Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

87 • Samudra Sadar Dia Membuat Matahari Terus Memanasi Ikan dan Nelayan

Terumbu karang yang rusak itu lebih cepat pulih daripada yang diperkirakan lautan sendiri. Samudra tidak memerlukan tongkat pembantunya untuk berjalan, ia dibantu Aya—memegang lengannya yang kuat—dia Cahaya, tujuan yang dibuat benda-benda bersinar.

Aya melempar senyuman itu pada orang-orang di sekitarnya, lalu mendongak menatap Samudra yang lebih tinggi. Tersenyum manis—seperti dulu-dulu—seperti masa-masa itu—tidak pernah ada yang berubah dari senyuman itu bahkan tiga tahun lamanya. Namun Samudra sadar, senyuman itu begitu terasa memuakkan sekarang bila dirasakan.

"Makin manis aja kalian."

"Tahi kucing, Samudra beruntung banget dapet Aya."

"Orang kalo ganteng ya pasti pacarnya cantik, lah. Iri aja lu!"

"Semangat ujian nya ya kalian!"

Orang-orang selalu mendukung mereka, membuat mereka seperti pasangan paling manis, bahagia dan pujaan setiap orang yang melihat. Namun tanpa mereka tahu, racun itu sudah masuk pada diri lautan bahkan termakan oleh ikan di dasar sana. Semua pujaan mereka membuat rasa muak itu semakin besar. Racun itu sulit dihilangkan bahkan bila para nelayan menyaringnya dengan jaring mereka.

Terumbu karang tidak pernah tahu siapa yang salah, pabrik di batasan tepi pantai kah yang selalu membuang racun nya, lautan yang menerima semua racun itu dengan lapang dada atau ikan dan nelayan yang dengan bodoh masih berharap pada lautan?

Manusia benar-benar tolol hingga masih percaya bahwa lautan itu hal terindah yang pernah mereka lihat. "Jangan gangguin mereka lagi."

"Dasar, Pelacur!"

"Ternyata pelacur itu bukan cuman jual harga diri, tapi pengkhianat juga ya."

Hati laki-laki itu beneran teriris setiap mendengar semua kalimat amoral itu. Dia beneran enggak pernah menyangka bahwa mulut remaja bisa melukai hatinya sedalam ini. Ia rela jika dirinya yang dihina atau dipermalukan. Asal bukan orang lain yang tidak bisa ia bantu—yang tidak bisa ia tolong. Dia beneran cuman mau membantu.

Mengapa mereka tidak mengatainya saja sebagai cowok murahan, laki-laki gatal, dan tidak tahu diri. Akan tetapi yang terjadi, orang lain yang harus tersakiti atas kesalahan dirinya.

"Pelacur."

Dia bermimpi memukuli bibir-bibir itu sampai mereka meminta maaf pada orang yang mereka sakiti dengan bibir mereka yang sudah berdarah. Namun kepalan tangan itu yang hanya bisa Samudra lakukan, ia cinta Cahaya, ia sayang Aya bak rumahnya sendiri. Tempat kepiting kecil itu pulang di pasir pantai yang hangat.

Lautan menangis di hatinya, dia terlalu lemah bahkan bagi penyu yang harus melahirkan anak-anaknya.

"Makan dulu, Dra." Aya menyuapinya dengan sobekan roti stroberi miliknya. Samudra menerima. Aya tersenyum—lagi—matanya menyipit.

"Enak, enggak?"

Samudra mengangguk.

"Roti stroberi emang enak," katanya. "Eh, tapi bibir kamu lebih enak, sih." Kemudia tertawa geli. Seperti biasanya Aya.

Semilir angin menerpa leher, membuat kertas catatan fisika di tangannya terjatuh bersamaan dengan tawa yang terdengar, bukan cuman dari Cahaya namun dari semua orang di kelas. Kecuali satu perempuan yang duduk di antara kebisingan. Satu benda langit yang selalu sendirian di gugusan semesta.

...

Gemintang membawa gadis itu di punggungnya. Kelas ricuh saat itu juga—membuat hal ini menjadi kesempatan bagi teman-temannya untuk saling menukar jawaban.

"Kuda Nil kenapa lagi itu?"

"Cari perhatian mulu kerjaannya."

"Itu cewek beneran gatel banget."

Samudra gerah, ia ikut menyusul adiknya. Berjalan dari kursi belakang ke depan kelas dimana ia harus melewati kasihnya. Namun dia tidak ingin melihat sang kekasih, ia sudah tahu bagaimana raut wajah itu di pikirannya.

Tangannya tergenggam oleh tangan halus yang selalu bisa ia rasakan, Aya menahannya, menggelengkan kepalanya. Samudra dengan lembut melepaskan genggaman itu. Semua orang menyaksikan. Menyakiti hati sekali lagi.

"Kamu mau kemana, Samudra?" tanya guru yang mengawasi. "Duduk di kursi kamu, sudah ada guru yang mengantarkan mereka."

"Tapi saya ketua kelasnya pak." Samudra menjawab tegas. "Terimakasih pak, saya izin."

Cih, apa manusia masih menganggap lautan itu hal terindah yang pernah mereka lihat? Atau mereka masih menganggap bahwa suara ombak di sana masih menyejukkan pendengaran dan hati mereka? Mereka buta atau tolol, sih?

...

a.n

baru lima persen dari lautan yang bisa di jelajahi manusia, itu artinya manusia tidak pernah tahu seberapa dalam mereka bisa tahu semua hal tentang lautan.

btw, gimana kabar kalian? aku udah enggak sabar banget buat nyelesaiin ini cerita dengan konflik akhir yang beneran bikin aku capek banget buat ngetik, astaga.

salam,

planet pluto

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro