Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

28 • Bulan Yang Selalu Terlihat Indah Oleh Manusia

Mereka membantu Bulan. Untuk yang pertama kalinya setelah sekian lama--anak laki-laki. Mereka membeli jajanan kue yang Bulan buat, mereka membantu menjualnya sampai habis. Apa ini manfaat jadi cantik? Hidup terasa mudah. Dan apa mungkin juga Bulan akhirnya bisa mendapatkan Samudra?

Semua orang jadi baik padanya. Itu membuat Bulan bisa tersenyum sekarang, bukan hanya sebuah kepalsuan. Bulan senang. Ia ingin seperti ini terus, dilihat oleh semua orang. Terutama sang pangeran pujaannya itu. Ini semua 'kan demi dirinya.

"Keren 'kan gue Kuda Nil--eh maksudnya Bulan--? Siapa lagi yang bisa bikin jualan lu laku kayak gini?" Mario mengedipkan satu matanya. Ia telah membantu Bulan berkeliling menjajakan dagangan yang ia buat.

"Terimakasih," kata Bulan.

Kemudian hening. Mario tersenyum lebar. Bulan juga. Terpaku saling menatap, Mario masih tersenyum lebar sekali padahal Bulan sudah letih. Hingga akhirnya Mario juga tidak tahan. "Makasih doang?"

Bulan tidak mengerti.

"Haduh. Lu kok enggak peka, sih, Putri Bulan?" Mario kesal. Tidak jelas. "Tanya apa kek yang gue mau. Kayak tanya apa gue mau kue buatan lu secara gratis kek, atau apa gue mau dianter pulang, atau tanya apa gue mau dipijitin gitu. Apa gitu, enggak ada sama sekali?"

"Memangnya kamu mau apa?"

Mario tersenyum kembali sekarang. Mengerikan. Tertawa kencang. "Lu jadi pacar gue."

DUAR! Mario kenapa sih? Apa otaknya sudah dijual juga ke kelas sebelah barusan? Atau emang peredaran darahnya sedang kurang lancar? Bisa-bisanya hanya dengan membantu menjual kue ke kelas sebelah, dia meminta Bulan untuk jadi kekasihnya.

Langkahi dulu mayat Samudra--pangerannya!

Sebuah tangan menepuk kencang jidat Mario begitu saja. Mario kesakitan. Ternyata Gemintang--laki-laki sok tampan pujaan seluruh sekolah, kecuali dirinya dan Cahaya.

"Mimpi!"

"Lu ganggu aja, Tang!"

"Gue kasih tahu, ya." Gemintang merangkul Mario. "Lu sama Kuda Nil tuh enggak cocok. Sama-sama jomblo. Mau jadi apa anak kalian nanti? Jadi jomblo juga?"

"Tatang, dia bukan Kuda Nil lagi, Tang. Lu enggak lihat dia sekarang udah kaya artis sinetron di sinetron Korea?"

Gemintang memperhatikan dari ujung kaki sampai pucuk rambut Bulan. Detail. Dia mencibir. "Kayak gini dibilang kayak artis Korea? Cih. Bagi gue, dia tetep Kuda Nil. Aduh, lu gila kayaknya, Yo, kalau perempuan macam gini mau lu jadiin pacar." Gemintang memperhatikan Bulan sekali lagi. "Paling dia begini juga gara-gara cowok. Kalau enggak karena cowok, mana mungkin dia mau berubah jadi kayak gini?"

Sumpah demi apapun Bulan tiba-tiba saja merasa sesak. Oksigen seperti menghilang dari muka bumi, dihisap Gemintang seorang. Padahal Bulan berdiri di depan kelas--di luar--balkon. Tetapi mengapa mulut Gemintang ingin sekali Bulan tinju dengan tangannya yang sudah mengurus.

Bulan tidak boleh kalah, dia tidak mau kalah lagi seperti dahulu. "Kamu kenapa sih, Gemintang?! Kalau mau berantem, ayo! Aku enggak takut."

Pemuda itu meremehkan Bulan. Mendengkus. "Lo enggak denger gue bilang apa? Lo kayak gini cuman demi cowok 'kan? Perempuan-perempuan kayak lo tuh gampang ketebak, Kuda Nil. Mendambakan cinta dan kasih sayang, dan berharap dunia yang kejam ini bakal indah kalau ada seseorang di samping lo. Halah, tai kucing." Gemintang mengoceh terus. "Ngejar cowok kok sampai segitunya."

"Mulut lu jahat banget, Tatang." Mario memperingati.

Bulan mau menangis sekarang. Namun ia tahan. Semua yang dikatakan Gemintang benar, Bulan ingin cantik hanya untuk laki-laki pujaannya, agar laki-laki itu menyukainya--menerima perasaannya. Apa itu salah?

Samudra itu memotivasi Bulan agar berubah, agar jadi lebih baik. Memangnya salah? Sumpah demi Tuhan, mulut Gemintang itu lebih bocor daripada perempuan. Mengapa dia enggak pakai rok saja sekalian? Atau pembalut biar tidak bocor? Sialan sekali dirinya.

"Bisa enggak lo jauhin Bulan?" Samudra tiba-tiba datang dari belakang. Hembusan napasnya terasa. Bak seorang kekasih yang akan membela pasangannya.

Gemintang menaikkan satu alisnya. "Kenapa?"

"Lo bikin Bulan nangis tahu, nggak?"

"Kenyataannya memang begitu, kok."

"Kenyataan apa?"

"Kenapa enggak lo tanya aja sama Kuda Nil ini yang udah bikin semua cowok di sekolah mandangin dia sampai mampus?!" Gemintang mulai kesal. Berita itu memang benar rupanya, Gemintang dan Samudra tidak pernah akur meski mereka bersaudara--kembar. "Males gue nanggepin seorang pahlawan. Penjahat kayak gue bakal selalu salah di mata semua orang kalau lawan pahlawan!"

Gemintang pergi bersama Mario. Meninggalkan Bulan dan Samudra. Sebentar lagi waktu istirahat kedua akan selesai. Angin berhembus di leher Bulan, membuat dingin leher berairnya itu.

Sang Pangeran melihat keringat menetes dari mata Bulan. Ia segera menepuk pundak sang gadis, menenangkan.

Beginikah rasanya dibela oleh orang yang disayang, ya?

Samudra mengembuskan napasnya. Menatap mata gelap Bulan pertanda kemiskinan.

"Kamu enggak apa-apa?"

Seketika terdengar suara hati yang menangis.

...

a.n

Kalau kamu ketemu saya dijalan, saya persilahkan untuk tonjok muka saya karena updatenya yang lama sekali!

Salam,

Seorang Bajingan Yang Ingin Hidup Normal

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro