Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 1: Seorang Gadis yang Diberkati dengan Pengulangan

Dingin. Menusuknya dingin kian menggerogoti diri sampai membuat tulang terasa nyeri. Malam itu, tatkala salju berangsur-angsur turun sampai mengubur jalanan kota, tidak ada apa pun yang menghangatkan dirinya kecuali sehelai kain merah bata. Duduk di pinggiran kota dalam kesendirian, tidak memiliki tempat membuatnya harus melawan salju meski kedinginan.

Rasa lapar mahadahsyat kian mengobrak-abrik perutnya yang kurus memprihatinkan. Berdiri pun tak sanggup karena selain tidak punya tenaga, melawan dingin rasanya susah. Wanita itu sampai berpikir bahwa mati pun tak apa, dirinya sama sekali tak punya gambaran tentang bagaimana caranya hidup setelah salju reda.

Malam itu, ketika si wanita berambut hitam sedang sekarat dan merenggang nyawa, dia mempertanyakan satu hal dalam hatinya. "Sejak kapan hidupku mulai hancur berantakan?"

Aku Harus Segera Melahirkan Anak Pangeran Untuk Bertahan Hidup

Kelembutan ini. Kehangatan ini. Kenyamanan ini. Entah kenapa, rasanya tidak asing. Itulah yang terpikirkan oleh sang gadis berambut hitam tatkala dirinya terbangun dari tidur. Dia ambil posisi duduk, mendapati ranjang megah sedang menjadi alas tidurnya yang terasa nyaman.

Perasaan ini, suasana ini, aroma ini. Entah kenapa, rasanya tidak asing. Sang gadis beranjak berdiri, meraih cermin mewah dengan ukiran pahat emas yang menghias sisi lingkaran. Ia lihat wajahnya secara saksama, satu-satunya tanggapan yang keluar dari mulutnya adalah:

"Oh."

Dia ambil penjepit rambut, diikatnya rambut terurai itu sebagaimana biasa, kemudian melihat ke arah cermin sekali lagi. Kali ini dia menganga, terdiam membatu tatkala melihat wajahnya yang putih bersih masih terawat dengan baik.

Dia gebrak meja rias keras-keras, beberapa alat rias berjatuhan dan cermin sedikit bergetar. "A-APA, APA YANG SEBENARNYA TERJADI!"

Bersama dengan diteriakkannya kalimat bingung, pintu kayu dengan ukiran megahnya terbuka tipis. "Selamat pagi, Nona Rena. Air hangat untuk Anda mandi sudah siap."

Gadis yang dipanggil dengan nama Rena itu menoleh, melihat seorang wanita berseragam hitam putih dengan postur ala pelayan yang sempurna. "Lalatina?" tuturnya bertanya-tanya tatkala melihat seorang pelayan berambut perak datang ke kamarnya.

"Ada sesuatu yang ingin Anda sampaikan, Nona Ren--"

Belum diselesaikannya satu kalimat tanya, pelukan erat langsung menghampiri si pelayan berambut perak. Membuat Lalatina kebingungan, bersikap kaku ketika dirinya dipeluk seseorang yang notabenenya adalah majikan.

"Nona Rena?"

"Lalatina, berapa umurku sekarang?" tanya Rena bahagia sembari memeluk Lalatina erat-erat.

Pelayan berambut perak menjawab, "Saat musim dingin kemarin, umur Nona genap menginjak 18 tahun."

"Tolong beritahu aku kalau ini bukan mimpi!"

"Ah, rupanya soal itu. Pangeran Arthur akan pulang hari ini dan itu sama sekali bukan mimpi. Saya akan bantu Nona dalam berdandan, segeralah mandi untuk sekarang."

"Pangeran ... Arthur? Dia akan kembali hari ini? Kembali dari mana?"

"Apakah sesuatu terjadi pada Nona? Bukankah Nona sangat menanti-nanti kepulangan Pangeran Arthur yang mana dia adalah suami Anda?"

Sesuatu terbesit, tetapi Rena butuh waktu untuk mengerti. Gadis itu kemudian berkata, "A-ah, benar juga. Mungkin aku masih linglung karena baru terbangun dari mimpi buruk. Biarkan aku menenangkan diri selama 10 menit, boleh?"

"Jika itu yang Nona inginkan." Lalatina membungkukkan badan, kemudian meninggalkan Rena sendiri di dalam kamar.

Gadis berambut hitam itu untuk yang ketiga kalinya melihat cermin. Meraba-raba wajahnya mulai dari pipi, dahi, hidung, dagu, sampai tiba pada leher. Dilihatnya jemari lentik serta kuku bersih terawat, tangannya benar-benar mulus tanpa ada bekas kerja kasar. Semua pemandangan ini membuat Rena tiba pada satu kesimpulan.

"Wujud ini adalah diriku yang berusia 18 tahun. Tidak perlu diperdebatkan lagi, saat ini adalah 12 tahun lalu ketika aku masih berusia 18 tahun. Apakah aku kembali ke masa lalu? Atau mungkin, aku bangkit dari kematian? Tunggu, kematian?"

Gumamnya terhenti seketika ingatannya menampilkan sesuatu. Dirinya yang sendiri dan diterpa dingin, dilanda rasa lapar dan takdir miskin, Rena akhirnya ingat tentang sesuatu yang membuat dirinya mati.

"Waktu itu, saat aku sudah berusia sekitar 30 tahun, apakah aku akhirnya mati? Apakah aku akhirnya mati karena kelaparan dan kedinginan? Jika memang itu yang terjadi, maka hanya ada satu hal yang pasti. Saat ini, aku telah kembali dari kematian menuju masa lalu. Masa lalu ketika aku masih berusia 18 tahun!"

Berjalan bolak-balik mengitari ranjang pribadi, Rena terus-terusan berpikir dalam sendiri. Dia berusaha untuk mengerti, 10 menit yang ia punya didedikasikan untuk berpikir. Bagaimana tidak? Jika ini memang kembali dari kematian seperti yang dirinya duga, maka kehidupan ini bisa dibilang kesempatan kedua. Kehidupan baru yang memberinya kesempatan baru untuk memulai semuanya, mana mungkin Rena membuatnya sia-sia?

"Pertama-tama, mari kita tinjau ulang kehidupanku sejak dulu. Jauh sebelum aku berakhir mati dalam kesendirian, hidupku baik-baik saja sebenarnya. Pangeran Arthur dan aku telah dinikahkan sejak usia kami masih berusia 12 tahun. Kerajaan Santorini dan Watahabi ingin membangun hubungan diplomatik, karena itu mereka membuat perjodohan untuk menyatukan dua kerajaan. Aku yang berasal dari Kerajaan Watahabi, dan Pangeran Arthur yang berasal dari Kerajaan Santorini akan menjadi lambang persatuan. Itulah alasan kenapa pernikahan kami sangat dinanti-nanti."

Beranjak duduk karena lelah bolak-balik, Rena lanjut meninjau kehidupannya di atas kursi.

Pangeran Arthur kemudian masuk ke akademi sihir sesaat setelah kami dinikahkan. Sementara itu, aku tetap tinggal di wastu Keluarga Santorini untuk mempelajari tata krama sebagai seorang ratu sekaligus putri.

Sejauh ini tinjauan hidupku baik-baik saja. Lantas, sejak kapan semuanya mulai hancur? Jika memang ada awal dari kehancuran hidupku, maka itu adalah saat ketika aku dicap sebagai wanita yang tidak mampu mengandung anaknya Pangeran Arthur.

Sebenarnya, aku dan pangeran sudah pernah melakukan hubungan badan saat usia kami menginjak 21 tahun. Namun, aku tidak juga hamil sampai setahun kemudian. Bertahun-tahun lamanya aku tidak kunjung hamil, sampai keluarga Pangeran mulai menganggap kalau diriku memang tidak bisa hamil.

Suatu hari, saat Pangeran genap berusia 25 tahun, dia diutus untuk mengikuti perang besar melawan Wabah Iblis. Sayangnya, Pangeran gugur dalam pertarungan itu dan membuat statusku menjadi janda.

Aku yang tidak mampu melahirkan keturunan pangeran akhirnya dibenci, dibuang, dan dikembalikan pada Watahabi. Simbol persatuan dihapus, aku juga berakhir dibuang oleh keluargaku sendiri. Mereka menganggapku sebagai aib kerajaan dan mengasingkan diriku di kerajaan yang miskin. Ya, di kerajaan itulah aku melalui hari-hari sebagai orang miskin. Sampai berakhir wafat dalam kesendirian, aku telah melalui hari-hari yang begitu sulit.

Itu semua terjadi karena aku tidak mampu mengandung anak pangeran. Itu semua terjadi karena aku gagal sebagai seorang istri. Itu semua terjadi karena aku tidak mampu melahirkan anak pangeran.

Meski Pangeran akan mati pada akhirnya, jika ada keturunan yang bisa meneruskan takhta, maka lambang persatuan bisa terus dikibarkan. Benar, kuncinya ada di anak Pangeran. Aku hanya perlu membuatnya dan melahirkannya dengan segera!

Sudah diputuskan! Di kehidupanku yang baru saat ini, aku akan mempercepat rencana membuat keturunan!

"Tidak perlu menunggu sampai usia 21 tahun, aku akan memaksa Pangeran untuk melakukannya mulai sekarang! Karena itu, mari susun skenario kehidupan yang harus aku lalui mulai sekarang."

Ketika semangat Rena tengah menggebu-gebu, keinginannya untuk sedikit bersantai mendadak muncul. Gadis itu beranjak bangun, bergumam pelan sembari berjalan mendekati pintu.

"Sebelum itu, setelah sekian lama akhirnya aku bisa mandi dengan air hangat dan susu kambing! Mari kesampingkan dulu soal skenario kehidupan dan nikmati mandi pagi."

Manisnya Rena keluar kamar penuh semangat. Didapatinya Lalatina yang sedang menunggu di balik pintu, sosok cantiknya sebagai seorang pelayan secara tidak diketahui sedang menunggu Rena dalam diam.

"Lalatina, ternyata kau menungguku di sini sejak tadi?"

"Ya, sejujurnya saya merasa khawatir terhadap Nona, makanya saya menunggu. Meski saya tidak tahu apa yang ingin Anda lakukan bersama Pangeran dengan segera, saya akan pura-pura tidak mendengarnya."

Yang luar biasa adalah Lalatina dapat mengatakan semua itu dengan ekspresi datar. Wajah imut Rena merah padam, dia menjadi tak terkendali tatkala sadar kalau monolognya yang aneh didengar orang luar secara tak sengaja.

"Seharusnya kau diam saja jika ingin pura-pura tidak dengar!"

"Sudah saya duga, Nona Rena sedikit aneh pagi ini. Apakah Nona ingin saya antarkan menuju ruang Vincent?"

"Vincent?"

Mengingat-ingat sosok yang memiliki nama Vincent, Rena malah teringat dengan sosok lain yang menghuni wastu. Dia kemudian berkata, "Tidak, kupikir aku ingin bertemu dengan Ursama dan Ursami."

"Maaf, tetapi saya tidak memiliki kuasa untuk mengantarkan Nona ke ruangan Ursa bersaudara. Tidak ada siapa pun di kediaman ini yang mampu menemukan Ursa bersaudara kecuali Pangeran."

"Hmph! Jangan remehkan aku. Aku ini istrinya Pangeran Arthur, aku akan menemui mereka sebelum menyambut kepulangan suamiku."

Benar, jika ingatanku tidaklah salah, Ursa bersaudara mungkin saja bisa membantuku untuk menaklukkan Pangeran Arthur. Aku harus menemukan mereka sebagai langkah awal untuk memulai skenario hidup baru.

"Apa pun itu, Pangeran Arthur diperkirakan tiba siang ini. Jangan terlalu lama karena saya harus mendandani Nona."

Dengan begitu, rencana untuk mandi dengan air hangat telah berganti menjadi kunjungan mendadak.

Seorang Gadis yang Diberkati dengan Pengulangan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro