Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 17: Paus Memanggil Darah Suci

Meski sempat terjadi bentrok mengerikan di antara mereka, suasana rapat yang kondusif dengan beruntungnya dapat dilanjutkan. Setiap yang hadir dalam rapat mengesampingkan pendapat pribadi untuk dikatakan, mengutamakan keselamatan bagi setiap sosok yang mereka anggap berharga.

"Aku akan meninjau ulang rencana ini. Masih ingat dengan yang terjadi hari itu? Ketika wastu diserang oleh sekelompok Iblis, bahkan ada Iblis yang berhasil menginjakkan kakinya ke dalam wastu."

Raja Santo mulai membuka jalannya forum diskusi secara tertata. Menanggapi dirinya, seorang gadis kecil berambut hijau menjawab, "Ursami tahu betul karena bertanggung jawab atas masalah itu, faktanya. Jika ada Iblis yang mampu melewati batas perlindungan Kakakku, maka dia bukan Iblis biasa. Kupikir wajar saja jika Kultus Liberal menjadi otak dari semua kejadian itu, kurasa."

"Aku pun berpikir sama," sambung Raja Santo. Dia kembali menampilkan gestur serius pada wajahnya dan memangku dagu di atas punggung tangan. "Jika Kultus Liberal memang terlibat, kupikir akan lebih bagus untuk membuat mereka keluar."

"Penyerangan itu terjadi karena si gadis mesum mencoba membebaskan dirinya dari kutukan, kurasa. Persis setelah kakakku mengangkat kutukan dari tubuhnya, wastu ini menjadi gelap dan diselimuti kegelapan, faktanya. Sihir zect tingkat tinggi, jika digunakan oleh seseorang dari Kultus Liberal maka Ursami pikir itu wajar saja."

"Aku curiga kalau kemunculan anggota kultus sudah dimulai sejak Arthur menjalankan tugasnya ke balai kota," kata Raja Santo dalam ekspresi gelisah, memperkirakan awal mula dari masalah di kerajaannya.

Ursami kemudian membalas, "Tidak sedikit dari penduduk di kerajaan ini yang memiliki pemikiran kolot dan tergabung dengan Kaum Pembangkang, faktanya. Dengan memperlihatkan bocah itu kepada dunia luar, kemunculannya akan menjadi sasaran empuk bagi Kultus sehingga menarik mereka untuk keluar, kurasa."

"Beberapa dari mereka mungkin saja sudah muncul dan mendekati Arthur secara langsung. Memberikan semacam penawaran agar Arthur mau menyerahkan diri secara sukarela," jelas Raja Santo menimpali kalimat Ursami.

Semua penjelasan itu membuat Yang Mulia Ratu bertanya-tanya. "Penawaran?"

"Jika kau menyerahkan diri, kami akan membiarkan keluargamu tetap hidup. Atau, jika kau menyerahkan diri, aku akan membiarkan istrimu tetap hidup. Begitulah penawaran tak terduga yang mungkin saja kultus ajukan," jawab Raja Santo.

"La-lantas, bagaimana dengan Nona Renata?" Dia yang kali ini bertanya adalah seorang pelayan berambut perak, seorang gadis bernama Lalatina.

"Rencana awalnya, aku memang ingin memberangkatkan mereka berdua menuju Tanah Suci sebagai upaya perlindungan sembari menumpas kultus. Sayangnya, Arthur mendadak bermasalah dan keberangkatan mereka akhirnya dibatalkan. Tiga hari setelah Arthur melarikan diri dan menghilang, aku menerima laporan Scopus tentang lokasinya yang berada di Timur. Informasi itulah yang membuatku sengaja mengirimkan Renata menuju Tanah Suci, karena pergi ke sana sesungguhnya satu jalur dengan lokasi yang dikatakan Scopus. Aku juga meminimalisir daya tempur yang ada sehingga Renata dapat menjadi sasaran empuk Kultus Liberal."

"Dengan kata lain, kau ingin mengorbankan gadis setengah malaikat itu, faktanya." Ursami memberi tanggapan, menunjukkan fakta bahwa Raja Santo benar-benar ingin mengorbankan Lalatina untuk suksesi rencananya.

"Tidak, aku sama sekali tidak berniat untuk mengorbankan siapa pun," pungkasnya. Melihat ke arah Lalatina, Raja Santo kemudian menyambung, "Kau berhasil membunuh salah satu uskup, bukan? Aku cukup yakin dengan kekuatan tempur Lalatina, karena dia adalah yang terkuat dari seluruh pelayan di kediaman ini. Satu-satunya kesalahan yang dilakukan Lalatina adalah dia membuat dirinya terpisah dengan Renata. Andai Lalatina mengerahkan seluruh kemampuannya sampai titik darah penghabisan, kupikir Renata tidak akan terculik."

"Jika Nona Renata tidak terculik, maka saya mungkin saja akan mati karena memaksakan diri. Jika Nona Renata dibiarkan terculik, saya bisa meloloskan diri dan kembali pada wastu ini untuk menyusun ulang rencana. Karena, meski saya bisa melihatnya mati, saya tidak bisa memastikan kematiannya. Selain itu ...."

Penjelasan Lalatina terhenti, gadis itu menggigit bibirnya dan mendesis kesal dalam rasa amarah yang menggebu-gebu. "Ka-kami, kami sepertinya diserang oleh dua uskup agung dalam satu waktu. Ketika saya berpikir bahwa Nona Renata sudah memasuki hutan, hutan itu mendadak hilang. Kami seperti ditipu oleh penglihatan ilusi, aku salah karena telah membiarkan Nona Renata pergi sendiri."

Lalatina meninjau ulang situasinya, sementara Raja Santo hanya mengangguk paham. "Aku percaya jika Lalatina mampu menghabisi setidaknya dua atau tiga uskup sekaligus. Itu sudah sangat menguntungkan meski kau harus dikorbankan pada akhirnya. Namun, membiarkan Renata diculik juga tidak kalah menguntungkan. Karena dengan itu, kita bisa menghabiskan Kultus Liberal dalam sekali serang," jelas Raja Santo.

"Pemikiran itu sama sekali tidak realistis, faktanya. Memangnya, ada jaminan pasti jika kultus akan membiarkan gadis mesum itu tetap hidup? Namun, terlepas dari itu, bukankah kau sudah memikirkan antisipasi? Jika kau bisa memperkirakan bahwa gadis mesum itu akan diculik, seharusnya juga ada antisipasi yang sudah kau pikirkan, kurasa."

"Untuk antisipasi, aku meminta bantuan Aisha. Bisakah kau menjelaskannya kepada mereka, Aisha?"

Kali ini, seorang pelayan bertelinga kucing menjadi perhatian di ruang rapat. Setiap yang hadir langsung menaruh atensi padanya, menerima kalimat pertama yang diucapkannya dengan kesopanan.

"Atas permintaan dari Tuan-kyu, dengan segala keputusan dan kebijakannya, aku turut terlibat dalam rencana besar ini."

______________________

Pasangan suami istri yang sama-sama diposisikan dalam keadaan duduk diikat erat dengan belenggu. Di sekujur tubuh mereka adalah bekas luka siksa yang mengerikan dan menyakitkan. Suaminya, si laki-laki berambut pirang hanya duduk lemas dengan pasrah, setengah tak sadar dalam keadaan luka sayat serta luka bakar yang menghias tubuh kekarnya.

Di hadapan sang suami adalah sang istri yang juga terduduk dalam keadaan terikat. Dia memang masih mengenakan gaun merah yang kelihatan mewah, tetapi bekas luka dan kebusukan tertinggal jelas di pakaian mewah itu. Pipinya digores luka, jemarinya menerima banyak bekas sayatan, kakinya dihias luka tusukan, keadaannya benar-benar memprihatinkan.

Memandu jalannya penyiksaan adalah seorang laki-laki kotor berambut cokelat. Rambutnya gondrong sampai menutupi mata kirinya, mulutnya tersenyum lebar seperti kebahagiaan tak ada lawan.

"Baiklah! Aku akan mengulangi pertanyaannya~. Apakah Pelayan Setengah Malaikat yang bekerja di Wastu Santorini punya kelemahan tertentu?"

Tidak ada jawaban apa pun atas pertanyaan itu. Membuat si laki-laki penyiksa cemberut kesal, mengambil sebilah pisau untuk digunakan secara inovatif. "Karena tidak ada yang menjawab, maka sekarang adalah saatnya siksaan~. Aku beri kesempatan, siapa yang mau menerima siksa untuk dua orang? Jika seseorang menerima siksa dua kali lipat, maka seseorang yang lain tidak perlu menerima siksa~. Ini penawaran yang bagus untuk pasangan suami istri seperti kalian, bukan?"

"A-aku saja." Dia yang mengatakan itu adalah seorang gadis dalam kondisi kekeringan. Bibirnya kering, tenggorokannya kering, air matanya mengering, satu-satunya yang melembabkan tubuh gadis itu adalah bekas luka dan darah.

"Sungguh menakjubkan~. Seorang istri ingin melindungi suaminya dari penyiksaan, hatiku tidak henti-hentinya dipuaskan dalam penyiksaan ini~."

"Tidak, biar aku saja," pungkas seorang laki-laki pirang yang tengah terduduk dalam keadaan lemas. Meski tak sanggup lagi untuk mengangkat wajahnya, laki-laki pirang itu, Arthur tetap mengusahakan yang terbaik untuk melindungi istrinya.

"Aku saja!" balas istrinya, Renata yang juga ingin melindungi Arthur dari siksaan.

Semua tindak-tanduk mereka membuat laki-laki penyiksa tertawa hebat sampai terbahak-bahak. Dia yang disebut-sebut bernama Greedy berguling bahagia, menahan geli yang menggelitik perutnya. "Lucu, kumohon hentikan! Jangan buat perutku lebih sakit dari ini. Aku paham, aku paham, kok. Kalau kalian sampai berebut untuk disiksa, maka aku akan memberikannya pada kalian berdua~. Tentu saja dengan senang hati," ujarnya dengan senyum lebar penuh kegilaan.

Hampir saja pisau tajam itu menggores jemari Renata, pintu kusam yang menutupi ruang pengap ini terbuka. "Walah ... kau nampak bersenang-senang. Apakah informasi yang aku minta sudah berhasil kau dapatkan?" tanya seorang wanita cantik dengan rambut merah muda yang terurai lurus lagi lembut.

Greedy mengalihkan perhatiannya dari prosesi penyiksaan kepada wanita itu. Dia kemudian menjawab, "Tentu saja ... semua informasi yang dibutuhkan sudah berhasil aku dapatkan~."

"Kalau begitu baguslah. Aku harus segera membawa si Darah Suci kepada Paus. Untuk si laki-laki pirang, sebaiknya beri dia istirahat dulu. Kematiannya harus kita hindari, bukankah kau paham dengan poin it--"

"Ke-keparaaat ...." Seorang laki-laki pirang mendesis kesal, menatap benci dalam keadaan lemas. "Meski kami tidak mengatakan apa pun, bagaimana bisa kau mengetahui semuanya?"

"Ah~, wajar saja kalian tidak tahu karena aku memang tidak pernah memberitahukan apa pun. Baiklah~, aku akan jelaskan. Oto--"

"Otoritas Keserakahan, Greedy adalah ahlinya dalam memanipulasi ingatan seseorang. Baik itu menggalinya, menghilangkannya, atau mungkin mengubahnya, sebaiknya kalian jangan macam-macam dengan Otoritas Keserakahan," jelas wanita berambut merah muda, memotong bagian terkeren yang sudah dinanti-nanti oleh si penyiksa

"Bangs*t, seharusnya itu bagianku untuk memperkenalkan diri," umpatnya.

"Jangan kasar begitu, dong ... selain itu, sesuai permintaan Paus, aku akan membawa si Darah Suci. Mohon permisi ...."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro