Menghabiskan Malam Hari Bersama
Setelah mendapatkan gaji, makan malam yang berupa bubur berubah menjadi makanan mewah, sekalian syukuran Itachi udah kembali sehat berkat cekokan obat dari Sasori. Itachi setelah itu sempat tak sadarkan diri dan setelah bangun dia merasa kembali sehat, sehat maksudnya bisa pake sharingan-nya lebih leluasa, mungkin Susano'o versi full bisa dia pakai.
"AKU BALIK ANAK-ANAKKUH! YANG KUCINTAH! YANG KUSAYANG BAK MALIKA!"
Pintu batu besar markas ditendang--engga, terbuka dan menampakkan ketua kesayangan mereka yang seperti jiplakan Naruto. Kedua tangan penuh dengan makanan yang dia beli saat masih di Desa Konoha beserta bahan-bahan mentah untuk besok sarapan.
Anggota Akatsuki yang lagi kumpul di ruang keluarga kecuali Deidara yang masih tidur di kamar, langsung menengok ke sumber suara.
HIdan duluan menghampiri Yahiko, dia melihat Yahiko bawa banyak makanan, hidungnya menghirup aroma sedap dari makanan yang masih hangat. Kakuzu langsung nagih uang gajian, Yahiko memasang senyum lebar dan memberikan selembar duit pada Kakuzu, detik selanjutnya jantung Yahiko hampir diambil Kakuzu dan jangan lupa Kakuzu masih dendam tiba-tiba di-rasengan Yahiko saat dia ada di Desa Konoha tadi.
Yahiko yang sudah sedikit babak belur memberikan semua belanjaannya pada Konan dan Kisame, membiarkan dua orang waras menata makan yang dia beli ke meja dan menaruh bahan mentah ke kulkas.
Tunggu, di goa tengah hutan ada listrik?
Anggap aja ada, anggap aja mereka pake PLTA, oke?
Yahiko menepuk pundak Sasori. "Panggil Deidara gih, kita mau makan malem, kamu juga harus ikut kumpul ya."
Sasori ngangguk aja, yang dia tangkep cuman membangunkan Deidara, nyuruh makan malam.
Saat jam dinding menunjukkan pukul 7:30 malam, itu tandanya WAKTU MAKAN MALAM!
Denah duduk mereka gini.
Konan Kakuzu Hidan Itachi Zetsu
Yahiko [ MEJA MAKAN ]
Nagato Sasori Deidara Kisame Tobi
Sasori bengong saat duduk di kursi, dia bingung, kenapa dia ikut duduk di sini? Dia udah tidak butuh makan dan minum, dia tetep duduk di sini juga karena saat mau angkat pantat dari kursi langsung disuruh duduk secara paksa oleh Nagato dengan alasan Yahiko ingin semuanya kumpul di meja makan. Konan pun memberikan secercah ide pada si boneka ken, menyarankan untuk suapin Deidara aja, dengan dalih Deidara masih setengah tidur.
"Mau makan apa aja?"
"Itu aja deh~ ... un." Deidara nunjuk sepiring yakiniku.
Kakuzu dan Hidan, mereka berdua ini tidak ada hari tanpa gelut dan Hidan sebagai pemancing pertama dilanjut dengan Kakuzu yang cepet naik darah.
Hidan dengan seenak jidat, menusuk telor rebus yang ada di piring Kakuzu menggunakan garpu. "GUA MAU TELOR BALADONYA!"
"PUNYA GUA ITU HIDAN! BISA AMBIL SENDIRI DI DEPAN JANGAN YANG GUA!"
Mereka berdua berakhir cakar-cakarran.
Obito udah seneng ngambil sosis dan ekor ikan goreng, jarang-jarang makanan mahal tersedia di depan mata, biasanya makan nasi aking, atau buah-buahan hasil metik dari taman Zetsu. Baru selesai ngambil lauk, sosis gede di piringnya hilang dari piringnya, usut punya usut Zetsu si pelaku pemalingan jatah sosis Obito.
"BALIKIN SOSIS GUA NYETH!"
"Udah ditelen, makasih."
"BANGKEEEE! BALIKIN SOSIS JATAH GUA ANYING!"
Zetsu membuka mulutnya. "Mau yang di dalem mulut ini balik ke piring lu?"
"JOROK ANJING! LAGI MAKAN INI!"
"SITU YANG MINTA BALIKIN!"
Kisame dan Itachi yang lebih kalem, mereka berdua berasa sedang dinner di restoran mahal, pokoknya berkelas sangat aura yang terpancar dari tim satu ini, Itachi bak punya asisten pribadi alias Kisame menawarkan diri untuk mengambilkan lauk dan nasi buat Itachi. Itachi tinggal tunjuk, Kisame ambilin.
"Mau sosis, ayam goreng, sama sayur ... mau sup tom yum juga."
"Ini ya Itachi-san."
Terakhir tiga anggota pendiri partai awan merah. Yahiko, Konan, dan Nagato.
Mereka bertiga keliatan senang sekali meja makannya ramai, udah lama banget tidak ramai seperti ini, terakhir makan bersama sampai ribut saat mereka masih bareng sama Jiraiya.
"Syukurlah, mereka semua menyukai makanannya." Yahiko.
"Kita kaya keluarga ya." Konan.
Nagato mengangguk, "Iya ...."
Tanpa sadar mata Nagato meneteskan air mata, Yahiko yang duduk dekat dengannya langsung sadar, lanjut Konan sadar saat Nagato menundukkan kepala.
"Kamu gapapa Nagato?" Konan.
"Iya, kamu nangis." Yahiko.
"Eh? Gapapa kok." Nagato langsung menghapus air matanya. "Maaf, aku nangis, padahal suasana sedang bahagia." Nagato tersenyum tipis. "Aku ... aku hanya terharu bisa makan bersama seperti ini ...."
Sisa anggota Akatsuki yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing berhenti sesaat dan menengok ke Nagato, persis kaya anak-anak yang penasaran ke kakak tertua dalam keluarga.
"Nagato kenapa kamu nangis?" Obito yang duluan mengeluarkan suara.
"Ya karena sedihlah bego!" Hidan menyahuti Obito sok tahu.
Obito berdiri dari kursinya. "YA GUA TAU ANJRIT KALO NAGATO NANGIS KARENA SEDIH!"
Itachi yang lagi asik motongin sosis pun bersabda, "Udah jangan berantem, di keluarga ini kamu cuman anak tiri, anak angkat Yahiko sama Konan."
Nagato menimpali, "Jangan ngomong begitu Itachi."
"Aku ga bisa bilang apa-apa, aku gatau apa-apa, tidak ada memori Pain di dalam otak ini." Yahiko megang kepalanya mengunakan kedua tangan.
"Ayo makan lagi anak-anak." Konan.
Sasori dan Deidara nampaknya asik sendiri, mereka seperti apa? Seperti seorang ibu yang nyuapin anaknya yang setengah tidur pas sahur, Kisame juga fokus sama makanannya, makanan mewah lebih menggoda daripada menyimak pertikaian antar anggota.
Obito langsung duduk lagi, mengambil semangkuk salad dan memakanannya dengan hati yang potek setelah mendengar pernyataan FAKTA Itachi. Obito masuk Akatsuki karena menggantikan Sasori, ya kan? Jadi bisa dibilang Obito itu anak tiri. Setetes air mata buaya turun dari mata Obito.
"Dibilangin fakta malah nangis," cibir Hidan.
"Hidan udah diem," suruh Kakuzu.
Hidan cemberut, tanda belum puas menghina Obito. Habis itu dia mulai makan, makan makanan di piringnya dengan raut wajah kesal, persis anak kecil yang dipaksa makan sama ibunya padahal engga mau.
"Kunyah Dei, jangan tidur."
Setelah mendapat titah seperti itu, mulut Deidara bergerak, mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.
Seketika Sasori dan Deidara jadi sorotan. Berasa dunia cuman milik berdua.
Tiba-tiba Yahiko terpikirkan sebuah topik obrolan. "Sasori, kalian cari bahan bikin obat ke mana?"
Sasori menengok ke Yahiko, raut wajahnya terlihat sangat melas, malas menceritakan juga. "Panjang ceritanya leader, males ngomonginnya, cuman pas nyari bahan tadi pemandangannya yang bagus," katanya sembari melirik Deidara.
Seketika yang mendengar itu langsung suudzon. Otak mereka otomatis terpikirkan buku novel kesukaan Kakashi.
Habis itu Yahiko langsung mengusap dada. "Astagfirulloh, tobat Sas."
Dasar om-om mesum, batin sisanya.
"APAAN SIH?! KALIAN MIKIR MESUM MULU!"
Hidan yang masih mengunyah makanan pun ngomong, "Ya siapwa yang engwa mikir mesum, lu emwang mesum."
Maksud perkataan Sasori itu merujuk ke God's Scar dan melihat Deidara yang jalan kesana kemari menikmati pemandangan di atas langit, bukan yang aneh-aneh.
"BERISIK LU SESAT! LU YANG MESUM! MAKAN MALEM GINI AJA LU TELANJANG DADA!" Sasori tidak terima dibilang mesum.
"BAJU GUA KOTOR! BILANG AJA LU IRI KAN SAMA GUA YANG SIKSPEK INI?!"
"Sixpack," koreksi Kakuzu.
"POKOKNYA ITU!"
"OGAH BANGET IRI SAMA BADAN PANUAN GITU!"
"NGAJAK RIBUT LU SAS?!"
"Itachi-san mau nambah lagi?"
"Mau, ambilin ramen Ichiraku, jangan lupa sama topingnya juga."
"ZETSU JATAH GUA ANYING!"
"Dih, ini emang jatah gua, bukan jatah elu."
"Enak juga ... chikuwa-nya ... un." Deidara sudah sadar dan mulai makan sendiri.
Konan sibuk melahap ramen, sesekali iseng menyuapi Yahiko toping ramen miliknya. Nagato hanya tersenyum melihat 'adik-adik'nya yang tingkahnya diluar nalar, sangat berisik, Nagato berharap hidup penuh canda tawa ini selamanya, ramai, walaupun mereka tidak memiliki ikatan darah, ikatan mereka lebih kuat dari itu, seperti keluarga.
Mereka sudah menjadi keluarga kan?
Mereka sudah menghabiskan waktu lama bersama, dan Yahiko sebagai pemimpin.
Akatsuki adalah keluarga baru Nagato.
Nagato tidak bisa mengelak jika dia tidak rindu dengan kedua orang tuanya, namun mungkin karena itu dia bisa menemukan tempat yang baru, yang menerimanya, tempat yang begitu hangat tanpa rekayasa, tempat yang bukan mimpi belaka, begitu hangat, begitu nyaman, dan membuatnya terus berharap mereka bisa terus bersama, menghabiskan waktu bersama, selamanya.
Nagato menyebutnya tempat untuk pulang, sekarang tempat inilah yang menjadi tempat untuk pulang baginya.
Nagato tersenyum. "Terima kasih," bisiknya.
"Jadi kalau ada seseorang yang memikirkanmu, itu adalah tempatku untuk pulang?"
~We'll keep on with our ridiculous daily life~
END
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro