BAB 20: Seorang Gadis yang Terlahir Kembali
"Sejujurnya ...., ini sangat membingungkan ketika Ursama harus membawa kalian ke tempat yang jauuuh dengan sihir teleportasiii. Meskipun Pelayan Setengah Binatang bisa melacak keberadaan gadis itu dengan bantuan Roh Kuasi ..., meskipun lokasinya sudah bisa dipastikan berkat bantuan Roh Kuasi ..., apakah kalian yakiiin dan mampu untuk menangani situasi di sanaaa?"
"Untuk itulah saya ikut bersama Aisha," ujar Lalatina pasang badan, menawarkan keikutsertaan dirinya sebagai kekuatan tempur yang bisa diandalkan.
Termasuk dengan Aisha, gadis setengah binatang itu juga turut memproklamirkan dirinya yang bersedia maju. "Diri-kyu ini juga lumayan kuat! Jangan remehkan seorang Pengguna Roh [1]," ujarnya bersemangat sambil memasang kedua tangan di tepi pinggang.
"Yang Kakak maksud sebenarnya bukan hal itu, kurasa. Kalian akan melawan Kultus Liberal, atau mungkin lebih buruk dari itu, faktanya. Apakah kalian sendiri tidak keberatan dengan itu?" ketus Ursami menimpali mereka bertiga, terlihat dingin dan sinis seperti biasanya. "Kalian mungkin akan mati, kurasa."
"Kali ini berbeda." Mengatakan itu, gadis pelayan berambut perak nampak bersemangat sampai matanya terlihat menyala-nyala. Lalatina kemudian menyambung, "Kali ini, saya tidak akan setengah-setengah!"
"Yah ..., jika kalian sudah sampai seperti ituuu, maka Ursama juga tidak punya hak untuk menahan kaliaaan. Membawa kalian pergi ke sana dengan teleportasi adalah hal mudaaah, tetapi untuk jalan kembalinyaaa, kalian pikirkan sendiri, yaaa?"
_______________________________________
"Lalatina! Aisha!"
Renata yang terkejut dengan spontan meneriakkan nama mereka. Dua gadis pelayan yang sama-sama berasal dari Wastu Santorini, mendatangi Renata dengan tekad siap untuk bertarung sampai mati.
"Walah ... rupa-rupanya kalian memang mampu mencapai tempat ini. Lantas setelah itu, apa yang akan kalian lakukan?" tanya Moloneal tanpa sedikit pun beranjak bangun dari posisi duduknya. Dia sama sekali tidak bersikap waspada, ekspresinya malah menampilkan ketenangan mutlak dan tersenyum tipis seperti biasa.
"Nona Rena, siapa wanita berambut putih ini?" tanya Lalatina penasaran, sembari memasang kuda-kuda yang sempurna untuk pertarungan serius di ruang makan.
Renata dengan ragu-ragu menjawab, "Dia, di-dia, dia--"
"Kalian terlalu lama dalam bertindak, nih."
Segera setelah Moloneal mengatakan itu, langit-langit megah mendadak hancur karena serangan cakar raksasa. Apa yang terlihat dari atas sana adalah sosok raksasa dengan mata merah menyala-nyala.
"Kelihatannya, Michael sudah menyelesaikan tugasnya dengan satu Iblis Dosa. Meski belum sempat dijinakkan, setidaknya Iblis ini masih bisa kami uji coba," sambung Moloneal sambil beranjak bangun dari duduknya.
"I-Iblis ... Dosa?"
Di dalam mulut bertaring Iblis raksasa adalah sosok laki-laki lusuh yang perutnya tertusuk gigi sampai mati. Iblis itu kemudian memuntahkannya sampai jasad si laki-laki lusuh terlempar menyedihkan ke depan Renata. Tergeletak, dalam keadaan isi perutnya yang tak lagi utuh, laki-laki lusuh itu terlelap payah di mana nyawa sudah tak lagi melekat padanya.
"O-orang ini ...."
"Benar sekali. Dia adalah Michael, laki-laki yang katanya mengambil darahmu untuk membangkitkan Iblis Dosa. Sayang sekali karena dia sudah mati, sepertinya bawahanku harus mencari orang lain yang dapat menjalankan markas penelitian," jelas Moloneal santai sambil berjalan ke ujung ruangan, menuju ke lubang hitam yang sepertinya adalah portal teleportasi.
"Tidak akan kyu-biarkan kau kabur!" teriak Aisha keras-keras, gadis itu segera berlari kencang layaknya harimau betina yang ingin menerkam mangsa. Namun, lubang hitam lainnya mendadak muncul dan mengembalikan Aisha pada posisi awal. Itu adalah pengaruh dari sihir teleportasi yang membuat Aisha tidak mampu mendekati Moloneal meski jarak mereka sebenarnya cukup dekat.
"Sihir teleportasi. Jangan-jangan, orang itu--"
Jika Aisha tidak bisa mencapai Moloneal dengan kecepatannya, maka sihir jarak jauh milik Lalatina seharusnya bisa memberi pengaruh fatal. "Ere Clarista!" Angin kematian menerjang Moloneal dengan embusan dahsyat. Menghancurkan ruang makan sampai porak-poranda, segalanya menjadi hancur kecuali Moloneal yang tengah berdiri santai dengan senyum ramah di depan portal.
Di samping kanan Moloneal adalah sesosok makhluk hitam keunguan yang tidak memiliki kaki dan melayang-layang seperti arwah gentayangan. Moloneal kemudian berkata, "Sayang sekali karena markas penelitian sudah dihancurkan. Barangkali kita punya kesempatan lain untuk bertemu, mari mengobrol santai sambil menikmati makan malam lagi, Renata." Sosoknya kemudian diserap portal dan segera menghilang dari pandangan.
Moloneal telah melarikan diri, itulah fakta menyakitkan yang membuat Renata kesal sampai emosi murka berkumpul semua di tenggorokannya. Namun, masalah masihlah ada meski sosok bernama Moloneal sudah melarikan diri dari hadapannya.
Masalah itu adalah kemunculan Iblis Dosa yang ternyata masih mengamuk brutal karena belum dijinakkan. Pada punggungnya yang besar adalah tangan-tangan penuh cakar yang dapat memanjang dan memelar. Menghancurkan segalanya dengan banyak tangan yang dia punya, Iblis itu seperti definisi sejati akan bencana.
"Nona Rena!"
Meneriakkan namanya, Lalatina mengangkat tubuh Renata dan menyelamatkannya dari kematian. Andaikata dia tak diselamatkan, tangan penuh cakar itu sudah pasti akan mengoyak tubuhnya sampai kehilangan bentuk.
"Bagaimana ini, Lalatina? Di mana yang lainnya?" tanya Renata kelimpungan saat dirinya sedang dibawa melayang bersama Lalatina. Setelah mereka mendarat di atas tanah berpasir, akhirnya Renata bisa tahu kalau sekarang adalah malam hari ketika dirinya diselamatkan.
Tinggal di bawah tanah tanpa tahu adanya hari dan jam membuat persepsi Renata tentang waktu menjadi rusak. Dia tidak bisa mengingat tentang berapa lama dirinya yang terjebak di markas penelitian. Untungnya, Renata bisa melihat langit lagi dan pengetahuannya tentang waktu telah kembali.
Meski dia sama sekali tidak ingat sudah berapa lama tinggal di penjara sambil menerima siksa, setidaknya Renata sudah tidak lagi buta dengan waktu hari dan jam.
"Saya sebenarnya sama sekali tidak tahu tentang ke mana portal dari Nona Ursama akan membawa kami pergi. Sepertinya, ini adalah lokasi yang berbeda dari tempat yang disebut-sebut sebagai markas penelitian," jelas Lalatina tentang situasinya.
Di sekeliling mereka adalah padang pasir yang luas di mana embusan angin akan membuat mata mereka menjadi perih. Dari bawah lubang besar, ratusan tangan penuh cakar memelesat kencang dan menggeliat lincah. Menghancurkan semuanya secara acak dan mengobrak-abrik pasir sampai berterbangan, menutupi pandangan siapa saja.
"Clarista!"
Sihir angin Lalatina dengan baiknya menyingkirkan pasir berterbangan dan memperlihatkan sosok sejati Iblis Dosa. Wujud raksasa yang mungkin saja sejajar dengan Wastu delapan lantai, memiliki banyak tangan penuh cakar yang menggeliat menjijikkan di seluruh punggungnya, matanya merah menyala dan tangan utamanya sangatlah besar lagi berbahaya.
"I-inikah, inikah Iblis Dosa?" tanya Renata gemetar, berlutut tak kuat menahan rasa takutnya yang luar biasa. "Haruskah kita pergi dan meninggalkannya?" sambung gadis itu memberi saran.
Lalatina kemudian menjawab, "Saya ragu kalau kita bisa lolos dari kejaran Iblis Dosa. Meski wujud mereka adalah raksasa, kecepatan mereka sama sekali tidak bisa diremehkan. Hampir tidak ada celah bagi kita untuk melarikan diri."
"Satu-satunya jalan yang kita punya adalah kita harus mengalahkannya!" tukas seorang gadis bertelinga kucing, Aisha akhirnya menyusul dan turut berdiri di samping Lalatina.
"Dilihat dari wujudnya, Iblis ini sepertinya adalah Iblis Kemalasan," ujar Lalatina memberitahukan identitas dari Iblis raksasa di hadapan mereka.
"Apa pun jenisnya, bukankah ini kesempatan bagus untuk kita merenggangkan otot-otot yang mulai kaku? Memangnya kapan terakhir kali sejak diri-kyu serius dalam pertarungan? Benar-benar kenangan ...."
"Lagi pula, dia hanya sesosok makhluk besar tak berakal. Bukan hal yang sulit bagi kita untuk menga--"
"Tu-tunggu! Kalian berdua. Setidaknya ajak aku masuk ke dalam pembicaraan!" ketus Renata memarahi kedua pelayan itu saat sedang asyik membicarakan soal pertarungan. "Aku ada di sini dan jangan sesekali mengabaikan diriku! Beri aku perintah agar aku bisa berguna," sambung Renata yakin sambil menekan ulu hati dengan ibu jari.
"Ingin diajak masuk ke pembicaraan para pelayan, ini tidak seperti Nona Rena. Apakah kultyus sesat itu melakukan semacam cuci otak?" tanya Aisha meledek sikap Renata yang kekanak-kanakan.
Menanggapi itu, Renata dengan yakin menjawab, "Anggap saja kalau aku telah terlahir kembali!"
Catatan Penulis:
[1] Pengguna Roh: Adalah sebutan untuk seseorang dari ras manapun yang memiliki afinitas baik terhadap Roh Kuasi, Roh Madya, atau bahkan Roh Agung. Yang dimaksud dengan afinitas baik adalah mereka tidak akan merasa terintimidasi ketika berada di dekat Roh, bahkan mampu berkomunikasi secara lancar kepada Roh. Beberapa Pengguna Roh juga mampu berkomunikasi dengan Roh Kuasi yang tidak memiliki wujud. Sementara yang lain, mereka dapat memahami maksud Roh Kuasi dengan ikatan batin yang terjalin.
Pengguna Roh memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan Roh, apa pun wujud mereka. Pengguna Roh juga mampu meminjam kekuatan Roh Alam, terlepas dari terikat atau tidaknya mereka dengan kontrak. Kontrak Roh adalah jalinan keterikatan yang terjadi di antara Roh dengan seorang kontraktor sebagai bentuk kedekatan mereka. Berbeda dengan Kontrak Iblis yangmengharapkan hubungan saling memanfaatkan, Kontrak Roh dapat terjalin karena rasa percaya di antara kedua pihak.
> DOUBLE UPDATE!!!<
Spesial Cuti Idul Adha, silakan nikmati dua bab untuk kamu para pembaca setia ❤
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro