Rouran di Masa Lalu, un
"OH IYA GUA LUPA NGASIH PEDANG CHAKRA PEMBERIAN NYONYA TSUNADE KE MEREKA!"
Untungnya Yahiko belum telat, dia berhasil mengejar tim suruhannya untuk memberikan empat pedang chakra pada masing-masing orang.
"KALIAN BALIK HARUS LENGKAP SEMUA YA! DARI ANGGOTA TIM SAMPAI ANGGOTA TUBUH!"
"Iya leader cerewet~," sahut Sasori malas.
Sasori menghela nafas panjang, di misi ini dialah yang memimpin sedikit merepotkan tapi ini kesempatan membabukan seekor Klan Uchiha dan partnernya. Sasori tersenyum lebar. Kisame dan Itachi yang bisa melihat cengiran aneh Sasori malah menjadi takut dan suudzon, Nagato biasa saja, dia sudah tidak banyak protes masalah sifat 'gila' anggota organisasi.
Takutnya Sasori memanfaatkan posisi kapten di tim ini untuk hal yang tidak-tidak, misalnya nyuruh mereka ngambilin tutut di sawah. MISALNYA.
Sesampainya mereka di perbatasan wilayah Suna, Sasori meminta teman-temannya menggunakan jubah dan memakai tudungnya juga untuk melindungi diri dari debu pasir atau badai pasir yang akan datang.
Mereka berempat pun mulai menyusuri padang pasir, terus berjalan, meninggalkan jejak kaki, langkah mereka berhenti saat Nagato meminta. Sepertinya Nagato merasakan chakra lain yang berbeda.
"Hati-hati."
"Aku sudah bisa melihat reruntuhan menaranya."
"Mana?"
"Itu disana Itachi-san." Kisame menunjuk lurus ke depan.
"Oh ...." Sambil menganggukkan kepala, aslinya Itachi tidak terlalu bisa melihat dengan jelas apa yang ditunjuk Kisame, tapi kalau dia bilang beneran tidak kelihatan nanti diejek rabun sama Sasori, paling jahat Hidan pernah ngasihin kacamata hitam, katanya biar mirip aki-aki tukang pijit plus-plus.
"Ayo kita lanjut jalan, tetap waspada." Sasori memperingatkan rekan timnya.
Mereka berempat mulai berlari menuju Kota Rouran. Semakin dekat dengan kota itu semakin dekat juga mereka dengan target, chakra asing yang dia rasakan sekarang berada di dekat mereka, sepertinya dari atas menara.
Kemudian sebuah boneka besar menuju mereka dalam kecepatan tinggi, saat itu juga Sasori mengeluarkan dua gulungan besar bertuliskan "Ayah" dan "Ibu". Saat mengeluarkan gulungan tersebut Sasori baru sadar gulungan berisi boneka Sandaime Kazekage tertinggal di markas, hidupnya menjadi sial setelah mendapatkan jabatan ketua tim. Daripada menyesal dan merutuki kebodohannya sendiri Sasori memutuskan untuk tetap menggunakan boneka ayah dan ibunya untuk mengalahkan kugutsu aneh yang datang menyerang mereka.
Tanpa basa-basi Sasori mengincar benang yang menjadi pengendali kugutsu. Tanpa ada masalah kugutsu yang menyerang mereka secara membabi buta jatuh ke tanah batu berpasir.
"Semuanya baik-baik saja?" Tanya Sasori pada teman-temannya.
"Ya."
"Pedang chakra yang dikasih leader berguna juga," kata Itachi sambil memainkan pedang chakra yang ada di genggamannya.
"Bisa dibilang begitu," Nagato menyetujuinya, jarang-jarang mereka diberikan senjata gratis, biasanya dikasih perban gratis.
"Oi, kalian jangan santai, kugutsunya pasti masih ada, siap untuk menyerang," kata Sasori, dia sangat waspada, karena kugutsu miik Mukade ini berbeda dengan kugutsu miliknya dan boneka favoritnya malah tidak dia bawa, Deidara yang bisa menjadi penghancur instan tidak ikut dalam misi.
Keadaan ini membuat Sasori berpikir dengan keras, satu-satunya jalan untuk menghentikan kugutsu menyerang pasti dengan menyerang dalangnya, memutus tali penggerak atau menghancurkan kugutsu-nya sampai berkeping-keping.
Saat ini mereka berada di bagian depan Rouran--menurut Sasori. Mereka harus bertarung dengan kugutsu lawan dalam kondisi badai pasir.
"Nagato, bagaimana? Kamu bisa merasakan chakranya?"
Nagato melihat ke bawah lalu mengetuk kakinya ke lantai batu yang sekarang menjadi pijakannya. Tanpa kata Sasori sudah mengerti apa yang dimaksud Nagato, lalu dia menghela nafas.
Apa mereka akan berganti profesi jadi tukang gali kubur untuk menemukan Mukade?
Itachi menunjuk lurus ke depan, sepertinya Itachi menemukan sesuatu.
"Hei, disana tadi aku liat lubang besar mungkin kita bisa mencari Mukade dengan masuk ke lubang besar itu."
"Boleh juga. Yaudah ayo."
Saat mereka sedang berjalan menuju arah yang ditunjuk Itachi, mereka bertiga bisa mendengar suara misuh-misuh Sasori, sekelebat mereka mendengar nama "Deidara" diucapkan oleh si ahli kugutsu.
"Sas, kangen sama partner pirangmu itu?" tanya Kisame iseng.
Langkah kaki Sasori berhenti, lalu menengok ke Kisame dengan wajah masam. "Ngapain gua kangen sama tuh bocah peledak? Gua cuman kesel aja si duren busuk kagak masukin Dei ke tim ini, ngancurin kugutsu lebih gampang kalo ada dia."
"Ohh ...." Itu yang keluar dari mulut Kisame sembari menganggukkan kepala.
"Berhenti jadi tsundere Sas, gak cocok." Itachi bersabda.
"Gua gak tsundere."
Nagato hanya mendengarkan sembari menampilkan senyum maklum. "Sudah-sudah ... ayo kita turun ke bawah."
Mereka berempat loncat masuk ke dalam lubang itu, di dalam lubang itu ada sebuah menara, menara yang katanya menyimpan energi yang dimiliki Kota Rouran dahulu.
Menurut Hokage ke-5, kekuatan Ryumyaku ini sudah disegel oleh Hokage ke-4.
Sayangnya misi mereka tidak akan selesai dengan mudah, harus ada konflik agar kenistaan mereka makin seru dan makin nista. Sesuai dengan jalan cerita aslinya Mukade sudah sampai di segel Ryumyaku.
"Kita terlambat ...."
"Cih, kita selesaikan dengan cepat misi ini."
"Aku terima tantangannya."
"Semoga saja ini tidak berpengaruh saat melapor nanti."
Mukade menyerap segel ke dalam tubuhnya, berkat itu Ryumyaku kembali aktif dan muncul cahaya menyilaukan. Cahaya itu menyelimuti tim investigasi ini.
Saat Sasori membuka kedua matanya, dia mendengar sebuah nyanyian mellow, suara perempuan. Sasori masih belum percaya dengan apa yang sudah terjadi padanya, sekarang dia berbaring di atas rerumputan, sepertinya dia ada di ruang bawah tanah, langit-langitnya terbuat dari bata dan ada jendela kaca, tempat cahaya matahari masuk.
Sasori mengedipkan matanya beberapa kali, lalu dia mulai meneggakkan badannya. Cahaya yang muncul setelah Mukade menyerap segel itu telah membawanya entah kemana.
Sasori menengok ke kanan, kedua matanya terbelalak saat melihat seorang gadis berambut pirang, mengenakan gaun.
"Deidara?" Nama itu terucap dari mulutnya saat melihat gadis itu.
Nyanyian merdu terhenti, gadis itu terkejut dan menengok ke Sasori.
Gadis itu benar-benar mirip dengan Deidara terkecuali rambut pirangnya yang dibiarkan terurai panjang. Gadis itu melompat dari batu yang menjadi tempat duduknya dan pergi dari tempat itu.
Sasori tidak bergerak untuk mengejar si gadis, tubuhnya terlalu kaku dan dia masih terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Pintu ruang bawah tanah ini tertutup meninggalkan Sasori sendirian.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro