedang berusaha keras untuk menjaga wastu ini, kurasa. Sisanya adalah giliran Ursami untuk menyelesaikan masalah." Suara pemberani secara meyakinkan keluar dari mulut seorang gadis kecil. Dia yang rambut hijaunya terurai sampai pinggang mulai melangkah, keluar dari ruang ramu entah untuk apa.

"Tu-tunggu, apa yang ingin kau laku--"

"Tetap tinggal di ruang ramu adalah pilihan bijak, faktanya. Meski tertidur, itu bukan berarti kalau Kakakku hilang kesadaran. Dia sedang membagi penuh kesadarannya dengan wastu ini, karena itu dia tertidur, kurasa."

Kalimat Ursami yang arogan seperti biasanya mampu menyanggah ucapan Rena. Gadis kecil itu kemudian menyambung, "Kau sebaiknya tetap tinggal di dalam sana, ya. Maaf saja, tetapi Ursami tidak mau membawa beban bernyawa untuk penyelesaian masalah ini, faktanya"

"A-aku, aku harus tahu! Masalah ini timbul karena kutukan tadi telah dicabut dari tubuhku, 'kan? Penting bagiku untuk mencari tahu siapa orang yang mengutukku."

Berhenti sejenak, Ursami nampak memberi kesempatan bagi Rena untuk ikut bersamanya. "Yah, kupikir kau bisa jadi perisai daging yang bagus untukku. Tetaplah berjalan di belakangku, ya. Aku tidak akan bertanggung jawab jika kau mati karena jebakan, faktanya."

Berjalan mengekor di belakang Ursami, Renata dengan bingungnya menyampaikan tanya. "Yang lain, apakah mereka aman?"

"Kau bisa tenang soal itu, kurasa. Kakakku sudah menyegel ruangan di mana para penghuni wastu sedang berada, faktanya. Meski para penghuni tidak akan bisa keluar untuk beberapa saat, tetapi para penyusup juga jadi mustahil untuk menyentuh mereka," jawab Ursami yang secara tidak langsung telah menjelaskan keadaan wastu.

Mendengarnya, Rena nampak lega sampai dia menghela napas. Tempat di mana Ibu Mertua, Ayah Mertua, Vincent, para pelayan, atau mungkin Lalatina, di mana pun mereka berada, mereka akan senantiasa dalam keadaan aman.

"Tunggu, apakah Lalatina juga termasuk ke dalam golongan orang yang Kakakmu lindungi?"

"Ah ... gadis setengah malaikat itu? Dia sedang berjaga di luar wastu untuk membantai penyusup dari luar, kurasa. Jika ada penyusup yang berhasil masuk ke dalam wastu, maka mereka adalah penyusup yang cukup kuat dan Ursami hanya harus menghukum mereka, faktanya."

"Lalatina ... membantai penyusup dari luar?" Batin Rena seperti tidak percaya tatkala membayangkan sosok cantik berambut perak melakukan pembantaian. Meski begitu, Rena akan mengabaikan pikiran pribadinya untuk sekarang. Mencari informasi soal siapa yang mengutuk dirinya adalah hal terpenting bagi Rena.

"Jika mereka berhasil masuk, maka mereka adalah penyusup yang kuat? Apa maksudnya?"

"Kakakku telah mengaktifkan Divine Protective terkuat yang dia punya, kurasa. Normalnya, penyusup yang memasuki wilayah perlindungan akan mengalami mual, lemas, bahkan berpotensi besar untuk pingsan. Jika mereka berhasil memasuki wilayah perlindungan dengan selamat, maka mereka bukan penyusup biasa, faktanya."

"Aku mengerti ... kurang lebih, Kakakmu menjaga wastu dari jauh sementara dirimu menjaga wastu secara langsung. Kalian ini benar-benar pelindung yang dapat diandalkan," tukas Rena bangga sembari mengacungkan ibu jari kepada Ursami.

Gadis kecil yang tengah berjalan di depannya itu mendadak berhenti, berekspresi serius dan melirik-lirik mencari sesuatu. Rena yang tidak mengerti hanya bisa bertanya, "Ada apa?"

"Tiarap!"

Menuruti perintah mendadak, Rena langsung tiarap tanpa ragu sementara Ursami tetap stagnan dalam keadaan berdiri. Memelesat sebuah tombak merah dari belakang dan itu akhirnya tertancap sampai ujung lorong. Kesadaran bahwa dirinya adalah pendek membuat Ursami sadar bahwa tombak itu masih terlalu tinggi untuk mengenainya. Karena itu, Ursami hanya diam dan menghadap ke arah sosok hitam di belakang Rena dengan santai.

"Sayang sekali karena insting Ursami tenyata sangat tajam, faktanya. Itu serangan terkuat yang kau miliki, Iblis Pendosa?"

"Hebat. Hebat sekali. Bisa bertemu dengan Roh Agung yang keberadaannya tersohor dan dipuja-puji, aku harus berterima kasih karena Tuanku telah mengirim diriku ke tempat ini."

"Ucapan terima kasih itu tidak akan pernah tersampaikan, kurasa. Itu karena pendosa sepertimu harus segera mati di sini sekarang juga, faktanya."

Dia yang sekujur tubuhnya dipenuhi asap kehitaman dan aura kengerian tertawa lebar. Memamerkan taring di balik wajahnya yang tertutup kegelapan. Kaki serta tangannya yang kekar diikat rantai karat bak pakaian berikut celana. Sosok mengerikan itu tanpa takut mengentak karpet merah dengan kaki besarnya.

"Sebuah kehormatan bagiku jika bisa mati di tangan Roh Agung. Namun, setidaknya, aku akan menuntaskan tugasku sebelum mati!" Sosok ngeri itu menciptakan tombak dengan sihir, mengarahkannya kepada Rena yang masih terduduk lemas di atas karpet merah. Iblis itu bertindak seakan-akan mati sama sekali tidak masalah jika Rena berhasil dibunuh.

Namun, sejengkal sebelum ujung tombak menusuk wajah cantik Rena, gerakan iblis terhenti. Terdengar suara gadis kecil yang mendeklarasikan hukuman kepada pendosa sambil mengangkat telapak tangannya.

"Otoritas Bintang Kembar, dengan ini mudah saja bagi kami untuk memberimu hukuman, kurasa. Takdirmu sudah ditentukan sejak kaki kotor itu menginjak wilayah yang dilindungi Kakak. Lalu, Ursami ada di sini untuk menghakimi para pendosa, faktanya."

Tangan kekar itu mendadak pecah sehingga rantai yang mengikatnya tercerai berai bersama darah. Tombak merah terlempar acak dan nyaris mengenai Rena di sisi kanan. Segera setelah tangan kanannya meledak entah karena apa, kaki kiri iblis itu meledak dan kentalnya darah tersebar ke seisi lorong wastu.

Iblis mengerikan itu terjatuh. Terbaring telentang dalam keadaan kaki serta tangannya yang tidak lagi utuh. Ursami tanpa sedikit pun rasa jijik mendekatinya, berdiri tepat di samping makhluk ngeri yang bersimbah darah.

"Kau pikir bisa mati dengan semudah itu? Kakakku memang baik, tetapi dia adalah sosok yang tidak kenal ampun, faktanya. Bahkan Ursami saja masih memiliki rasa tidak tega untuk melakukan ini, kurasa."

Kaki serta tangannya yang terluka diliputi cahaya kehijauan. Lukanya mendadak tertutup, kian pulih meski tidak bisa beregenerasi dan kembali tumbuh. "Kakakku telah menutup jalur bagi tubuhmu untuk beregenerasi. Sekarang, jawab beberapa pertanyaan dari Ursami dan kau akan dibiarkan mati dengan tenang."

"Kesetiaan ini hanya untuk Tuanku sahaja."

Sebagai balasan atas tanggapan yang tidak diminta, mata kanan iblis itu meledak, membuat darah mengalir memenuhi wajahnya yang gelap. Ursami yang baru saja memulai sesi interogasi menyampaikan tanya. "Untuk siapa kau bekerja?"

"Senyum Tuanku adalah bayaran terbaik atas pekerjaan ini."

Kali ini, mata kirinya diledakkan sampai iblis malang itu bernasib buta. Namun, semua luka parah itu belum cukup bagi Ursami untuk membuatnya berakhir.

"Apa yang direncanakan Tuanmu itu?"

"Mendedikasikan diriku padanya adalah tujuan terbesarku."

Perutnya diledakkan, isi perut si iblis kian terkoyak dan tercerai berai mengotori karpet merah. Rena yang melihat semua pemandangan brutal menjadi gemetar, jantungnya berdegup kencang sementara punggungnya mati rasa.

Semua siksa keji itu masih belum cukup untuk membuatnya bicara. Senyum bangga beserta ekspresi mantap terlukis pekat di wajahnya yang penuh darah. Kesetiaan paling dalam dan pengabdian paling loyal, Iblis itu telah menunjukkan seberapa serius dirinya untuk tetap bungkam.

Tiba-tiba, saat Ursami merasa kalau dia sudah kehabisan pertanyaan, seluruh bagian tubuh iblis itu meledak. Sedikitnya darah mengotori gaun Rena, potongan-potongan daging menempel pada dinding keemasan dan karpet merah.

"Matilah dengan membawa kesetiaan tak berbalik itu, kurasa," tutur Ursami melepas kematian musuh yang mengenaskan. Menoleh lirik pada Rena, gadis kecil berambut hijau itu sambung bicara.

"Sudah puas? Ursami sudah memperingati dirimu agar tetap tinggal di ruang ramu, kurasa. Bukan salah Ursami kalau kau jadi merasa trauma, ya?"

"Barusan itu, apa?" tanya Rena gemetar, bibirnya berkedut menggigil sementara wajahnya pucat pasi berkeringat.

"Entahlah, Ursami tidak bisa memastikannya, kurasa. Mungkin saja kalau Iblis malang tadi adalah kiriman Kaum Pembangkang, faktanya."

"Ka-Kaum Pembangkang? Si-siapa sebenarnya mereka?"

Catatan Penulis:

[1] Saat wastu diserang oleh penyusup, maka menjaga wastu dan menghukum para penyusup adalah tugas Ursa Bersaudara. Itu adalah fitrah yang sudah disusun atas kontrak mereka, membuat Ursa Bersaudara tidak bisa meninggalkan kontrak itu kecuali beberapa ketentuan terpenuhi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro