BAB 30: Ibu Walpurgis
Maff kalau diriku menghilang, tapi aku, author cerita ini akan coba lanjut menulis sebisa mungkin! Meski berat disambi sempro dan magang, aku akan berusaha! Jgn lupa kasi vote biar ku semangattttt!
_____________________
"Bagaimana latihanmu dengan Nona Renata?"
"Jangan ragukan soal pelatihannya jika yang melatih Nona adalah dirikyu. Dia benar-benar kyu-latih dengan keras, loh!" tutur Aisha bersemangat sambil mengacungkan ibu jari kepada Lalatina. Di hadapan mereka berdua adalah tanah berlubang-lubang bekas Renata membuat ledakan.
"Bagaimanapun, sudah satu minggu sejak Nona mulai berlatih dengankyu dan harus diakui kalau dia telah menjadi lebih kuat. Setidaknya, dia sudah punya kemampuan untuk menjaga dirinya sendiri dari bahaya tingkat rendah."
"Dilihat dari perkembangannya ..., bukankah perkembangan Nona Rena sedikit tidak wajar?" tanya Lalatina sedikit khawatir.
Sementara itu, Aisha menempatkan tangannya di samping pinggang dan mulai bicara dengan raut wajah kebanggaan. "Afinitas murid-kyu yang satu itu memang hebat. Dia mungkin saja punya bakat alami untuk menjadi seorang spiritualis roh. Benci untuk-kyu mengakuinya, tetapi diri-kyu bahkan butuh waktu sekitar enam bulan untuk sampai di tahap Nona Rena yang sekarang."
__________________________________________
[UNIT INFORMASI KERAJAAN WATAHABI]
Sekelompok burung merpati tiba di sebuah istana dan langsung hinggap di salah satu jendela yang terbuka. Satu dari delapan ekor burung tersebut membawa sepucuk surat yang terikat di punggungnya.
Sadar bahwa sebuah pesan telah sampai, seorang pria yang tengah berjaga di balik jendela langsung bergegas dan mengambil surat tersebut. "Burung ini, Santorini mengirim sebuah pesan untuk Watahabi," ujar si penjaga.
Surat itu tersimpan dalam sebuah gulungan dan penjaga langsung membawanya ke meja berkas. Dia panggil petugas lainnya yang tengah berjaga di balik pintu. "Tolong sampaikan surat ini kepada Baginda Ratu."
_____________________________________________
"Bagaimana perkembanganku, Master?" tanya Renata penasaran dengan napasnya yang memberat dan terengah-engah.
Tatkala muridnya meminta pendapat, Aisha malah berekspresi ketus dan memberinya jawaban dingin. "Lumayan hebat untuk seorang pemula yang memiliki bakat. Meski Nona hanya bisa melancarkan serangan destruktif berupa ledakan, itu sudah cukup bagus untuk seorang pemula."
"Kau bisa memujiku lebih baik dari itu, Aisha. Kenapa kau terlihat sangat pelit untuk memberiku semacam pujian?"
"Itu karena Aisha merasa iri dengan perkembangan Nona yang begitu cepat," ucap Lalatina menimpal pembicaraan. Gadis berambut perak itu kemudian berkata, "Nona memiliki cukup bakat untuk menjadi seorang spiritualis roh alam."
"A-apa yang kau katakan, Lalatina! Diri-kyu tidak pernah sedikit pun iri dengan perkembangan Nona. Lagi pula, aku masih jauh lebih hebat daripada Nona Renata. Tidak ada satu pun guru yang merasa iri kepada muridnya!" omel Aisha ketus sementara pipinya menggembung seperti penuh dengan makanan.
"Inilah akibatnya jika kau terlalu pelit untuk memuji seseorang," ucap Renata meledek, dia nampak tak peduli dengan keributan lebih dari ini. Melihat ke arah istana saat tubuhnya dipenuhi noda tanah, Renata lanjut bicara. "Kurasa sudah waktunya untuk makan siang?"
"Benar! Sebenarnya apa yang Lalatina lakukan di sini? Perjanjiannya adalah Lalatina membantu di dapur sementara aku melatih Nona Renata!" omel Aisha yang terlihat masih sedikit dendam atas sikap Lalatina.
Namun, jawaban Lalatina lekas memberitahukan segalanya. "Aku diperintahkan Baginda Ratu untuk mengawasi latihan kalian. Khawatir Nona Renata menghancurkan istana karena guru yang melatihnya sangatlah jahil."
"A-apa kau bilang, ha--"
"Nona Muda, saya membawa pesan dari Baginda Ratu," ucap seorang pelayan berkulit cokelat yang terlihat selalu bersama Baginda Ratu. Keberadaannya benar-benar halus dan misterius sampai sangat sulit untuk disadari. Bahkan, Aisha dan Lalatina nampak terkejut dan berekspresi waspada untuk sesaat.
"Ah, Carrol. Sejak kapan kau berada di situ?" tanya Renata dengan polosnya.
Pelayan wanita yang dipanggil dengan nama Carrol itu lekas menjawab, "Baru saja saya di sini, Nona Muda."
"Kedatanganmu sepertinya mengejutkan Aisha dan Lalatina. Lihatlah betapa tegangnya mereka, haha!" ledek Renata sambil menepuk-nepuk pundak Aisha. Gadis berambut hitam panjang itu kemudian bertanya, "Apa yang ingin Ibunda katakan?"
"Beliau telah menerima surat dari Santorini. Berkata bahwa Pangeran Arthur akan segera menyusul ke negeri ini satu minggu dari sekarang. Tertulis di surat bahwa rombongan mereka telah melakukan perjalanan sejak minggu lalu."
"Pangeran, menyusul ke sini! Benarkah? Apakah Pangeran baik-baik saja?" Mendadak kalang kabut, Renata langsung berekspresi riang penuh semangat tatkala telinganya menangkap nama Pangeran.
"Saya tidak tahu soal itu, tetapi Pangeran Muda pasti baik-baik saja jika bisa melakukan perjalanan tersebut."
"Syukurlah ...," ucap Renata lega mengelus-elus dada. "Omong-omong, kenapa Ibunda tidak mengatakannya sendiri?"
"Baginda Ratu sedang ada urusan di fasilitas penelitian. Dia benar-benar sibuk sehingga menitipkan pesan ini kepada saya. Selain itu, saya juga ingin menyampaikan satu kabar lagi."
"Satu kabar lagi?"
"Mendengar informasi bahwa Nona Muda sedang mengunjungi Watahabi, Baginda Raja benar-benar senang sehingga dia akan segera kembali."
"Ah! Benar juga. Aku belum bertemu Ayahanda sejak tiba di sini. Memangnya ke mana dia pergi?"
"Beliau sedang ada kunjungan kenegaraan dan telah meninggalkan negeri ini sejak sebulan yang lalu. Saya tidak tahu detailnya, tetapi ini adalah usaha Watahabi untuk memperluas perdagangan bijih sihir di pasar internasional."
"Bijih sihir? Maksudmu, kristal katalis yang dapat menampung daya sihir dalam jumlah besar?" tanya Renata memastikan.
Menanggapinya, Carrol mengangguk tanda setuju. "Negeri ini memiliki pertambangan bijih sihir terbesar di dunia. Karenanya, Baginda Raja selalu berusaha keras untuk mengelola sumber daya tersebut."
"Ah, Carrol. Aku penasaran akan sesuatu."
"Nona Muda bisa tanyakan apa saja kepada saya."
"Apakah kau tahu di mana aku bisa mendapatkan bijih sihir dengan kualitas terbaik?"
"Soal itu ..., Nona Muda mungkin saja akan menemukannya di gudang penyimpanan. Lokasi gudang berada di dekat penambangan, tetapi saya kurang tahu soal aksesnya. Mungkin, Nona Muda sebagai putri kerajaan bisa mendatanginya dan meminta bijih sihir secara cuma-cuma."
"Kedengarannya lebih rumit dari yang kuduga. Kupikir aku akan mendapatkannya hanya dengan meminta kepada Ibunda," keluh Renata kecewa.
Rasa antusias gadis itu terhadap bijih sihir membuat Carrol penasaran sampai dia memberanikan diri untuk bertanya. "Maaf jikalau saya lancang, tetapi, kenapa Nona Muda tampak menginginkan bijih sihir?"
"Yup, mengingat Nona Renata hanya memiliki daya sihir dalam jumlah kecil, akan aneh jika Nona mencari bijih sihir sampai seperti itu. Benda itu pun bukan semacam hiasan yang biasanya dipakai oleh orang-orang bangsawan." Aisha menimpali penjelasan Carrol dengan sebuah ledekan.
Renata kemudian membalas, "Aku membutuhkan bijih sihir untuk menyegel kekuatan iblis dosa." Dia mengatakannya dengan keyakinan, seakan-akan tidak tahu bahwa kalimat itu mengandung hal tabu yang sebaiknya tidak pernah dikatakan secara terang-terangan.
"I-iblis Dosa?" Carrol nampak gemetar dan ketakutan. "Ke-kenapa Nona Muda ingin melakukan hal semacam itu? Bahaya tentang Iblis Dosa seharusnya adalah pengetahuan umum yang semua orang sudah tahu."
"Ya, aku tahu betul tentang bagaimana bahayanya mereka. Aku bahkan sudah pernah menghadapi Iblis Dosa satu kali."
"Diri-kyu ingin menganggap bahwa siapa pun yang membual tentang penaklukan Iblis Dosa adalah orang gila. Namun, melihat Nona Renata benar-benar pernah menjinakkannya, kyu-pikir kau harus percaya dengan kalimat orang aneh ini."
"Sialan kau, Aisha! Kau baru saja memanggil tuanmu sendiri sebagai orang aneh."
"Jangan salah sangka. Satu-satunya tuan bagi-kyu hanyalah Raja Santo. Adapun alasan-kyu ada di sini adalah karena perintahnya."
"Nona Muda, pernah menaklukkan Iblis Dosa? Ta-tapi, bagaimana bisa! Mereka seharusnya adalah sosok yang bahkan setara dengan bencana alam."
"Aku membuatnya meminum darahku, kemudian dia mengecil dan menjadi makhluk yang sangat menggemaskan. Aku juga sudah memberinya nama. Ah ..., di mana Perseus, ya? Aku belum melihatnya sejak pagi."
"Perseus masih tertidur di kamar Nona. Saya sudah memastikannya sebelum ke sini," jawab Lalatina atas pertanyaan Renata.
Di sisi lain, Carrol terlihat menundukkan kepalanya dan mengatur ulang pernapasan. Dia berusaha tenang dari rasa takutnya terhadap teror Iblis Dosa. Pelayan berkulit cokelat itu lantas berkata, "Nona Muda, ini mungkin hanyalah sebuah saran dari seorang pelayan, tetapi saya ingin Nona mendengarnya."
"Ke-kenapa kau nampak serius begitu, Carrol?"
"Berhentilah berpikir untuk menaklukkan Iblis Dosa. Jika Nona menaklukkan ketujuh Iblis Dosa dan mengumpulkannya dalam satu tempat, sosok yang telah tersegel dan tertidur selama ratusan tahun mungkin saja akan kembali bangun."
"A-apa maksudmu. Aku tidak begitu mengerti."
"Konon, sosoknya adalah yang terkuat di dunia ini dan merupakan nenek moyang dari seluruh jenis sihir. Konon, sosoknya telah menciptakan mesin penghancur berbasis sihir yang menghancurkan separuh dunia. Konon, ketujuh Iblis Dosa adalah pecahan dari mesin penghancur tersebut. Konon, sosoknya tidak akan terbunuh atau hancur meski sudah dikutuk atas nama Dewa, Naga, dan Pahlawan. Konon, sosoknya akan kembali terbangun saat ketujuh Iblis Dosa dikumpulkan dalam keadaan jinak. Konon, usahanya untuk menghancurkan dunia akan dilakukan sekali lagi jika dia sampai terbangun."
"Legenda Penyihir Walpurgis, ya?" ujar Lalatina menimpali, kemudian Carrol mengiyakan dengan anggukan.
"Entah apa tujuan Nona Muda, tetapi menjinakkan mereka sudah seperti praktik penghancuran dunia. Mungkin, tujuan Kultus mengincar darah suci adalah untuk menjinakkan Iblis Dosa dan membangkitkan Ibu Walpurgis. Tidak ada jalan lain selain membunuh ketujuh Iblis Dosa demi menggagalkan rencana mereka."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro