
Misi dari Sang Ratu
Di pagi yang suram, di sebuah manor paling suram, duduklah Earl Phantomhive dengan tatapan suram, ditemani iblisnya yang sangat suram *readers : "dari tadi suram terus"*.
"Ada apa dengan wajahmu Bocchan?" ucap Sebastian sambil meletakkan teh di meja kuno Ciel yang udah dimakan rayap.
Ya emang tampaknya mejanya masih bagus, tapi kalau dilihat kaki mejanya, udah jadi sarang rayap tuh.
"Emang wajahku kenapa?" tanya Ciel sambil meletakkan sebuah surat.
"Tidak Bocchan, wajahmu masih tamvan tapi imut seperti biasa, tapi masih kalah tamvan sama saya," ucap Sebastian sambil mengangkat kucingnya yang ntah dapet darimana. Sebastian juga sedikit menjauh dari Ciel.
"Najis dah, tamvanan juga muka gue dibandingin muka asli loe yang kayak iblis itu," ucap Ciel sambil mengangkat gelas teh.
"Lah, sayakan emang iblis Bocchan," kata Sebastian sambil memainkan kaki kucingnya.
"Oh iya, gw lupa, loekan iblis."
"Oh ya Bocchan, kulihat kau seperti banyak pikiran, apa ada masalah gerangan?"
"Jadi Sebastian, kita disuruh Ratu menyusup ke sekolah, namanya Akatsuki High School, itu sekolah asrama, katanya para guru di sana tukang mbunuh anak asrama terus dijadikan tumbal pas malem Jum'at Kliwon."
"Terus?"
"Kita disuruh nyelidiki itu bener apa tidak, kita disuruh nyamar jadi siswa di sana," ucap Ciel serius.
"APE?!! Ane jadi siswa?! Udah kagak pantes kale," ucap Sebastian kaget sambil tak sengaja melempar kucingnya ke luar jendela.
"Lah emang kagak pantes, pantesnya ente jadi penunggu sekolah di sana, biar tambah horor, hahaha," ucap Ciel sambil tertawa. Ciel tertawa? Amajing :v, rupanya dunia mau kiamat.
"Kau tidak bercandakan Bocchan?" ucap Sebastian dengan tampang yang sangat datar kaya triplek.
"Tentu saja tidak, tidak ada gunanya bercanda denganmu, dasar iblis," Ciel kembali ke sifat sok coolnya.
"Heh... daripada kita jadi siswa di sana mendingan saya menyelidiki kesana sendirian, sehari juga selesai."
"Tapi ane gak bisa ngebantah perintah Ratu, apalah daya karena daku adalah seorang anjing penjaga Ratu," ucap Ciel sambil sok mendramatisir suasana.
"Deh terserah Bocchan sajalah, kapan kita mulai bersekolah di sana?"
"Besok sudah bisa sih... Ratu udah ngedafterin kita sekolah di sana juga, tinggal berangkat aja," kata Ciel sambil meletakkan gelas tehnya.
"Oh... baiklah Bocchan, weh Bocchan, apa anda tau dimana kucing saya?" tanya Sebastian panik menyadari kucingnya sudah tak ada di tangannya.
"Ya nggaklah, tuh kucing haram kan ente yang bawa tiap hari, ya mana ane tau."
"Deh, dimana kucing tercayangku," ucap Sebastian dengan tampang melas.
Lalu Sebastian berjalan ke arah jendela dan melihat ke bawah. Tampak kucingnya udah is DEATH dan berlumuran darah.
"Kucingku... mati," Sebastian lemes seketika.
"Alah cuma kucing haram doang kok Sebastian, kita bisa cari yang halal kapan-kapan," kata Ciel sok nenangin. Padahal dalam hatinya 'Yes yes kucingnya is DEATH, gue bahagia sekali, terimakasih Tuhan telah membunuh tuh kucing'.
"Bocchan, tapi aku yang menculiknya dari pemilik yang tak bertanggung jawab, aku yang memberi makan dia, aku yang memberi minum dia, aku yang telah membesarkannya dengan penuh pengorbanan, dan kenapa sekarang dia mati sia sia," kata Sebastian dengan tampang kayak orang mo nangis.
"Eleh... kucingmu masih banyak juga, sudahlah, sekarang kita akan pergi ke tempat Undertaker."
"Baiklah Bocchan"
---
"Hyhyhy, aku sudah menduga kau akan datang Earl, aku akan memberikanmu info kalau kau mau memberiku senyuman terindahmu, atau berhasil membuatku tertawa," kata Undertaker.
"Cih... Sebastian"
"Silahkan anda keluar dahulu Bocchan," ucap Sebastian ngusir Ciel.
Ciel akhirnya keluar dari rumah Undertaker dan menunggu, di dalem rumah yang terkesan angker itu tinggal ada Sebastian dan Undertaker.
"Buat aku tertawa Tuan Pelayan."
"Ehmm... baiklah, siapa yang nantinya ngebunuh Ratu?"
"Ya gue lah," kata Undertaker pd.
"Salah...."
"Lalu siapa?"tanya Undertaker.
"Jawabannya kalau bukan ane ya ente."
"Lah, jawaban macam apa itu? Ulangi, sama sekali tidak lucu."
"Ya ya, aku punya tebakan, burung apa yang gak bisa terbang?" ucap Sebastian dengan pikiran ngeres.
"Penguin ma burung unta," ucap Undertaker ragu-ragu.
"Salah!"
"Lah apa?" tanya Undertaker kebingungan.
"Burung yang tidak bisa terbang itu anu-"
PLAKKK...
"Njer, dasar iblis mesum! Mesum boleh aja, tapi dipendam! Kalau bisa dibuang coeg! Bukan disebarin otak ngeres!" ucapan Sebastian dipotong oleh tamparan dan ceramah dari Undertaker yang terlebih dahulu membaca pikiran Sebastian. Sebastianpun mati di tempat *readers : "kalo Sebastian mati crita gak lanjut coeg", Naori : "sorry, ane salah ketik ndeng", readers : sweatdrop*. Ralat, membuat Sebastian jatoh di tempat.
"Sebastian!!! Ente ngapain aja di dalam nyet?! Kok lama amat?" tanya Ciel dari luar.
"Sebentar Bocchan!"
"Cepet coeg!"
"Ya ya bentar."
"Sebastian, kalo ente gak berhasil bikin ane ketawa, ane bunuh ente nanti!" ancam Undertaker yang udah megang deathscyte nya.
"Savar, savar, ok ane serius sekarang," ucap Sebastian dengan tampang ketakutan.
"Cepet!"
Sebastian mulai beraksi,"Ah Britania Raya memang hebat. Kenapa? Aku tak bisa toleransi dengamu! Terimakasih banyak."
"Hahahahyhyhyhyhahahahyhyhaha," Undertaker tertawa sambil guling-guling gaje sampe overdosis. Readers bingung? Sama saya juga bingung apa lucunya.
"Hoi aku masuk ya?!" tanya Ciel yang masih di depan.
"Ya Bocchan, silahkan masuk."
Ciel masuk lagi.
"Jadi Earl, akan kuberikan infonya mengenai mereka hyhyhy," kata Undertaker sambil duduk setelah adegan guling-guling nista tadi.
"Ya."
"Akatsuki hyhyhy, sebenarnya mereka memang seorang penjahat hyhyhy."
"Bagaimana tentang anak asrama yang dibunuh saat malam Jum'at itu?"
"Hyhyhy, itu belum sepenuhnya benar Earl, mereka menghilang hyhyhy."
"Jadi jasadnya tidak ditemukan dimana-mana?"
"Ya Earl, hanya itu yang bisa saya berikan hyhyhy."
"Cih baiklah, Sebastian, ayo pergi," kata Ciel sambil keluar rumah Undertaker. Nih bocah gak punya sopan santun ternyata, nggak bilang terimakasih malah langsung ngeloyor pergi.
"Baik Bocchan," kata Sebastian sambil menunduk lalu mengikuti Ciel.
Keesokan harinya
Pagi-pagi sekali mereka berdua bersiap. Mereka sudah memakai baju seragam Akatsuki High School.
"Sebastian, apa ini hanya perasaanku kalau seragam yang kita pakai mirip dengan seragam shinigami?"
"Tidak Bocchan, menurut saya juga begitu."
"Ah sudahlah, ayo berangkat."
Lalu mereka berdua berangkat dengan kereta kuda karena pada zaman itu gak ada motor sama mobil.
---
Sesampainya di sana, mereka melihat tiga sosok yang sudah tak asing lagi bagi mereka. Siapakah mereka? Tunggu di chapter berikutnya.
Ya minna, Naori is back *readers : "gak ada yang tanya"*. Untuk chapter nista ini Akatsuki belum muncul, mereka mungkin akan muncul chapter depan. Nantikan mereka ya. Sekian dan terimakasih udah membaca fic gaje ini, jangan lupa voments ya^^, Naori menunggu. Nantikan chapter berikutnya.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro