Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 29: Spiritualis Roh Alam

Di pekarangan yang luas ketika langit sedang cerah-cerahnya, Renata dengan ekspresi serius tengah berhadapan kepada Aisha. Pelayan bertelinga kucing itu melipat tangannya di depan dada, nampak bangga dengan posisinya karena saat ini ....

"Satu hal yang diri-kyu inginkan selama prosesi kita berlangsung," tutur Aisha menyampaikan keinginannya secara frontal, memvisualisasikan jari telunjuknya dan mendengus bangga layaknya seorang pemenang.

Hal itu membuat Renata jengkel dan bertanya, "Apa yang kau inginkan?"

"Selama proses latihan, akyu ingin Nona Renata memanggil-kyu dengan sebutan 'Master'. Apakah keberatan?"

"Siapa peduli. Itu sama sekali bukan masalah. Aku bahkan tidak keberatan jika harus memanggilmu dengan honorifik kehormatan atau sejenisnya, Master," balas Renata ketus kepada sikap Aisha yang menjengkelkan.

Renata menyelipkan rambut hitamnya ke belakang telinga, kemudian mengatakan sesuatu yang serius kepada Aisha. "Aku pikir, aku tidak bisa terus mengharapkan pertolongan dari orang lain. Akan ada masanya ketika aku harus menyelesaikan masalahku sendiri. Tidak masalah meski aku bukan orang yang hebat atau kuat. Yang terpenting, aku ingin menjadi orang yang mampu membuat perlawanan," ungkapnya mantap sampai telapaknya mengepal keras.

"Yah, diri-kyu juga tidak mau kalau Nona Renata terus-terusan menyusahkan-kyu, sih. Pekerjaan-kyu sudah cukup melelahkan sebagai seorang pelayan. Jika ada orang yang harus direpotkan karena ulah Nona, maka itu adalah tugasnya Lalatina. Karena itu, akyu, Aisha yang imut dan juga kuat ini akan melatih Nona dengan keras!"

"Mohon bimbingannya, Master!"

_____________________

"Pertama-tama, hal yang akan diri-kyu ajarkan kepada Nona adalah Teknik Pengguna Roh. Sebelum memasuki sesi latihan, diri-kyu ingin mengetes afinitas Nona terhadap partikel-partikel Roh yang tersebar di alam," jelas Aisha dengan lagak bicaranya yang congkak, melangkah bolak-balik di depan Renata layaknya seorang guru veteran.

"Ba-bagaimana caranya, Master?" balas Renata bertanya.

Aisha kemudian menjawab, "Ini akan sedikit memusingkan, jadi tolong persiapkan dirimu, Nona." Gadis berambut cokelat itu menyentil dahi Renata dengan lembut. Tak lama setelahnya ....

"Carrol, tolong buatkan makan siang untuk semuanya."

"Baik, Baginda Ratu."

"Hei, kabar-kabarnya, Tuan Putri Renata sampai ke Watahabi tanpa kereta kuda dan pengawalan. Apakah dia ditelantarkan selama berada di Santorini?"

"Permisi, Nyonya Carrol. Bolehkah saya ikut membantu untuk menyiapkan makan siang?"

"Hebat! Ada banyak capung yang berhasil kita tangkap."

"Belakangan ini cuacanya terlalu panas."

"Tuan Saliver, kita kehabisan pupuk untuk kebun anggur."

Berbagai suara, berbagai pembicaraan, berbagai percakapan, semuanya terdengar menggema di kepala Rena. Membuat gadis itu pusing, kesakitan luar biasa sampai memegangi kepalanya dengan keras. "A-apa yang ter--"

"Seorang darah suci membawa iblis dosa ke wilayah ini? Apakah Tuan Putri itu masih waras?"

"Ibunda, di mana Kakak sekarang?"

"Kakakmu sedang berlatih di pekarangan."

"Saya harus memanggang ayamnya seperti ini?"

"Gawat, salah satu sayapnya putus. Apakah dia akan mati?"

"Lalatina, tolong angkat kentang rebusnya."

Suara-suara itu kian menggema dan mengeras di kepala Renata. Dia kesakitan, menjambak-jambak rambutnya dan mengeluarkan air liur secara tak sadar. "Cu-cukup. Tolo--"

"Di luar dugaan, afintas Nona terhadap roh ternyata terlalu tinggi," ungkap Aisha sembari menyentil dahi Renata untuk yang kedua kali. "Anda baik-baik saja, Nona?"

"A-apa yang kau lakukan padaku?" tanya Renata lemas saat tubuhnya sedang berbaring tak kuasa di tengah pekarangan. Lengannya ia gunakan untuk mengelap air liur yang membasahi sekitar mulut, sementara matanya menatap Aisha jengkel ketika pelayan bertelinga kucing itu tengah berdiri melihat Renata dari atas. "Kau tidak sedang mengerjai diriku, 'kan?" lanjut Renata.

"Mana mungkin diri-kyu sudi membuang-buang waktu untuk mengerjai Nona. Aku malah ingin agar latihan ini segera selesai dan bisa kembali menuju Santorini," jawab Aisha santai.

"Jadi, apa yang kau perbuat?"

"Mengaitkan Nona dengan roh-roh kuasi. Bukankah Nona mampu mendengar banyak percakapan saat sedang terkait?"

"I-itu memang benar. Lantas, apa fungsinya?"

"Terhubung dengan roh adalah kunci utama untuk bisa meminjam kekuatan mereka. Dalam kasus barusan, anggap saja kalau Nona sedang meminjam pendengaran para roh yang tersebar di kediaman ini. Bukankah itu sangat berguna?"

"A-aku mengerti. Pada intinya, seseorang yang mampu meminjam kekuatan roh dapat disebut sebagai Pengguna Roh. Benarkah begitu?"

"Benar sekali, muridku. Tidak hanya terbatas pada pendengaran. Berbagai benefit seperti penglihatan, kemampuan sihir, dan lain sebagainya, menjadi pengguna Roh adalah solusi terbaik untuk menjadi kuat bagi seseorang yang lemah dalam hal sihir."

"Jika memang semudah itu, kenapa semua orang tidak bisa menjadi Pengguna Roh?"

"Pertanyaan itu tidak akan diri-kyu jawab sampai honorifik 'Master' juga turut diucapkan di akhir kalimat," ucap Aisha ketus sambil melipat kedua tangannya di dada.

Membuang napas atas perasaan jengkel, Renata tak berlama-lama untuk segera menuruti kemauan dari pelayannya yang menyebalkan. "Kenapa semua orang tidak bisa menjadi Pengguna Roh, Master?"

"Karena tidak semua orang mampu meminjam kekuatan dari Roh. Atau kasus lainnya, tidak semua orang memiliki afinitas yang baik dengan Roh."

"Maksudnya tidak mampu?"

"Contoh sederhana, Nona Renata bisa saja mengajukan permintaan untuk meminjam salah satu potion milik Nona Ursami. Namun, apakah Nona Ursami akan meminjamkannya atau tidak, itu adalah masalah yang berbeda. Intinya, tidak semua Roh bersedia cuma-cuma untuk meminjamkan kekuatan mereka."

"Perumpamaan dengan Ursami benar-benar mudah dimengerti. Lantas, bagaimana caranya agar aku bisa meminjam kekuatan dari para Roh, Master?"

"Sebut saja strategi ini sebagai 'Proposal Diplomasi'."

Manisnya Renata memiringkan kepala seraya bertanya, "Proposal diplomasi?"

"Konsepnya sama seperti peristiwa penyerbukan yang terjadi pada perkawinan bunga. Dalam kasus pengguna Roh, anggap saja kalau Nona Renata adalah bunga, Roh-Roh kuasi adalah lebah, sementara serbuk pemancingnya adalah energi sihir yang Nona punya."

"Aku mengerti di bagian itu. Selanjutnya?"

"Setiap Roh Kuasi harus mengolah sihir tertentu dalam jumlah tertentu setiap harinya. Jika mereka tidak mengolah sihir sama sekali dalam sehari, maka perkembangan mereka sebagai Roh akan terhambat. Karena itulah, keberadaan manusia yang ingin memberikan energi sihirnya kepada Roh akan sangat mereka sambut."

"Jika begitu, apa gunanya ini semua buat mereka? Maksudku, aku akan memberikan energi sihir kepada Roh, tetapi energi itu akan langsung digunakan untuk mengaktifkan sihir, 'kan?"

Meletakkan kedua tangannya di tepi pinggang, Aisha tersenyum mantap kepada Renata. "Diri-kyu sudah mengatakan ini sebelumnya. Hal terpenting bagi Roh Kuasi bukanlah menabung energi sihir sampai banyak. Bagi Roh Kuasi, mengolah energi sihir sama saja seperti makan dan buang air. Mereka makan energi sihir yang Nona berikan, kemudian membuangnya dalam bentuk aktivasi sihir yang hebat."

"Se-sebentar. Maksudmu, sihir-sihir hebat yang berasal dari Roh, itu semua adalah kotoran mereka?"

"Yah, bisa dibilang begitu, kyu-rasa. Mungkin akan lebih cocok dikatakan dengan sebutan kotoran dari makhluk tersohor."

"Aku telah mengetahui fakta besar yang sebaiknya tidak aku ketahui," gumam Renata menyesal setelah memahami konsep aktivasi sihir roh yang Aisha jelaskan. Gadis itu kemudian menyambung, "Tapi, jika memang begitu, apa yang akan dikonsumsi oleh Roh Kuasi jika tidak ada manusia yang memberikan energi sihir mereka?"

"Tentu saja, mereka akan memproses energi sihir yang tersebar di seluruh alam. Sebagai contoh, Roh Angin akan membuat tiupan angin di ketinggian tertentu menjadi sangat kencang sampai tak terhalau. Atau mengenai Roh Air, mereka akan membuat arus air menjadi deras serta ombak laut menjadi tinggi. Ada juga Roh Api yang akan membuat kobaran api semakin membesar dan panas, dan Roh-Roh lainnya yang terlibat erat dengan alam meski kita tidak menyadarinya."

"Aku sudah mengerti dengan latar belakangnya. Selanjutnya, apa yang harus aku lakukan, Master?"

"Menjadi bunga yang sudah siap untuk perkawinan, serta siap untuk proses penyerbukan. Angkat tangan Nona seperti ini," ujar Aisha mencontohkan salah satu tangannya yang terangkat. "Sama seperti saat ketika Nona Renata memproyeksikan energi sihir menjadi gumpalan batu, lakukan itu. Namun, tahan energi sihirnya untuk tetap melayang-layang di sekitar telapak tangan. Jangan sampai energi sihirnya memelesat dan teraktivasi karena Roh mana pun tidak bisa mengkonsumsi sihir yang sudah aktif."

"A-aku mengerti. Mengkonsumsi sihir yang sudah aktif sama saja dengan mengkonsumsi kotoran bagi mereka. Tahan energi sihirnya di telapak tangan. Jangan biarkan sihirnya aktif. Begini, seperti ini?"

Sesaat setelah Renata meninjau aksinya, banyak partikel-partikel bercahaya yang berterbangan di sekitarnya. Semua bola-bola cahaya itu berterbangan, mengelilingi Renata sampai seluruh tubuhnya hampir tertutup oleh cahaya.

Aisha yang melihat fenomena itu hanya bisa menggumam kagum. "Yap, inilah yang akan terjadi jika afinitas seseorang terhadap Roh terlalu tinggi."

"O-oi, Ma-Master. Selanjutnya? Apa yang harus aku lakukan selanjutnya? Aku mulai merasakan keram di sekitar tangan, lho!"

"Ah, karena semua Roh Kuasi yang datang sudah mengonsumsi sihir milik Nona, maka Nona tinggal melepaskannya saja. Tembakkan sihir itu ke tengah pekarangan sebagai percobaan."

"Ka-kau bercanda! Kediamannya bisa rusak jika aku melakukan itu."

"Tidak masalah ... memangnya, seorang pemula seperti Nona bisa membuat kerusakan sampai separah apa, sih? Cepat lepaskan saja!"

"Yah, kau yang bertanggung jawab atas semuanya!" teriak Renata kesal, kemudian melepaskan energi sihir yang luar biasa banyak ke tengah pekarangan. Sebagai hasilnya, ledakan besar terjadi sampai seluruh wastu bergetar dalam waktu singkat.

Ledakan itu sangat besar sampai tengah pekarangan menjadi berlubang cukup besar. Seluruh penghuni wastu segera keluar, melihat apa yang sebenarnya terjadi di pekarangan.

"Yap, kombinasi berbagai atribut yang dimiliki oleh banyak Roh akan bereaksi menjadi ledakan. Karena Nona berhasil meminjam banyak kekuatan dari Roh Kuasi, maka ledakannya bisa jadi sebesar ini."

"Sialan, jadi kau sebenarnya sudah tahu ini akan terjadi?" gumam Renata kesal saat tubuhnya sedang terbaring lemas di tengah pekarangan. "Selain itu, kenapa tubuhku jadi mati rasa begini?"

"Meski yang mengolah sihirnya adalah Roh, energinya tetap berasal dari Nona. Jika ada orang yang akan kehabisan energi, maka itu adalah Nona Renata. Tapi, terlepas dari semua itu, selamat."

"Selamat, untuk apa?"

"Selamat karena telah berhasil menjadi pengguna roh dalam sekali coba. Seperti yang kyu-duga, Nona Renata memang berbakat sebagai seorang Pengguna Roh. Diri-kyu bahkan butuh berbulan-bulan untuk mampu menggunakan sihir dengan bantuan Roh."

Spiritualis Roh Alam

_________________________

Halo, Teman-teman pembaca! Mulai chapter ini, cerita Arthura sudah memasuki babak baru yang pastinya akan lebih seru dan intens daripada 30 Bab pertama. Makasih banget buat semuanya yang udah ikutin sampai ke titik ini. Jangan lupa klik tombol vote dan tinggalkan jejak kalau kamu enjoy, ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro