Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 16: Rapat Besar Wastu Santorini

Di ruang rapat wastu yang begitu megah, para penghuni wastu telah berkumpul memenuhi panggilan Raja. Termasuk sosok penting yang hampir tidak pernah muncul dalam perkumpulan apa pun, sang adik berambut hijau yang mengenakan kostum penyihir--Roh Agung Ursami juga turut hadir dalam rapat ini.

Mereka semua termasuk Ursami duduk rapi, mengelilingi meja rapat yang melingkar besar dan memanjang lebar. Dikelilingi para gadis muda berseragam pelayan, mereka semua turut hadir dan berdiri, mengelilingi meja rapat yang dihormati.

"Senang sekali bisa melihatmu hadir di sini hari ini, Roh Agung Ursami. Sayangnya, apakah Roh Agung Ursama tidak bisa ikut menemani pembicaraan kita?" Dia yang menanyakan itu adalah sosok pemimpin bagi kerajaan, Raja Santo ke-13.

Bahkan sosoknya yang dihormati pun masih harus bicara dengan etika ketika bertemu Roh Agung Ursami. Karena bagaimanapun, Ursami adalah salah satu dari sekian kecil sosok tersohor yang ada di dunia ini. Terlepas dari penampilannya yang mungkin menggemaskan di mata beberapa orang, kenyataan tentang dirinya adalah hal besar.

"Keberadaan Ursami sudah lebih dari cukup untuk meninjau pembicaraan ini, kurasa. Lagi pula, Kakakku sebenarnya kurang ahli dalam hal memberi saran dan pandangan, faktanya. Biarlah Kakakku tetap menjaga keadaan wastu seperti biasanya, biarkan dia tetap tinggal di Ruang Ramu. Kurasa itu lebih baik adanya."

"Baiklah kalau begitu, aku berterima kasih karena kau sudah bersedia hadir bersama kami. Terlepas dari itu, aku mengumpulkan kalian semua di sini adalah untuk membicarakan hal penting," lanjut Raja mengumumkan topiknya sambil memangku dagu di atas punggung tangan.

Menanggapinya, dia yang mengajukan tanya adalah seorang laki-laki tua yang dipenuhi uban. "Jikalau saya boleh bertanya, hal penting apakah yang akan Yang Mulia bicarakan?" tanya sesosok laki-laki tua yang dikenal dengan nama Vincent.

Raja Santo kemudian menjawab, "Kultus Liberal. Mereka sepertinya juga terlibat dengan Kaum Pembangkang." Jawaban Raja yang dihiasi keseriusan sukses besar dalam membuat semuanya menelan ludah, melirik tajam, juga pasang telinga dalam-dalam.

"Ku-kultus Liberal? Ka-kau bercanda, ya?" gerutu Ursami kesal, melipat tangan mungilnya di dada.

Namun, pria tua dengan mahkota emas itu menggelengkan kepala. Dia kemudian segera tersenyum, seakan-akan kalimat pembukanya memang hanya berfungsi sebagai pembuka saja. "Untungnya, semua ini sepertinya sudah berjalan sesuai perhitunganku," kata Raja Santo.

"Pe-perhitungan? A-apa yang Tuan maksud?" Seorang pelayan berambut perak mendadak gelisah, dia sampai berdiri panik tatkala Raja menyambung kalimatnya. "Apakah tertangkapnya Nona Renata adalah kesengajaan yang Tuan rencanakan?"

"Kau tidak perlu gelisah seperti itu, Lalatina."

"Te-ternyata benar! Ke-kenapa Tu--"

"Tidak sopan jika kau membentak Tuan-kyu dalam pembicaraan penting seperti ini. Karena bagaimanapun, Tuan-kyu adalah Raja dan siapa pun tetap harus bersikap hormat padanya. Apalagi para pelayan seperti kita."

Seorang gadis pelayan bertelinga kucing memberi teguran, memotong kalimat Lalatina yang kelepasan di ruang rapat. Sosok pelayan berambut cokelat itu posisinya berdiri di belakang kursi Raja, bersama para pelayan lainnya yang juga tetap berdiri mengelilingi meja rapat.

Satu-satunya gadis berseragam pelayan yang dipersilakan duduk di meja rapat adalah Lalatina. Adapun orang lain selain Ursami dan Vincent, dia yang duduk di meja rapat adalah Yang Mulia Ratu dan seorang laki-laki berkacamata. Segera, Raja meminta laki-laki bermata empat itu untuk bicara.

"Scoups, bisakah kau menerangkan situasinya?"

"Baik, Yang Mulia Raja," jawab Scopus sopan, meletakkan telapak tangannya yang dibungkus sarung tangan hitam pada dada bidang. Dia kemudian lanjut berkata, "Sesuai perintah Yang Mulia, saya hanya mengawasi gerak-gerik Pangeran begitu dia kabur dari kediaman ini. Namun, Pangeran yang cermat sepertinya menyadari keberadaan saya yang mengikuti dirinya, dia kemudian menghilang tanpa jejak dari jangkauan saya."

"Apa hubungan itu dengan situasinya? Selain itu, kau terlihat sangat tidak sehat. Tubuhmu dipenuhi luka. Apa yang terjadi padamu, Scopus?" tanya Lalatina penasaran, khawatir saat melihat Scopus begitu pucat dan bajunya dipenuhi darah yang merembes basah.

"Saya hanya mengaktifkan sihir pelacakan dan ini merupakan efek sampingnya," jawab Scopus dihias senyum pahit, berusaha ikhlas atas keadaannya yang memprihatinkan.

"Pelacakan?"

Scopus kemudian menjawab, "Sebenarnya, saya tidak pernah benar-benar kehilangan Pangeran. Saya tetap bisa merasakan apa yang Pangeran rasakan, dan mungkin bisa memperkirakan di mana Pangeran berada. Semua itu jadi memungkinkan berkat sihir Yin [1] yang saya gunakan."

"Sihir ... Yin?"

"Saya membagikan sedikit dari benih sihir Yin yang saya miliki dan menanamkan benih itu di tubuh Pangeran. Sebagai gantinya, saya bisa memperkirakan lokasi yang mungkin saja ada Pangeran di sana. Sayangnya, sihir ini memiliki efek samping di mana saya jadi harus menerima luka serta rasa sakit yang Pangeran rasakan. Semua luka-luka di tubuh ini adalah buktinya."

"I-itu berarti kalau Arthur sedang terluka! Di mana dia berada? Kita harus secepatnya bertindak!" bentak seorang wanita pirang yang juga menggunakan mahkota keemasan, dialah seorang Ratu yang duduk di samping Raja.

Menanggapi rasa paniknya, Scopus segera menjawab kegelisahan Ratu dengan kalimat faktual. "Dari yang saya rasakan, Pangeran mungkin saja berada di timur. Sekitar tiga sampai empat hari perjalanan dengan kereta kuda, dia berada di sekitar perbatasan hutan Rivendell dengan Gurun Syahira."

"A-apa yang terjadi padanya? KE-KENAPA DIA BISA TERLUKA SAMPAI SEPERTI ITU! KENAPA KAU MEMBIARKAN ARTHUR DITANG--"

"Tenanglah, Misha. Semua ini adalah aku yang memerintahkan," ucap Raja Santo memotong kalimat istrinya yang histeris di tengah ruang rapat.

Kemudian, terjadilah perdebatan panas di antara keduanya. Dialog verbal yang ditekan emosi dari dalam dan ditimpa kenyataan dari luar, Yang Mulia Ratu tidak henti-hentinya merasa emosi sampai dia menarik jubah Raja dengan kasar. "Kupikir kau punya penjelasan untuk ini?"

"Aku sengaja melakukan ini semua untuk memancing mereka. Untuk memancing orang-orang sesat itu agar segera keluar supaya bisa segera dihancurkan," jelas Raja Santo mengenai rencananya.

Namun, Yang Mulia Ratu tetap saja tak terima. Dia menggebrak meja sampai telapaknya kemerahan, kemudian membentak Raja untuk yang kedua kalinya. "KAU MENJADIKAN PUTRAMU SENDIRI SEBAGAI UMPAN! APAKAH OTAKMU ITU MASIH WARAS?"

"Sudah kubilang, tenang dulu. Pembicaraan ini tidak akan berkembang jika kau hanya emosi dan berteriak. Terlebih lagi, aku bisa memastikan kalau Kultus Liberal tidak akan membunuh Arthur. Baik itu Arthur, baik itu Renata, aku yakin kalau mereka tidak akan gegabah sampai membunuh target mereka sendiri."

"BAGAIMANA BISA KAU BERPIKIR BEGITU! TIDAKKAH KAU MELIHAT LUKA-LUKA DI TUBUH SCOPUS YANG SAMPAI SEPERTI ITU! BISA-BISANYA ... BISA-BISANYA KAU--"

"ARTHUR MENYERAHKAN DIRINYA ATAS KEMAUAN DIA SENDIRI!" Raja Santo yang sudah tak tahan dengan emosinya berakhir membentak balik istrinya itu. Mereka saling bentak di hadapan para penghuni wastu sementara para pelayan berusaha sebisa mungkin untuk tidak melihatnya.

"DIA INGIN MELINDUNGI RENATA, DIA INGIN MEMBEBASKAN RENATA, DIA MENCINTAI RENATA, KARENA ITU DIA MENYERAHKAN DIRINYA! KAU MASIH BISA BILANG KALAU INI SEMUA ADALAH RENCANAKU? SESUAI DENGAN PERKIRAANKU? TIDAK BISAKAH KAU DIAM SEBENTAR AGAR PEMBICARAAN INI SEGERA MENCAPAI KESIMPULAN?"

Berteriak sekuat tenaga sampai berhenti sendiri karena kehabisan napas, Raja Santo nampak terengah-engah hingga dirinya terduduk lemas dipenuhi keringat. Dia yang suaranya sudah serak kemudian menyambung, "Jika ada sesuatu yang berjalan sesuai rencanaku, maka itu adalah aku yang berniat memastikannya dengan mengirim Renata menuju Tanah Suci."

"Saya tidak bisa mengabaikan pernyataan barusan." Seorang pelayan berambut perak angkat suara, berdiri dan melangkah, mendekati Raja dengan intimidasinya. "Dengan kata lain, Tuan sengaja mengirim kami ke Tanah Suci agar Nona Renata bisa tertangkap? Apakah Tuan mengerti tenta--"

"Aku tidak bisa membiarkan kelancangan ini terus berlanjut." Segera melindungi Raja Santo dari tatapan murka seorang gadis setengah malaikat, pelayan lainnya langsung pasang badan dan berdiri tepat melindungi Raja. Dia yang mengambil langkah berani untuk melindungi sang Raja adalah seorang pelayan bertelinga kucing. Saling beradu tatap dengan pelayan berambut perak, mereka berdua nampak geram seperti akan terjadi keributan selanjutnya.

"Minggir!" perintah Lalatina penuh emosi saat Aisha dengan tegas menghalangi langkahnya.

Namun, pelayan dengan rambut cokelat mengembang itu tak bergidik. Tetap berdiri penuh berani, menghalani Lalatina yang melangkah murka mendekati Raja. "Tuan-kyu punya pemikirannya sendiri untuk menyelesaikan masalah semua orang. Bukan hanya masalah tentang putranya, atau mungkin masalah tentang Nona Renata, Tuan-kyu juga harus menyelesaikan masalah tentang kerajaan ini. Karena itu, meskipun orang-orang menganggap bahwa tindakan Tuan-kyu adalah salah, meskipun aku sendiri menganggap bahwa tindakan Tuan-kyu telah menyimpang, aku akan memilih untuk tetap percaya padanya."

"Aisha. Aku sedang tidak main-main saat ini. Minggir atau ruangan ini akan aku buat tak berbentuk la--."

"Jika kau memang nekat melakukannya, maka Ursami tidak bisa tinggal diam, kurasa."

Menanggapi murka Lalatina yang sedang ditahan oleh Aisha, seorang gadis kecil berambut hijau turut angkat suara. "Menghancurkan wastu ini sama saja seperti kau mencari urusan dengan Ursami, faktanya. Ursami tidak akan membiarkan siapa pun membuat kegaduhan di wastu ini, kurasa."

"Lalatina, aku mengerti kalau kau sedang merasa gelisah memikirkan Renata. Namun, aku juga sedang gelisah memikirkan keadaan putraku. Karena itu, aku mohon agar kita bisa membicarakan ini baik-baik dan temukan keputusan terbaik. Bisakah aku mengharapkan itu untuk sekarang?" tutur Raja Santo penuh kelembutan, mencoba tenang setelah suasana panas yang memenuhi ruang rapat.

Lalatina kemudian menjawab, "Jika Nona Renata sampai kenapa-napa maka aku tidak akan tinggal diam. Sesuai kontrak, dunia tanpa adanya Nona Rena tidaklah aku inginkan."

"Aku pun sama. Dunia tanpa adanya cucuku yang terlahir, aku tidak menginginkannya. Mari kita bekerja sama dan temukan penyelesaian terbaik dari masalah ini," balas Raja menanggapi Lalatina yang juga sedang berusaha tenang.

Catatan Penulis:

[1] Sihir Yin: Adalah nama lain untuk mengistilahkan atribut sihir kegelapan. Sihir ini membuat penggunanya dapat memanipulasi bayangan, dan menjadi semakin kuat dengan adanya kegelapan. Meski begitu, sebagian besar fungsi dari skill ini bersifat pendukung. Seperti:

- Sihir Yin dapat dikembangkan menjadi sihir ruang yang memungkinkan penggunanya untuk menyimpan barang/senjata di ruang gaib.

- Sihir Yin sangat mendukung penggunanya dengan skill-skill untuk pelacakan dan pencarian.

- Sihir Yin dapat menimbulkan efek degedrasi bagi targetnya karena dapat melemahkan target sampai batas tertentu.

Baca Arthura Bab Seterusnya Tanpa Harus Menunggu Sampai Minggu Depan di karyakarsa.com/oaseism

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro