Bab 25 { Final Decision }
Hembusan angin yang terasa dingin malam itu nampak mengibas lembut helaian rambut panjang seorang pria berseragam shinobi yang tengah duduk bertopang dagu seorang diri di salah satu bangku taman. Pandangannya yang tengah tertunduk samar-samar menunjukan pantulan isi hatinya yang terlihat kebingungan.
Fikirannya yang tengah benar-benar sibuk mencari jalan keluar dari masalah yang ia hadapi sekarang pun membuat seluruh indranya menjadi tumpul, hingga tak merasakan ada seseorang yang sudah duduk di sisinya.
"Hoy Neji!" Panggil sosok itu sembari menepuk pundak hingga ia menjengit kaget dan langsung menoleh, menatapnya dengan sorot kesal.
"Ada apa Naruto?" Tanyanya dengan nada yang begitu malas sembari mengusap wajahnya sendiri lalu bersandar pada bangku itu.
"Semua rekan juga anak buahmu sudah berkumpul di Ichiraku dan tengah menunggumu. Apa kau lupa dattebayo?"
Mendengar itu Neji yang memang benar-benar lupa akan acaranya sendiri pun menghela lalu menggeleng pelan, "Aku sudah menitipkan pesan pada salah satu anak buahku kalau aku tidak jadi pergi," Ucapnya membuat pria jingga itu mengernyit heran.
"Kenapa? Biasanya kau tidak akan melewatkan pesta apapunkan? Apalagi ini pesta keberhasilan misimu beberapa hari lalu dattebayo,"
"Aku sedang benar-benar pusing sekarang,"
"Dengan pekerjaan, dengan uang atau dengan cinta?"
"Aku pusing dengan segalanya,"
Naruto yang baru kali ini mendengar Neji mengeluh tentang masalahnya pun seketika merasa tertarik dan semakin mendekatinya, "Segalanya? Tumben, biasanya kau mampu menghandle semuanya dengan santai,"
"Yang membuatku pusing sebenarnya hanya satu tapi malah merembet ke segala hal setelah aku memikirkan sebab akibat hingga efek kelanjutannya," Ucapnya sembari memijat keningnya.
"Apa masalahmu dattebayo, coba ceritakan. Mungkin aku bisa membantu,"
Helaan napas pelan di hembuskan sang pria Hyuga begitu mendengar penawaran itu lalu kembali menundukan pandangannya, "Sakura ingin kembali padaku,"
"Apa! Bagaimana bisa itu terjadi dattebayo? Bukankah ia masih bersama Itachi-nii?"
"Mereka baru saja berpisah,"
"Ya ampun, kali ini apalagi alasannya?"
"Apa kau masih ingat dengan kecurigaanku pada Thoma?" Tanyanya membuat pria jingga itu segera mengangguk, "Apa yang ku fikirkan ternyata benar, Thoma bukanlah anak kandung mereka. Anak itu di temukan Suigetsu saat perjalanan kemari dan begitu Sakura mengetahui fakta itu ia langsung mengamuk,"
"Mattaku, Itachi-nii benar-benar telah melakukan kesalahan yang begitu fatal. Hati wanita mana yang tidak akan sakit dan panas mendengar kenyataan pahit itu coba? Jika saja Itachi-nii mau jujur sedari awal mungkin semua ini tidak akan terjadi dattebayoo," Ucapnya sembari mengacak-acak rambutnya.
"Hemm di tambah ia mengetahui rencana Itachi yang akan menikah lagi. Walau itu hanya sandiwara untuk membebaskan Sakura, tetap saja ia menganggapnya serius. Aku benar-benar sudah buntu, tidak tahu harus dengan cara apa untuk menyatukan mereka lagi,"
"Yare-yare, jadi kau tidak akan mengambil kesempatan emas ini?" Tanya Kakashi yang tiba-tiba muncul di belakang mereka dan langsung merangkul bahu keduanya.
Neji yang sangat tidak suka ada orang lain yang tiba-tiba nimbrung pembicaraannya pun segera menepis tangan pria perak itu lalu bersedekap, "Sejak kapan kau di situ Kakashi-sensei?" Tanyanya dengan nada yang terdengar cukup kesal.
"Heemm sejak kau melamun seperti orang linglung," Celetuknya membuat pria Hyuga itu menghela pelan sembari memalingkan wajahnya ke arah lain.
Saat ia akan bangkit berdiri pria perak itu tiba-tiba menahan bahunya lalu duduk di sisinya, "Kau mau kemana hmm? Ayo kita bicarakan masalah ini, aku pasti akan membantumu untuk berfikir,"
"Kau sudah dengar segalanya tadi jadi fikirkan saja solusinya,"
"Yare-yare, jadi kau benar-benar akan menyatukan mereka lagi? Sakura sekarang sudah merubah fikiran juga haluan hidupnya. Apa kau tidak akan mengambil kesempatan ini? Apa kau sudah tidak mencintainya lagi?" Celoteh Kakashi hingga membuat pria itu kembali memijat keningnya.
"Sakura belum merubah apapun tapi sedang merubahnya, Kakashi-sensei dan itu ia lakukan dalam kondisi hati juga fikiran yang tidak stabil. Kau pasti sudah sering melihat orang-orang yang memutuskan sesuatu dalam keadaan seperti ini akan berakhir seperti apa kan? Dan itulah yang sedang ku fikirkan sekarang,"
"Kalau begitu tunggu emosinya reda saja, gampangkan?"
"Sangat sulit menenangkan badai yang berkecamuk di hatinya Kakashi-sensei. Butuh waktu ..."
"Tidak butuh waktu lama jika kau yang bicara Neji," Selanya membuat pria Hyuga itu menoleh dengan sorot bingung, "Sakura baru saja berlari ke arahmu dan mengatakan semua masalahnya dengan begitu gamblang, itu berarti dia menganggapmu satu-satunya orang yang bisa ia percaya sekarang. Entah itu dalam hal perlindungan, entah itu sebagai tempat pelarian atau apapun itu pokoknya dia sekarang sangat mengandalkan dan berharap padamu. Jadi dia pasti mendengarkan apa yang kau katakan atau apa yang kau perintahkan,"
"Ibarat seseorang yang terjatuh di dalam jurang yang begitu gelap dattebayo, Sakura-Chan sudah mengulurkan tangannya padamu. Apa kau akan membiarkannya tenggelam di dalam kegelapan itu atau menariknya naik dan memberinya cahaya kehidupan baru?"
"Tapi Itachi ..."
"Yare-yare, dia sudah melepaskan Sakura jadi kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun lagi," Sela sang pria perak dengan nada yang mulai kesal.
"Hemm lalu Thoma, apa kalian punya saran bagaimana aku harus memperlakukan anak itu? Aku benar-benar tidak punya pengalaman mengurus anak sekecil itu,"
"Waktu akan membuatmu mengerti segalanya Neji. Jika kau benar-benar masih mencintai Sakura dan sudah siap mengambil tanggung jawab ini maka semuanya akan di mudahkan oleh kami-sama,"
Seolah mendapat pencerahan pria Hyuga itu nampak menganggukan-anggukan kepalanya lalu bangkit berdiri, "Aku akan berbicara dulu dengan Sakura. Lalu Kakashi-sensei bisakah kau membantuku?"
"Nee katakan saja,"
"Aku ingin meminta bantuan untuk menyelidiki Izumi," Ucapnya membuat kedua pria itu mngernyit bingung, "Izumi? Memangnya dia kenapa dattebayo?"
"Semua yang terjadi hari ini ku rasa sangat mencurigakan. Mulai dari Izumi yang tiba-tiba bisa berbicara hingga perubahan sikap Itachi yang begitu ... Ckk aku sudah benar-benar kehilangan kata-kata untuk mengambarkan bagaimana menyebalkannya dia sekarang,"
"Kalau begitu aku juga akan membantumu dattebayo,"
"Kalau kau mau tolong cari asal-usul Thoma, aku benar-benar ingin tahu siapa orang tuanya atau berasal dari keluarga mana ia berasal,"
"Aku mengerti dan aku akan segera mencari tahunya,"
"Nee terimakasih,"
"Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?"
"Aku akan memastikan keamanan Sakura dan membuatnya kembali bangkit sembari memperhatikan situasi di sekitar," Ucapnya membuat kedua pria itu reflek mengangkat jempolnya berbarengan.
Dengan cukup cepat pria itu pun berjalan pergi dari sana sembari melirik pada jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 12 malam. Begitu di persimpangan jalan Neji tiba-tiba terhenti saat mendengar suara tangisan seorang anak yang cukup ia kenal. Ia yang penasaran pun segera berlari menghampiri sumber suara yang semakin keras itu dan begitu terkejut saat melihat sosok Shikamaru tengah berjalan menuju gerbang desa, sembari menggendong Thoma yang terus meronta dan menangis dengan keras.
Ia yang merasa semuanya mulai tidak beres pun segera menghampiri pria Nara itu yang langsung menjengit kaget saat ia tiba-tiba melompat di hadapannya, "Ya ampun, Neji kau ..."
Belum sempat ia menyelesaikan pertanyaannya, pria Hyuga itu tiba-tiba mengambil Thoma dari gendongannya dan langsung menimangnya hingga akhirnya ia berhenti menangis.
"Neji aku ..."
Tatapan pria Hyuga itu yang begitu tajam membuat Shikamaru sontak tak berani melanjutkan perkataannya, dua anbu di sisinya juga terlihat langsung menundukan pandangannya.
"Kemana kalian akan membawanya?"
"Etto ... Rokudaime menyuruh kami mengembalikan Thoma pada Sakura atau Mebuki-sama, tapi mereka tidak bisa di ketemukan dimanapun jadi kami memutuskan untuk mengambil pilihan terakhir yaitu mengirimnya ke panti asuhan,"
"Panti asuhan? Apa kalian sudah tidak waras hah! Kalian bisa menitipkannya pada teman-teman Sakura atau padaku kalau dia tidak ada di sini. Apa kalian tidak berfikir sampai ke sana hah? Apa perintah Itachi lebih utama daripada keselamatan dan keamanan anak ini?"
"Aku sudah bilang padanya jangan seperti itu tapi ..."
"Haiisshh dia benar-benar cari mati, Shikamaru bawa barang-barang Sakura dan Thoma ke rumahku sekarang," Titahnya sembari berjalan pergi dari sana.
"Ke rumahmu?" Ulang pria Nara itu membuat Neji menoleh dengan kesal, "Aku baru mengasah senbonku, apa kupingmu mau ku korek dengan itu?"
"Ti ... Tidak, maksudku apa Hiyashi-sama tidak akan marah jika mereka tinggal bersamamu?"
"Itu urusanku, kau tidak perlu ikut campur dan tolong rahasiakan rencana kalian ini dari Sakura," Ucapnya membuat pria Nara itu mengangguk pelan lalu menatap kepergiannya.
Begitu tiba di base, para anbu yang tengah berjaga nampak langsung memfokuskan tatapannya pada Thoma yang terlihat meringkuk di gendongan pria Hyuga itu. Mereka sangat ingin bertanya kenapa dia membawa anak emas itu kemari, namun niatan mereka terhenti begitu melihat sorot matanya yang terlihat begitu kesal.
Sakura yang tengah terisak di ruang kerjanya seketika tersentak kaget begitu pintu ruangan itu terbuka. Perasaannya yang sedari tadi begitu tak karuan perlahan mereda begitu ia melihat Thoma ada di gendongan pria Hyuga itu. Dengan begitu berhati-hati Neji menyerahkan anak itu padanya agar tidak bangun lalu bergerak ke sisi lain untuk meletakan tasnya.
"Aito ..." Panggilnya sembari mengusap pipi anak itu dengan tatapan yang begitu lega, di iringi kecupan sebuah kecupan lembut pada keningnya hingga membuatnya hampir terbangun.
"Aito?" Ulang Neji yang baru saja kembali dan duduk di sisinya, membuat Sakura langsung menoleh sembari tersenyum tipis padanya, "Nee, mulai detik ini aku akan kembali memanggilnya Aito,"
"Kenapa? Bukankah ..."
"Thoma adalah nama yang di berikan oleh Itachi dan aku tidak ingin menyebut atau memakai apapun lagi yang berhubungan dengannya,"
"Jadi kau akan benar-benar melupakan dan meninggalkan Itachi?" Tanyanya membuat wanita itu langsung mengangguk pelan, "Haah Sakura apa kau tidak bisa berfikir bagaimana masa depan Tho ... Maksudku Aito jika ia tumbuh tanpa sosok seorang ayah di sisinya? Atau apa kau bisa membayangkan bagaimana cara melewati hari tanpa di temani orang yang begitu kau cintai?"
Mendengar pertanyaan itu Sakura nampak terdiam beberapa saat untuk berfikir sembari menatap lekat pada sang anak yang terlihat tengah tertidur dengan pulas di pangkuannya, "Aku sudah memikirkan segalanya sebelum mengambil keputusan sulit ini Neji. Aku tahu semuanya tidak akan mudah tapi aku akan terus mencoba semaksimal mungkin untuk tetap menjalani hariku seperti biasa agar Aito tidak merasa kesepian atau kurang kasih sayang,"
"Kenapa kau menjadi seperti ini Sakura? Itachi sangat mencintaimu, ia bahkan rela memberikan apapun hingga menyakiti dirinya sendiri agar kau selalu berada di sisinya. Apa kau tidak berfikir sampai ke sana?"
"Aku tahu Itachi sangat mencintaiku tapi semua itu tidak ada gunanya dalam keadaan sekarang,"
Sorot kesal kini terlukis jelas pada sorot mata pria Hyuga itu saat Sakura memalingkan wajahnya ke arah lain, "Jika kau khawatir pada jabatannya maka aku akan melengserkan Itachi sekarang juga," Ucapnya membuat wanita itu terbelalak kaget dan langsung kembali menatapnya dengan dalam.
"Apa yang kau katakan? Tolong jangan bicara asal Neji, jika ada yang mendengar ini akan menjadi masalah besar,"
"Aku tidak bicara asal Sakura, saat kita berpisah dulu aku telah berjanji untuk terus menjaga kebahagiaanmu dengan cara apapun. Jadi sekarang aku akan menepatinya," Ucapnya membuat manik emerald itu semakin lekat menatapnya.
"Kau yakin akan menepati janjimu?"
"Nee, katakan saja apa yang harus ku lakukan,"
Mendengar jawabannya yang penuh keyakinan, Sakura pun perlahan mengulurkan tangannya lalu menggenggam pria itu, "Kalau begitu tolong bantu aku melupakan dan menghapuskan perasaanku pada Itachi,"
"Perasaan cinta tidak bisa di hapus atau di lupakan Sakura,"
"Aku tahu, maka dari itu bantu aku untuk mengalihkan perasaan ini atau tolong bantu aku mencarikan tempat yang aman untuk tinggal,"
Neji nampak langsung terdiam saat di minta hal seperti itu. Tembok pertahanan di dalam hatinya juga terasa mulai retak hingga ia harus menghela untuk meredakan rasa sesak yang terasa bergemuruh di hatinya. Ia yang tidak mau semakin pusing dengan perdebatan di dalam kepalanya pun segera menggenggam balik tangan wanita itu, "Kalau begitu menikahlah denganku Sakura dan berjanjilah kau tidak akan pernah menolak setiap permintaan juga apa yang ku katakan. Aku akan membantumu untuk mengatasi segalanya,"
Manik emerald itu seketika terbelalak lebar begitu Neji mengatakan sesuatu yang terasa tidak asing pada telinga atau fikirannya itu. Dengan sebuah sunggingan senyuman tipis ia pun mengangguk pelan, "Nee, aku akan melakukan apapun demi dirimu,"
Perlahan pria Hyuga itu mengeluarkan secari kertas dokumen pernikahan di balik rompinya lalu menyerahkannya pada Sakura, "Tanda tangan, besok kita harus menghadap Hiyashi-sama,"
"Apa kita tidak akan menikah di kuil?"
"Tidak," Ucapnya sembari berjalan pergi dari sana, meninggalkan Sakura yang terlihat bingung dan begitu ingin ingin bertanya alasannya.
Neji yang merasa tidak enak pun terlihat berdiri di lorong sembari menyugar rambutnya lalu menghela pelan, "Kami-sama, tolong maafkan keputusanku kali ini. Aku tidak bisa melihat Sakura tenggelam dalam dukanya lagi, jadi aku akan mengambil pilihan yang sulit ini." Gumamnya.
******
Sorot dingin nan tajam Hiyashi di pintu gerbang kediaman klan Hyuga membuat Neji semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Sakura yang berada di belakang punggungnya. Tatapan para petinggi klan Hyuga yang tak kalah sinis di sisi Hiyashi juga membuat suasana di sana terasa semakin berat.
"Apa-apaan ini Neji? Kenapa kau lancang membawa dan memegang tangan istri dari Rokudaime-hokage? Apa kau ingin memulai peperangan?" Tanyanya dengan nada yang begitu dalam membuat Sakura semakin merasa cemas dan takut.
Perlahan pria Hyuga itu mengeluarkan dua buah kertas dari dalam tasnya, "Rokudaime sudah menceraikan Sakura dan menyerahkannya padaku, anda bisa memastikan sendiri apa ini asli atau palsu," Jawabnya sembari menyerahkan kertas-kertas itu.
Hiyashi yang tidak percaya dengan perkataannya pun segera membaca kedua kertas itu bersama para petinggi klan Hyuga yang lainnya lalu menatap pada wanita bersurai merah muda itu, "Jadi benar Rokudaime telah melepasmu dan menyuruh Neji menikahimu?"
"Nee Hiyashi-sama,"
Pria tua itu seketika mengernyitkan dahinya lalu berjalan mendekati Sakura. Saat Hiyashi mengangkat tangannya Sakura pun reflek memejamkan matanya sembari memalingkan wajahnya ke arah lain karena takut di pukul. Namun, dugaannya salah saat ia merasakan tangan Hiyashi mengusap kepalanya.
Begitu ia membuka mata Hiyashi nampak langsung tersenyum simpul lalu menepuk-nepuk bahu Neji beberapakali, "Selamat atas pernikahanmu, maaf aku hanya mengujimu tadi. Semoga kalian tetap berbahagia," Ucapnya yang membuat hati Sakura seketika merasa lega.
Dengan satu kedipan mata Sakura pun langsung membungkuk hormat bersama Neji di hadapan pria tua itu, "Terimakasih Hiyashi-sama,"
Tatapan Hiyashi kini beralih pada Aito yang sedari tadi terus menatapnya dengan sorot penasaran di gendongan Sakura sembari menghisap jempolnya. Ia yang merasa tertarik dengan anak itu pun nampak sedikit membungkuk di hadapannya, "Ohayo anak tampan, apa kau mau memperkenalkan diri pada ojiichan?"
Semua yang ada di sana seketika merasa gemas begitu anak itu menyembunyikan wajahnya pada bahu Sakura sembari beberapakali melirik pada pria tua itu, "Hey jangan bersembunyi, ayo perkenalkan dirimu," Ucap Neji sembari mengambil alih anak itu lalu mengulurkan tangannya yang terkepal hingga ia mendongak dengan tatapan bingung yang sangat imut.
"Namaku Aito, jiichan. Ayo pegang tangannya,"
Sebuah senyuman manis kini terlihat menghias wajah Aito yang langsung kembali menyembunyikan wajahnya di dada Neji, "Mattaku, sumimasen dia memang pemalu Hiyashi-sama,"
"Nee aku tahu dan itulah yang membuatnya jadi menggemaskan. Aito jika orang tuamu sibuk datanglah ke tempatku, kita akan bermain bersama. Boruto juga selalu datang di akhir pekan, kau pasti akan senang bermain dengannya," Ucapnya sembari mengelus kepala anak itu.
"Apa anda yakin mereka tidak akan bertengkar jika di satukan Hiyashi-sama?"
"Sakura tolong jangan panggil aku dengan embel-embel Sama, karena sekarang kau bagian dari keluarga kami. Panggil saja aku paman atau tousan nee?"
"Nee,"
"Sekarang beristirahatlah aku akan mempersiapkan acara makan malam untuk menyambut kedatanganmu dan A ... Ai ..."
"Aito paman," Sela Sakura membuatnya semakin tersenyum lebar.
"Nee Aito, maaf ingatanku mulai sedikit kurang sekarang. Sampai jumpa nanti malam nee," Ucapnya sembari mengelus kepala anak itu lagi lalu berjalan masuk terlebih dahulu.
Setelah mereka tidak ada di sana Neji tiba-tiba mengenggam lagi tangannya hingga ia sedikit terkejut dan langsung mendongak, menatapnya sembari tersenyum, "Ada apa?"
"Tidak, ayo masuk matahari mulai meninggi kasihan Aito," Ucapya membuat Sakura segera mengangguk.
Saat kakinya pertamakali melangkah masuk ke kediaman klan Hyuga, beberapa perasaan aneh di dalam hatinya tiba-tiba bangkit. Jantungnya juga terasa berdegup dengan kencang saat semilir angin menghantarkan aroma harum yang tak asing. Ketika ia tengah memperhatikan setiap sudut tempat itu, langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat sebuah patung naga kecil di sisi sebuah gapura taman.
Perlahan ia melepaskan genggaman tangan Neji yang terlihat tak mengerti dengan apa yang di lakukannya. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun pria itu membiarkan Sakura pergi dari sisinya sembari memperhatikannya. Begitu Sakura tiba di depan patung itu entah kenapa hatinya merasa tidak enak, dengan ragu ia pun menyentuhnya dan tiba-tiba sebuah ingatan muncul hingga kepalanya terasa sakit.
'Nejiii! Rupanya kau ada di sini shannaro, aku sudah mencarimu ke segala tempat tahu,' Teriak sebuah suara yang mirip dengannya hingga membuat Sakura langsung menoleh bingung, saat melihat sosok dirinya yang terlihat masih begitu muda berlari ke sisi patung naga dimana Neji yang juga terlihat seumuran dengannya berdiri sembari bersedekap dengan pandangan tertunduk.
'Neji, aku mendengar sensei memberimu misi pergi ke Kiri. Apa aku boleh ikut?' Celotehnya lagi namun pria itu malah menghela pelan.
'Tidak,'
Mendapat jawaban itu sontak Sakura yang masih muda itu cemberut dan langsung merangkul tangannya, 'Kenapa? Biasanya kau selalu membawaku kemanapun tanpa berfikir panjang,'
'Situasi sekarang berbeda Sakura dan lebih baik kita akhiri saja hubungan ini,' Ucapnya membuat sosok Sakua itu terbelalak kaget, 'Apa? Apa yang kau katakan shannaro!'
'Kau tahu persis apa maksud dari perkataanku Sakura jadi tolong jangan bertanya lagi,'
Saat sosok Neji itu akan berjalan pergi Sakura tiba-tiba menahan tangannya dengan tatapan berkaca-kaca, 'Aku bisa membatalkan perjodohanku dengan Itachi, jadi tolong jangan tinggalkan aku seperti ini,'
'Membatalkan perjodohan itu memang mudah Sakura tapi apa kau tahu apa yang akan terjadi setelahnya? Kedua klan bisa saja berperang, semua hubungan akan hancur dan lainnya. Aku memang tidak masalah jika kehormatanku lenyap karena aku hanyalah seorang bunke, tapi bagaimana dengan Hiyashi-sama? Beliau sudah seperti ayahku sendiri dan aku tidak ingin menyakiti hatinya karena egoku. Itachi juga sekarang sangat membutuhkanmu, hanya kau yang bisa mengangkatnya dari kegelapan Sakura,'
'Tapi ...'
'Itachi sangat mencintaimu, dia hanya akan mau kembali menjalani hidupnya jika bersamamu Sakura. Aku berjanji jika kau mau membantuku mengembalikan Itachi seperti dahulu maka aku akan melakukan apapun yang kau inginkan, aku juga berjanji akan selalu menjaga kebahagiaanmu dan menjadi orang pertama yang akan menangani orang-orang yang mencoba menyakitimu,' Ucapnya membuat sosok wanita itu menunduk lalu memeluknya dengan erat sembari terisak.
Saat Sakura mencoba berjalan mendekati mereka, bayangan itu tiba-tiba menghilang dan membuatnya reflek menatap ke segala arah membuat Neji yang ada di sisinya terkejut saat ia berjalan mundur dan menabrak tangannya yang tersilang pada Aito hingga ia menjengit lalu menoleh dengan tatapan berkaca-kaca.
"Ada apa? Kenapa kau menangis?" Tanya pria Hyuga itu sembari mengusap bekas air mata pada pipinya.
Dengan begitu gugup Sakura pun menyeka pipinya sendiri sembari menggeleng, "Tidak, aku hanya merasa sedikit pusing,"
"Mattaku, kenapa tidak bilang dari tadi. Ayo, segeralah beristirahat," Ucapnya sembari menuntun Sakura ke sebuah rumah sederhana yang terletak tak jauh dari taman itu.
Saat Sakura akan memasuki rumah itu, seorang wanita paruh baya nampak menghampiri mereka lalu menundukan kepalanya, "Konnichiwa Neji-san, Sakura-san. Saya di perintahkan oleh Hiyashi-sama untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah anda,"
"Tidak usah repot-repot bibi, aku bisa mengurusnya sendiri. Nee Neji?"
"Untuk saat ini sepertinya aku membutuhkanmu,"
"Ehh? Kenapa Neji?"
"Kau sedang tidak enak badan dan sangat butuh waktu untuk istirahat jadi kita bisa menitipkan Aito sehari saja padanya,"
"Tapi ..."
"Hiyashi-sama sudah mengirimnya kemari dan tidak baik jika kita menolaknya. Aku juga masih ada keperluan lain dan mungkin akan pulang larut jadi akan lebih baik bibi menemanimu sampai aku kembali," Jelasnya membuat Sakura mengangguk mengerti.
Perlahan Neji pun menyerahkan Aito pada sang wanita paruh baya yang langsung masuk ke dalam rumah mengikuti Sakura.
"Appaaa! Huwaaaa!" Suara panggilan yang terdengar cukup keras itu sontak membuat Neji berbalik dan mengernyit saat melihat Aito tiba-tiba menangis sembari mengulurkan tangannya.
"Mattaku," Gumamnya sembari berjalan pergi, namun mendengar tangisan anak itu yang semakin keras membuat Neji tidak tahan dan langsung kembali menggendong anak itu hingga sang bibi kebingungan.
"Ya ampun, berhentilah menangis atau Hiyashi-sama akan mengamuk," Ucapnya membuat Aito berhenti berteriak dan langsung menatapnya dengan berlingan air mata sembari sesegukan, "Kalau kau mau ikut bilang sedari tadi jangan menangis seperti ini, nanti orang-orang akan mengira aku mencubitmu,"
"Neji, biar aku yang urus Aito. Kau pergi saja,"
"Chotto, sekali lagi ku tanya. Aito apa kau ingin ikut denganku atau tidak? Kalau kau mau ikut pegang tanganku kalau tidak pindah ke ibumu," Tanyanya sembari mengangkat tangannya membuat Aito terdiam beberapa saat lalu mengulurkan tangan kecilnya, untuk menggenggam jari pria Hyuga itu.
"Kalau kau mau ikut jangan sekali-kali menangis nee dan jangan panggil aku appa karena .... uhh kau tidak akan mengerti jadi nanti saja ku jelaskannya,"
Melihat tingkah mereka yang cukup lucu Sakura nampak langsung tersenyum lalu berjalan mendekat, "Jadi kau akan membawa Aito? Apa tidak apa-apa?"
"Hemm tidak punya pilihan lain lagi, anak ini sepertinya butuh hiburan jadi aku akan membawanya. Aku pergi dulu nee," Ucapnya sembari memegang pucuk kepala Sakura lalu berjalan pergi dari sana.
*****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro