Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 35: Taklukkan Dia

⚠️ WARNING ⚠️

Pembicaraan di Bab ini sedikit vulgar. Jadilah pembaca bijak dan pandai dalam memilah hiburan.

"Ada sesuatu yang disebut sebagai 'alat kontrasepsi'. Nona bisa menggunakan itu untuk melakukan seks tanpa khawatir akan hamil," jelas Aisha mengangkat telunjuk, telinga kucingnya manggut-manggut.

Memiringkan kepala, Renata kemudian bertanya atas penjelasan Aisha. "Lebih tepatnya, kontra-sepsi itu alat yang seperti apa?"

"Itu adalah alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan dan biasanya digunakan pada laki-laki. Bentuknya ..., terlihat seperti bungkusan karet yang lentur dan memelar. Meskipun lentur, tapi itu adalah benda yang sangat kuat dan sulit untuk robek."

"Bungkusan karet?"

Aisha sekali lagi mengangkat telunjuk dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya membentuk huruf 'O' sebagai bentuk visual. "Anggap ini sebagai alat reproduksi pria, dan huruf O ini adalah alat kontrasepsi. Alat kontrasepsi kemudian dibungkuskan melapisi alat reproduksi pria sebelum melakukan seks. Dengan begitu, pasangan dapat melakukan seks tanpa khawatir akan hamil."

Menempelkan jemarinya ke bawah dagu, Renata terlihat berpikir keras. "Be-begitu rupanya. Alat kontrasepsi berfungsi untuk menghalangi benih pembuahan agar tidak memasuki proses pembuahan. Begitu, ya?"

"Begitulah. Tetapi bukan hanya itu fungsinya. Yang kyu-tahu, alat kontrasepsi juga berfungsi untuk mencegah penyakit menular seksual yang biasanya marak mewabah di distrik hiburan. Karena itulah, alat kontrasepsi biasanya dapat dengan mudah ditemukan di daerah seperti itu."

"U-uwah ..., kau kelihatannya tahu cukup banyak," puji Renata untuk Aisha, tetapi terlihat curiga karena pengetahuannya yang cukup luas. "Apakah kau pernah menggunakan alat itu sebelumnya?"

"Tidak. Diri-kyu hanya pernah menyiapkannya untuk digunakan Raja Santo saat berada di Wastu. Jika Beliau tidak memakai alat kontrasepsi, Pangeran Arthur mungkin akan memiliki banyak adik sampai saat ini," jawab Aisha bangga. Merasa amat berguna karena pernah menyiapkan sesuatu bernama 'alat kontrasepsi' untuk Raja Santo.

"Alat itu rupanya juga bisa berguna untuk merencanakan keluarga. Kenapa aku bisa-bisanya baru mengetahui alat berguna seperti ini?"

"Hmph. Wajar saja mengingat Nona Renata baru mulai menaiki tangga kedewasaan. Karena bagi orang dewasa, alat kontrasepsi lebih terasa seperti kebutuhan. Ibarat kata, jika ingin berhubungan tanpa alat kontrasepsi, maka orang dewasa harus siap untuk kelahiran anak selanjutnya."

"Ya-yaaaah, meskipun memiliki anak adalah misiku dengan Pangeran untuk sekarang, setidaknya, memiliki anak masih terlalu cepat buat kami," tutur Renata menyimpulkan, menyelipkan rambut hitamnya ke belakang telinga.

"Jadi, apakah Nona ingin memakai alat itu?"

"Ke-kenapa kau bertanya padaku! Jika yang menggunakannya adalah laki-laki, seharusnya kau menanyakan itu pada Pangeran Arthur!" bentak Renata malu-malu.

"Apa masalahnya? Nona bisa menggoda Pangeran di awal. Lalu ketika Pangeran sudah tak tahan, minta padanya untuk memakai alat kontrasepsi. Mudah saja bukan?"

"Kakanda benar-benar payah, ya? Jika malu-malu seperti itu mana bisa Kakanda menggoda Pangeran? Cobalah untuk terlihat lebih ganas sebagai wanita!" timpal Helena cukup antusias, kata-kata tidak senonoh baru saja keluar dari mulut gadis kecil berusia 12 tahun.

"Be-belum waktunya bagimu untuk bicara seperti itu!"

_________________

Waktu senja, ketika langit oranye perlahan menggelap, Renata masih terduduk di tengah taman untuk menenangkan diri. Berdiri mendampinginya adalah seorang gadis pelayan yang rambut peraknya memantulkan warna jingga.

"Apakah akan berjalan lancar, ya?" Renata bergumam sendiri, tetapi Lalatina langsung menanggapinya secara reflek.

"Pasti akan lancar. Saya yakin, Nona pasti bisa."

"Aisha menyiapkan beberapa alat kontrasepsi untukku, tetapi intinya ada di kemauan Pangeran untuk melakukannya denganku," lanjut Renata berprasangka negatif.

Mendekat kepada Renata yang sedang duduk di kursi taman, Lalatina kemudian mengusap pundak tuannya dari belakang. "Jika saya boleh mendengar cerita Anda, kenapa Nona ingin Pangeran melakukan hal itu malam ini juga?"

"A-aku, aku hanya ingin membuktikan padanya kalau aku adalah istri yang pantas untuknya. Bukan sekadar alat untuk pernikahan politik, aku ingin Pangeran juga mencintaiku sebagai seorang wanita."

"Maka Pangeran Arthur sesungguhnya sudah merasakan hal itu pada Nona," pungkas Lalatina memberi tanggapan.

"Ma-maksudmu?"

"Pangeran yang sudah bertekad itu sampai rela mencemari nama baiknya sendiri, membahayakan dirinya sendiri, menghadapi semuanya sendiri demi Nona. Semua tindak nekat itu dilakukan atas apalagi kalau bukan karena cinta?"

"Justru karena itu!" Dia yang awalnya tenang kemudian membentak bersama rasa sesak. Dadanya sakit, perutnya terasa mendidih, Renata diterpa rasa emosi karena kelemahannya sendiri. "Hanya karena aku seorang, Pangeran sampai membahayakan dirinya sendiri. Hanya karena aku seorang, Pangeran sampai harus melalui penyiksaan seperti itu! Apakah Pangeran akan selalu tersiksa seperti itu jika bersamaku? Aku malah ragu kalau Pangeran masih mampu bertahan dan ingin melanjutkan pernikahan ini. Jika saja Pangeran mengalami trauma dan enggan menemuiku lagi--"

Keluh kesahnya terhenti karena isak tangis. Renata mengeluarkan tangisnya lebih dulu, sementara isi hati masih tertahan di ujung kerongkongan. Lalatina yang berdiri di belakangnya mengusap lembut punggung gadis itu. Sementara tangannya yang lain membelai rambut Renata penuh kasih.

"Jika ini adalah pertemuan terakhirku dengan Pangeran, kurasa aku tidak bisa menolaknya. Mungkin, pertemuan ini adalah untuk membubarkan pernikahan politik di antara Santorini dan Watahabi."

"Apa pun akhirnya." Lalatina menimpali keluh kesah Renata, sembari kedua tangannya ia kalungkan di leher gadis itu. "Apa pun akhirnya, saya akan ada di pihak Nona. Saya akan bersama Nona. Setidaknya untuk malam ini, mari kita berusaha keras."

Lalatina mengangkat tubuhnya dan kembali berdiri tegap di belakang Renata. Sementara Renata menghapus air matanya, berusaha tegar dan bersiap menghadapi semuanya.

Aku adalah wanita yang sudah berusia lebih dari 30 tahun.

Aku sudah melalui banyak sekali masa-masa sulit dan menghadapi semuanya sendiri.

Aku adalah yang paling tahu tentang rasanya sakit dan perih karena sendiri.

Karena itu, di perulangan kali ini, aku akan berusaha keras! Lebih keras dari kehidupanku yang dulu!

"Bagaimana perkembangan bijih sihir yang saat ini sedang diurus oleh Helena?"

Pandangannya tajam, menatap ke depan, Renata sudah sepenuhnya siap. Lalatina merasakan tekad kuat dari tuannya dan tersenyum bisu. Pelayan itu kemudian menjawab, "Dikabarkan bijih sihir itu akan selesai besok, paling lambat lusa. Seorang pengrajin dari bangsa Dwarf sedang mengurusnya. Dia adalah pengrajin yang lihai."

"Baiklah. Kalau begitu, sisanya adalah melalui malam ini dengan serius!" Renata bangun dari duduk, tangannya mengepal bersama semangat. Seketika datang seorang pelayan bertelinga kucing, membawa kabar datangnya sebuah rombongan.

"Nona Renata, rombongan Pangeran Arthur sudah tiba," tutur Aisha memberitahukan kedatangan orang yang ditunggu-tunggu sejak lama.

Sesaat Renata melangkah, Aisha langsung menghentikan langkahnya dan menghalangi langkah Renata. "Bedak Anda luntur! Apakah Nona menangis? Mata Nona terlihat sembab."

"Eh. Ah--"

"Jangan begitu, tidak boleh. Usaha-kyu akan sia-sia jika Nona terlihat lemah begitu. Tunggu sebentar," tegas Aisha sembari mengambil lap dari sakunya. Dia kemudian mengelap wajah tuannya sambil menahan pergerakan kaki.

Setelah dirasa pas, Aisha kemudian menarik tangannya dari wajah Renata dan menatap wajah itu. "Yup, ini terlihat bagus. Wajah natural tanpa dandanan memang yang paling cocok dengan Nona." Aisha lanjut menepuk-nepuk bagi Renata dengan akrab. "Majulah! Goda Pangeran itu sampai dia takluk di atas ranjang!"

Taklukkan Dia di Atas Ranjang

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro