"Naya? Keluar sekarang, atau kau akan tahu sendiri akibatnya! Cepat keluar!" Suara pria itu melengking, membuat gadis di dalam sana mau tidak mau membuka pintu dan menatap ayahnya lesu.

"Ada apa? Aku ingin tidur, jangan ganggu." Saat pintu akan kembali tertutup, Anton mencegahnya.

"Kau mau diam begitu saja saat mereka bahagia di atas penderitaanmu? Lakukan yang seperti ayah lakukan. Tapi ingat, tangan manismu ini harus tetap bersih!" kata Anton sambil mengecup pelan tangan dan kening Naya.

"Bersenang-senanglah."

.

   Sudah sepuluh menit, Naya masih saja duduk di atas jok motornya. Tak lama pria jangkung datang menghampirinya.

"Ada apa?"

"Bisa minta tolong antarkan pulang?  Kakiku sakit."

   Pria di hadapan Naya seolah berpikir kemudian mengangguk begitu saja. Kejantanannya tak mungkin membuat ia harus bersikap acuh kepada gadis petakilan yang selalu mengejar-ngejarnya.

Sebentar lagi kita akan mulai, Sayang! celoteh Naya dalam hati.