Bab 12 { Clarity }
Deburan ombak yang menenangkan, cahaya senja yang terasa hangat dan suara camar di sekelilingnya, membuat Itachi yang tengah berdiri di bibir pantai tersenyum simpul. Saat ia mengulurkan tangannya, percikan air laut seketika melompat pada telapaknya hingga ia terkekeh kecil.
"Itachi-kun!" Panggil sebuah suara yang terdengar begitu manis juga menghangatkan hati, membuat senyumannya semakin terkembang.
Saat ia berbalik seorang gadis bersurai kecoklatan tiba-tiba melompat dan menghamburkan pelukan padanya hingga hampir membuat pria itu terjatuh.
Tetes-tetes air mata kini jatuh pada pipinya saat ia membalas pelukan gadis itu. Perlahan gadis yang merupakan Izumi itu melepaskan pelukannya lalu menyetuh pipinya. Sunggingan senyuman kini terukir pada bibirnya saat melihat manik mata pria itu tiba-tiba berubah menjadi merah.
"Izumi, aku sangat merindukanmu," Ucapnya membuat gadis itu mengernyit.
Gadis itu tiba-tiba meninju bahunya lalu bersedekap dengan raut kesal, "Jika kau merindukanku lalu kenapa kau tidak kunjung menjemputku pulang hmm?"
"Aku belum menemukan lokasimu. Apa kau bisa memberiku petunjuk?"
Izumi tiba-tiba mematung mendapatkan pertanyaan itu lalu menggeleng pelan, "Jika aku memberitahumu, Kakak Junichi akan menyegel kemampuanku dan kita tidak bisa berkomunikasi lewat fikiran lagi,"
"Tapi ... "
Izumi yang tidak ingin membahasnya lebih lanjut pun, segera menuntunnya untuk duduk pada sebuah batu karang, "Bagaimana kabar Sakura-chan? Ia pasti sudah dewasa dan sangat cantik kan?" Celotehnya membuat sulung Uchiha itu menatapnya dengan penuh afeksi lalu tersenyum tipis.
"Hmm, ia sekarang baik-baik saja dan ... Dia juga lebih cantik darimu," Ledeknya sembari menjawil hidung gadis itu.
Izumi yang tak suka di perlakukan seperti itu pun segera menepisnya dengan wajah cemberut lalu menatapnya dengan tajam.
"Sakura-chan memang lebih cantik dariku tapi ... Kenapa raut wajahmu seperti itu saat mengatakannya? Apa kau tengah di landa masalah?" Ucapnya sembari menotol pipi tirus sulung Uchiha itu.
"Masalah adalah makananku sehari-hari,"
"Hmm apa kau tidak bisa menyelesaikannya?"
"Kau pernah bilang kalau aku bisa membereskan masalah apapun. Apa kini kau meragukanku?" Sambungnya membuat Izumi langsung menggulirkan matanya ke langit-langit senja yang semakin merah.
"Hmm, ya juga sih. Apa aku boleh tahu masalah apa yang membuat wajahmu berkerut seperti ini?"
Tanyanya sembari memperhatikan dengan teliti setiap inchi wajah sulung Uchiha itu.
"Menjadi rokudaime, kepala klan sekaligus .... Menjadi seorang suami itu bukan hal yang mudah. Apalagi di lakukan dalam satu waktu," Jawab Itachi sembari langsung memalingkan wajahnya, dengan sedikit tertunduk.
"Apa saudaraku berulah lagi?'
Sulung Uchiha itu kembali melirik pada Izumi lalu tersenyum tipis, "Jika Junichi tidak berulah akan sangat aneh kan?"
"Benar sih. Dia memang biang onar, tapi apa dia mengganggu Sakura-chan lagi?"
"Entahlah,"
Izumi yang mengerti dengan sikapnya yang tak ingin menjawab pun, perlahan memberanikan diri menggenggam tangannya, "Aku tahu kakak Junichi telah membuat kerusakan yang sangat parah di desa. Tapi aku mohon sebesar apapun kesalahannya. Tolong jangan habisi dia," Pinta Izumi dengan tatapan berkaca-kaca, sembari mengecup punggung tangannya lalu menyandarkan kepalanya pada bahu sulung Uchiha itu.
Itachi kini di landa kebimbangan besar. Tiang gantung untuk Junichi sudah ada di depan mata, tapi melihat Izumi memohon seperti ini membuat keyakinannya goyah.
Junichi merupakan satu-satunya saudara jauh Izumi yang tersisa setelah pembantaian itu. Gadis ini begitu menyayanginya dan masih terus mencoba meluruskan jalan Junichi dengan berbagai cara.
Itachi benar-benar khawatir jika gadis ini akan mengakhiri hidupnya, saat mendengar kabar kematian saudara kesayangannya itu.
"Itachi-kun, kau tahu setiap hari aku selalu membayangkan bagaimana wajah Sakura-chan saat ini. Aku sangat ingin bertemu dengannya. Tapi apakah ia juga akan senang bertemu denganku?" Tanyanya membuyarkan lamunan sulung Uchiha itu.
Sembari tersenyum simpul ia berkata, "Entah, mungkin akan seperti di masa lalu,"
"Hmm sepertinya menarik jika ia masih seperti dulu. Aku sangat ingin mendengar omelannya yang begitu manis," Celotehnya yang hanya di jawab anggukan pelan.
Bayangan Sakura saat mengomel tanpa henti sembari menghentakan kakinya, kembali terngiang. Gadis itu selalu saja merasa kesal saat bertemu dengan Izumi, ia juga selalu mengira jika Izumi akan merebut Itachi darinya.
Sikapnya yang unik dan tak pernah berubah itu merupakan alasan kuat kenapa Itachi masih berada di sisinya, walau gadis itu hampir saja mencelakakan nyawanya. Ia begitu jatuh hati pada segala tingkah juga pemikirannya yang tak biasa.
"Itachi-kun, apa aku boleh memanggilmu Anata sepeti Sakura-chan? Sekali saja," Pintanya dengan nada memohon, "Kali ini saja," Ucapnya lagi membuat Itachi segera menggeleng.
"Tidak,"
"Hmm kau benar-benar tidak asik,"
"Akhirnya kau menyadari sifat asliku," Ucapnya membuat gadis itu mendengus kesal, "Dari pada kau merengut seperti itu coba katakan diantara aku dan Sakura. Siapa yang paling kau sukai,,"
"Tentu aku menyukai semua tentang Sakura-chan. Ia sudah seperti adikku sendiri,"
"Oh ya? Coba katakan satu persatu alasannya,"
Izumi pun mulai membicarakan kebanggannya juga ketertarikannya pada setiap kemampuan juga sikap Sakura yang berbeda dari gadis lain. Hingga tiba-tiba ia terdiam dengan tatapan tertunduk.
"Izumi? Kenapa kau tiba-tiba diam? Apa kau merasakan chakra Junichi di sekitarmu?"
"Aku .... Aku tiba-tiba berfikir Jika .... Jika aku kembali ke Konoha bagaimana ya? Semua orang pasti sangat terkejut,"
"Itu sudah di pastikan. Gadis yang sudah lama di kabarkan mati, tiba-tiba muncul akan membuat seluruh warga geger. Aku sudah berjanji akan menjelaskan segalanya nanti pada daimyo juga tetua. Apa kau meragukan janjiku?"
Tiba-tiba Izumi menatapnya dengan sorot kesedihan yang tertahan sembari menggenggam kedua tangannya, "Tidak, bukan begitu. Aku hanya khawatir pada Sakura-chan,"
"Sakura?"
"Dia pasti akan sangat marah jika melihatku. Hubungan kalian juga baru terjalin lagi setelah sekian lama terpisahkan. Aku tidak ingin memperkeruhnya,"
"Izumi jangan lanjutkan lagi ucapanmu karena aku tahu kau ingin berkata apa,"
"Itachi-kun," Panggilnya sembari menyentuh dengan lembut pipi sulung Uchiha itu, "Siapa cinta pertamamu?"
Itachi seketika mematung saat mendengar pertanyaan itu. Karena tak mengerti kenapa Izumi tiba-tiba mengatakan hal yang begitu ia hindari selama ini.
"Aku tidak tahu,"
"Bohong, matamu menggambarkan Sakura-chan di sana," Ucapnya sembari tersenyum saat menatap lekat manik merahnya.
Gadis itu terlihat sangat terluka saat mengatakannya. Akan tetapi itulah kebenaran yang ia lihat, Sakura adalah cinta pertama Itachi dan mungkin akan menjadi cinta sejatinya. Karena walau mereka berulangkali terpisah dan terpecah, pada akhirnya mereka akan kembali bersama.
Sekalipun ia memiliki rencana untuk merebutnya. Izumi sadar itu usaha yang akan berujung sia-sia. Karena itu hanya akan melukai hatinya sendiri seperti sekarang.
Ia kini hanya akan berfokus menanti babak baru kehidupannya bersama Junichi. Ia sangat yakin mampu mengubah sosok Junichi menjadi pria yang lebih baik dan normal. Ia hanya butuh sedikit waktu, sembari berharap Sakura tak membocorkan lokasi Junichi menyembunyikan dirinya sampai ia selesai memperbaiki pria itu.
"Izumi ... Apa yang akan kau lakukan setelah bebas nanti?" Elaknya membuat gadis itu terbelalak kaget di tengah lamunannya.
"Uhmm tentu saja aku ingin menjelajah dan mencari seorang pria tampan,"
"Pria tampan itu banyak jenisnya. Katakan lebih detail biar aku yang mencarinya,"
Perkataan itu seketika membuatnya kembali mematung. Sepertinya Itachi tidak menyadari kalau Izumi mencintainya, hingga ia berani menawarkan hal seperti itu.
"Hey?" Panggil Itachi sembari menjentik-jentikan jarinya di hadapan wajah gadis itu.
"Oh ... Ia. Uhm benarkah?" Tanya Izumi dengan begitu menggebu, agar sulung Uchiha itu percaya jika ia tak menaruh perasaan lebih padanya.
"Tentu saja," Ucapnya sembari menepukan jemarinya pada kening Izumi membuat semburat kemerahan terlukis pada pipinya.
Izumi seketika berdiri lalu menunjuk sebuah pohon kelapa tak jauh dari mereka, "Aku ingin pria tampan yang setinggi itu. Aku juga pria yang berisik agar suasana tidak sepi seperti di kuburan,"
"Sepertinya aku tahu orang itu," Ucapnya sembari menepuk keningnya dengan keras, "Coba cari yang lain. Pria dengan ciri seperti itu sudah menikah,"
"Kalau begitu aku ingin pria yang tampan, tinggi, berisik dengan kulit eksotis,"
"Ada sih tapi pria itu pecinta hewan buas,"
"Nee, aku lebih suka yang seperti itu,"
"Baiklah, aku akan bicara dengannya nanti,"
Izumi pun tiba-tiba memeluk Itachi lagi untuk menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca, "Arigatou-nee,"
"Hmm,"
Walau Itachi yang ia peluk hanya pantulan bayangan, tetap saja rasanya begitu nyaman seperti memeluk sosok aslinya. Ia benar-benar merasa begitu terluka saat Itachi menawarkan pendamping hidup untuknya. Namun, demi menjaga hubungan Sakura dan Itachi ia harus menerimanya dengan lapang dada.
"Itachi-kun, aku harus segera kembali. Aku merasakan chakra kakak Junichi,"
"Pergilah, aku akan menghubungimu nanti," Ucapnya membuat gadis itu segera mengangguk.
Tiba-tiba sebuah cahaya putih terlihat berkilau di kakinya dan semakin menjalar ke atas, "Itachi-kun, kembalilah ke Konoha. Aku merasa Sakura-chan tengah berada dalam masalah besar,"
"Sakura aman di Konoha dan kini ..."
"Kau bisa membebaskanku dari kakak Junichi nanti. Tapi kini kau harus kembali pada Sakura-chan, benang ini akan putus jika kau tak kembali," selanya sembari menunjukan benang merah yang tiba-tiba terikat pada cincin pernikahan Itachi di jari kelingkingnya.
"Izumi ..." Panggilnya dengan raut yang begitu khawar karena tubuhnya semakin pudar secara perlahan, tidak seperti biasanya saat mereka berbicara melalui fikiran.
"Aku akan selalu menunggumu menjemputku Itachi-kun. Sekarang pulanglah, Sakura-chan membutuhkanmu," Ucapnya sembari menghapus bulir air mata yang jatuh pada pipinya, "Aku mencintaimu. Anata," sambungnya yang seketika membuat Itachi mematung tak percaya dengan apa yang ia dengar.
Sebuah kilau cahaya kini terasa semakin menyilaukan. Saat Itachi membuka matanya, Asuma nampak masih setia duduk di sisinya sembari mengepulkan asap rokok pada beberapa serangga di sana.
"Asuma-san," Panggilnya membuat pria paruh baya itu menoleh, "Oh gomen. Aku tidak melihatmu membuka mata tadi,"
Ia pun segera menyampirkan jubahnya pada sulung Uchiha itu karena cuaca semakin dingin, "Kau berhasil menghubungi Izumi?" Tanyanya sembari menyodorkan secangkir teh panas.
"Nee, ia masih belum memberitahuku lokasinya dan hanya mengatakan jika Sakura dalam bahaya,"
"Ini sudah terlalu lama. Kau tidak boleh sering-sering berkomunikasi dengan fikiran, itu akan membahayakan nyawamu,"
"Aku tahu dan ini ku pastikan yang terakhir. Karena Sakura sudah mulai mengingat segalanya, aku yakin dia bisa menuntunku pada Izumi,"
"Bagaimana jika daimyo membuka kedok Sakura duluan?"
"Aku sudah mengamankan posisi Sakura. Lalu bagaimana dengan para pemberontak yang kita kejar?"
"Itu," Ucapnya dengan begitu enteng sembari menunjuk puluhan orang yang sudah di ikat juga di jaga oleh para anbu.
Ia pun meminjat keningnya yang terasa sedikit pusing karena terlalu terbawa emosi saat berkomunikasi lewat fikiran dengan Izumi.
"Apa mereka semua sudah di bereskan?"
"Beberapa anbu sedang mengejar lima orang yang berhasil kabur rokudaime-sama," Jawab Konan yang tiba-tiba muncul, lalu menyodorkan segelas air padanya.
"Kenapa kau ada di sini?"
"Aku hanya ingin membantu,"
"Mattaku, Asuma-san. Aku harus ke Suna sekarang tolong katakan pada Kakashi untuk mengurus mereka," ucapnya sembari bangkit berdiri.
*********
Sementara itu di Konohagakure.
Ruang kerja Itachi nampak begitu berantakan, beberapa berkas juga dokumen nampak berserakan di lantai. Sakura yang sudah lama memeriksa semua berkas itu terlihat mulai kesal karena tak menemukan informasi apapun.
Ia hanya menemukan dokumen pernikahan, surat tugas, dokumen perceraian, data tentang dirinya yang tidak lengkap dan surat perintah daimyo yang tidak ia mengerti karena di tulis dengan bentuk simbol.
Netra meraldnya kini melirik pada jam yang masih menunjukan pukul dua sore. Ia pun segera merapikan kembali ruangan itu sebelum pergi menemui Kakashi untuk menanyakan beberapa dokumen penting yang mencantumkan namanya.
Saat ia baru saja menutup pintu rumah, tiba-tiba seorang anbu melompat di hadapannya dan segera menunduk hormat, "Sakura-sama, anda tidak di izinkan keluar dari rumah sebelum rokudaime-sama menyelesaikan misi. Mohon kembali masuk,"
"Aku memiliki urusan penting jadi minggir," Jawab Sakura sembari melewatinya. Namun tiba-tiba anbu lain ikut turun ke hadapannya dan langsung menyilangkan katananya, sembari mengatakan hal yang sama.
"Kalian tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti, shannaro. Kalian lihat ini!" Teriaknya sembari menunjuk pada kanzashi yang tersemat pada gelungan rambutnya, "Saat Itachi tidak ada aku yang memegang posisinya jadi minggir sebelum ku pecat kalian,"
Ucapannya yang begitu tegas, di iringi sebuah tatapan tajam. Membuat para anbu itu menatap satu sama lain lalu menghilang dari sana tanpa sepatah kata apapun.
Tak ingin membuang waktu lama Sakura pun memberanikan diri berlari diantara atap warga seperti dahulu. Ingatan yang samar-samar tentang kemampuannya sebagai kunoichi kini semakin jelas saat ia melakukannya secara langsung dan membuatnya semakin percaya diri.
Saat ia tiba di depan gedung hokage, dengan cepat ia melompat dari satu tembok ke tembok lain hingga tiba di depan jendela kantor hokage. Ketukannya yang cukup keras pada jendela membuat Kakashi tersentak kaget dan langsung memutar kursinya sembari tersenyum.
"Ada apa Sakura? Ah kau sudah bisa memanjat lagi?" Tanyanya dengan ekspresi terkejut yang tak meyakinkan.
"Jangan banyak bicara Kakashi-sensei, cepat buka jendelanya ada yang ingin ku tanyakan,"
Pria perak itu pun segera bangkit dengan malas, baru saja ia membuka jendela. Sakura tiba-tiba masuk dengan sekali lompat dan langsung duduk di kursi itu.
"Ada apa? Kemana para anbu yang menjagamu? Bukankah Itachi sudah memerintahkan mereka untuk menjagamu agar tetap di rumah?"
Brak!
Sakura yang tak ingin menjawab semua pertanyaan itu pun segera meletakan dengan kencang semua kertas juga dokumen yang ia bawa di meja, "Tolong jelaskan semua ini,"
Pria perak itu nampak melirik sepersekian detik lalu memalingkan wajahnya, "Hanya ...."
"Itachi tidak ada jadi jelaskan!" Selanya dengan nada yang cukup keras, membuat Kakashi terbelalak karena menyadari gadis itu semakin mirip dengan Tsunade.
"Percuma kau memaksa Kakashi berbicara karena dia tak tahu apa-apa, Mendokusaina," Ucap Shikamaru yang tiba-tiba masuk ke ruangan itu.
"Tapi namanya tertulis di setiap kertas ini, shannaro!"
Pria Nara itu dengan bermalas-malasan berjalan mendekat lalu membaca setiap kertas yang ia sodorkan, "Mendokusaina. Kakashi-sensei hanya di suruh tanda tangan, ia tidak ada sangkut pautnya dengan masalah Itachi-san," Jelasnya sembari berbalik lalu berjalan menuju sebuah rak buku di ujung ruangan.
"Selain Sai, aku lah yang mendamping Itachi-san dalam setiap kegiatan yang di lakukannya sebagai rokudaime. Jika dengan mengetahui segala rahasianya kau akan puas dan diam maka ikuti aku,"
Namun, saat ia akan menyentuh sebuah buku berwarna jingga yang sedikit menyembul di rak buku itu. Kakashi tiba-tiba menahan pergelangan tangannya.
"Shikamaru, apa yang kau lakukan?" Tanya pria perak itu dengan tatapan yang sangat tajam.
"Mendokusaina, tentu saja mengamankan Konoha dari dalam,"
"Shikamaru aku serius!" Bentaknya namun pria Nara itu hanya mengernyitkan alis, tak perduli pada gertakannya.
"Aku juga serius, rakun itu mengincar Sakura sekarang dan lebih aman jika ia mengetahui segalanya. Apa kau ingin kejadian di masa lalu kembali terulang?"
"Tunggu, apa maksud kalian?" Sela Sakura sembari dengan cepat mendekat pada mereka.
"Kau adalah anbu terbaik Sakura, di dalam kepalamu itu banyak informasi penting. Termasuk informasi rakun kampret yang bernama Junichi itu. Kau dulu membelot dari Konoha hanya karena bualan cinta darinya, sekarang kau harus tahu segalanya agar kesalahan di masa lalu tak terulang lagi,"
"Tuan Mendokusaina dan Nyonya Shannaro. Sebelum kalian masuk lebih dalam pada masalah ini, tolong fikirkan apa yang akan Itachi lakukan padaku jika rahasianya di bongkar paksa seperti ini,"
"Percayakan segalanya padaku Kakashi, kau kerjakan saja tugasmu itu. Jika tidak Itachi-san akan membakar buku mesummu," Ucapnya sembari menunjukan tumpukan kertas yang sudah menggunung di meja.
Pria perak itu pun menghela napas kesal sembari mendelik sebelum kembali ke mejanya. Saat Shikamaru menarik keluar buku jingga itu, rak bukunya tiba-tiba bergeser dan menampakan sebuah pintu besi yang sangat besar juga berwarna sehitam arang.
Cahaya keemasan seketika menyinari jalan setapak dari kaca di dalam ruangan itu. Jalan itu terlihat hanya bisa di lalu satu orang saja dan membuat Sakura bingung bagaimana ia harus melangkah. Shikamaru yang tak ingin membuang waktunya lebih banyak pun segera menggenggam tangannya.
"Jangan sampai terjatuh, ikuti langkahku dari belakang," Titahnya yang segera di jawab sebuah anggukan.
Pertama kali ia menapaki jalan itu memang terasa sangat licin hingga ia hampir tergelincir jika Shikamaru tak menahannya. Sisi kiri juga kanan jalan itu nampak sangat gelap, seperti sebuah jurang.
Aroma lavender mulai terendus saat mereka hampir mendekati sebuah pintu kayu berukuran sedang dengan lambang pohon oak.
Pria Nara itu pun segera mengetik sebuah kode yang berada di sisi pintu. Sakura kini memperhatikan dengan seksama ruangan bercat biru tua itu. Semua yang ada di dalam ruangan nampak begitu sederhana dan hanya di isi beberapa barang seperti meja, kursi, sofa dan rak buku saja.
"Santailah, aroma lavender yang kau cium ini adalah aroma theraphy, bukan aroma obat-obatan terlarang. Nah, sekarang duduklah dan katakan apa yang ingin kau ketahui,"
"Aku ingin tahu siapa diriku," Ucapnya sembari perlahan duduk di sofa.
Shikamaru pun segera mengambil beberapa dokumen pada rak buku itu lalu menaruhnya pada meja di hadapan Sakura secara berurutan, "Haruno-Sakura, anbu tercerdas konohagakure, istri sah dari Uchiha Itachi, dokter terbaik di konohagakure dan permaisuri klan Uchiha,"
Sakura segera membaca dokumen-dokumen itu dengan seksama dan benar saja apa yang di jelaskan oleh Shikamaru barusan.
Pria Nara yang sedang di landa rasa kantuk luar biasa itu pun nampak beberapa kali terantuk saat menunggu Sakura selesai membaca.
Emeraldnya kini berbinar saat membaca setiap prestasi yang di raihnya, "Aku ingin tahu tentang Itachi," ucapnya lagi namun Shikamaru nampak tak bergerak dari tempat duduknya.
"Apa yang ingin kau ketahui tentangnya, mendokusaina?"
"Tidak adakah dokumen tentangnya?" Tanya balik Sakura membuat pria Nara itu menatap malas padanya.
Ia pun menegakan posisi duduknya lalu mengetuk pelipisnya dengan telunjuk, "Semua informasi Itachi-san ada di kepalaku. Tidak ada dokumen ataupun surat yang bisa menjelskan siapa dia selain aku,"
"Kalau begitu apa kau bisa menjelaskan insiden pembantaian klan Uchiha? kenapa tousanku juga ia bunuh?" ucapnya yang membuat Shikamaru terbelalak kaget.
"Apa Junichi membangkitkan ingatan itu?" Tanyanya yang lagi-lagi di jawab anggukan.
"Dia tidak pernah membunuh ayahmu, Sakura. Tapi ayahmu lah yang mengorbankan diri agar iblis di dalam diri Itachi berhenti melakukan pembantaian,"
"Apa maksudmu?"
Shikamaru seketika tertunduk, ia pun memainkan jemarinya seolah bingung harus berkata apa. Hingga setelah beberapa saat berfikir akhirnya pria Nara itu yakin untuk menjelaskan segalanya.
"Saat ia telah siap mengayunkan katana-nya untuk membunuh kedua orang tuanya. Ayahmu datang untuk melindungi mereka. Katana yang seharusnya menebas Fugaku-sama malah mengenai ayahmu. Pria itu berfikir jika dengan mengorbankan diri maka Itachi akan sadar, akan tetapi usahanya sia-sia karena Fugaku-sama malah terus mendesaknya dan mengancam putra sulungnya itu,"
Sakura seketika merasakan sesak di dadanya, hatinya juga terasa sakit seolah bisa merasakan juga membayangkan kejadian itu. Shikamaru pun perlahan bangkit mengambil sebuah gulungan dengan bekas bercak darah yang sudah lama mengering.
Shikamaru pun mengatakan jika itu surat dari Fugaku yang terakhir kali ia berikan pada ayahnya.
****
Kizashi-san, kita sudah berteman sangat lama dan aku sangat bersyukur memiliki teman sepertimu. Aku berharap kau selalu bahagia juga ceria seperti biasa.
Kizashi-san, kau sudah menganggap Itachi dan Sasuke sebagai putramu sendiri. Aku pun menganggap Sakura sebagai putriku, Mikoto bahkan sangat bahagia dan tak sabar ingin menjadikannya menantu.
Tapi sepertinya momen itu tidak akan pernah tiba, karena kami berdua akan pergi cukup jauh. Aku mohon sebagai saudaramu tolong jaga Sasuke dan Itachi setelah kami pergi.
Kau tidak perlu khawatir, kami telah menandatangani surat pengangkatan Sakura sebagai menantu klan Uchiha dan permaisuri klan ini setelah Mikoto.
Semoga kalian selalu bahagia.
Uchiha-Fugaku.
****
"Shikamaru, aku ingin mendengar segalanya setelah ini juga hubunganku dengan Neji," Ucapnya dengan nada gemetar.
Shikamaru pun menghela napas, melepas keraguan juga beban berat di fikiran juga hatinya. Andai saja itu bukan ruangan pribadi Itachi ia bisa meredakan suasana yang menekannya itu dengan merokok.
"Sandaime-hokage menugaskan Tsunade-sama untuk memulihkan Itachi setelah pembantaian itu. Dengan harapan ia mau tetap berada di Konoha dan mendapat keadilannya. Akan tetapi Itachi-san menolak. Ia memilih membakar identitasnya dan pergi mengasingkan diri agar kehidupan kau dan Sasuke aman,"
"Lalu?"
"Seperti yang orang-orang ketahui, Itachi-san bergabung dengan anggota Akatsuki untuk melindungi Konoha dan menyelidiki Madara. Setelah perang besar kau dan Sasuke menjemput paksa Itachi-san atas perintah rahasia dari godaime yang tengah berada dalam pengaruh rakun itu,"
Sakura pun mengangkat sebelah tangannya membuat Shikamaru berhenti bicara, "Chotto, kenapa shisou di desak olehnya dan apa hubungannya dengan Itachi?"
"Rakun itu haus akan kekuasaan. Menjadi hokage bayangan saja tidak cukup apalagi ia memliki banyak selir. Maka dari itu ia mendesak Tsunade-sama agar memberikan posisinya dengan mengancam akan membeberkan masalah mendiang Dan-Kato yang pernah membunuh saudaranya dengan kejam," Jelasnya sembari menyodorkan sebuah map berisi kertas kasus Dan-Kato.
Sakura pun membaca dengan perlahan isi map itu sembari terus mendengarkan penjelasannya, "Jika rakun itu memimpin desa maka Konoha akan hancur hanya dalam waktu satu bulan, itu perkiraan kasar Shizune-san. Maka dari itu Tsunade-sama menurunkan misi rahasia membawa Itachi kembali sebagai pengganti posisinya, karena ia tahu tidak ada yang berani melawan Itachi-san," sambungnya membuat Sakura mulai mengangguk mengerti.
"Seingatku Itachi menolak posisi itu karena aku mencampakannya. Benar?"
"Ya dan ia baru menerima posisi itu setelah kematian Uchiha-Izumi, wanita yang sangat di sayanginya,"
"Uchiha-Izumi? Bukankah ia telah mati saat pembantaian klan Uchiha?"
"Tidak, Izumi adalah saudara dari Juncihi. Ia menyembunyikan Izumi setelah di lukai saat pembantaian itu dan kembali muncul untuk mendesak Itachi agar menolak posisi yang di berikan Tsunade-sama. Tapi pria itu tak mendengar dan membunuh Izumi di tempat sebelum membantai seluruh klan Isamu yang langsung mengibarkan bendera perang,"
"Bukankah saat pembantaian itu aku tengah bertunangan dengan Junichi?"
"Itu hanya ilusi yang ia buat. Dia memang mencintaimu, tapi dia tidak pernah berani mengajakmu untuk serius karena di dalam hatinya masih ada dendam pada Itachi,"
Sakura seketika tertunduk, meremas kedua tangannya sendiri hingga tak terasa kukunya yang panjang menggores kulitnya hingga berdarah, "Itachi pasti sangat terluka saat itu,"
"Ya, apalagi kau mengumumkan pertunanganmu dengan Neji. Itu membuat Itachi-san semakin tersiksa. Demi melupakanmu, setiap hari ia bekerja tanpa henti agar luka di dalam hatinya pulih. Rapi itu malah semakin memperburuk kesehatannya. Di tambah saat Junichi tertangkap sebuah fakta baru terkuak, kau adalah anggota anbu Akai Sora yang di pimpin oleh rakun itu. Anbu pengkhianat yang lebih kejam dan licik dari pada anbu root,"
"Apa!" Pekik Sakura tak percaya apa yang di dengarnya, "Lalu bagaimana lagi?"
"Semua anbu Akai Sora mendapat pengampunan Itachi-san dan di rekrut menjadi anbunya. Untuk menjaga kesetiaan mereka, Itachi memberi segel pada punggung mereka. Terkecuali dirimu, Itachi-san menghapus segala jejak kejahatanmu. Selain karena cintanya, ia juga tak ingin melihat ibumu bersedih," ucapnya membuat Sakura tak bisa menahan bulir air matanya.
Ia semakin bersalah, mengingat setiap pengorbanan juga apapun yang di lakukan Itachi hanya terus di balas oleh kecurigaan dan dendam darinya.
"Lalu kenapa ibuku sampai memohon agar aku menikah dengan Junichi? Dan kenapa Neji tiba-tiba meninggalkanku?"
"Perihal ibumu aku tidak tahu. Akan tetapi perihal Neji ia mengakhiri segalanya, karena ia sadar diri. Ia tak punya kuasa untuk menekan rakun itu yang terus mengancam akan membongkar segala pengkhianatanmu,"
"Jadi Neji mengakhiri hubungan denganku hanya untuk melindungiku?"
"Nee,"
"Shikamaru, apa aku pernah mengandung seorang anak?" Tanyanya membuat pria Nara itu terbelalak.
Ia kini memalingkan wajahnya, tak yakin akan selamat dari amukan Itachi jika ia mengatakan hal sensitif ini pada Sakura tanpa seizinnya.
"Uhmm itu ... Ya. Tapi kami baru mengetahuinya setelah kau di culik. Sakura bisa kau ganti topik? Aku merasa sabit malaikat kematian mengarah padaku sekarang,"
"Uhmm nee. Bisa kau katakan apa yang terjadi saat Neji membatalkan hubungannya denganku?"
"Hiyashi-sama sang murka mendengarnya. Rakyat juga menjadi heboh, tapi mereka bisa memakluminya berkat Kakashi yang menjelaskan dan menunjukan jika kau sudah di tunangkan dengan Itachi-san sejak kecil,"
"Lalu apa ada lagi yang terjadi?"
Shikamaru pun menundukan pandangannya, keraguan semakin terukir pada wajahnya. Ia pun perlahan berdiri memunggunginya, "Sesuatu yang sangat buruk juga menyakitkan lagi-lagi harus di telan oleh Itachi-san. Aku bahkan masih merasakan rasa sakit yang ia alami,"
"Shikamaru tolong katakan, aku mohon,"
Pria Nara itu kembali berbalik, menatapnya dengan raut kekecewaan yang begitu besar, "Saat pernikahanmu baru berjalan satu bulan. Kau menjalin hubungan lagi dengan Neji di belakang Itachi. Aku tidak tahu sampai sejauh mana hubungan kalian saat itu tapi melihat raut Itachi-san aku yakin kalian telah melangkah sangat jauh,"
Sakura seketika ternganga tak percaya dengan apa yang ia katakan, tubuhnya kini terasa dingin juga lemas. Air mata semakin turun deras pada pipinya, "Apa ..."
"Ya, Itachi-san menutupi segalanya termasuk padaku seperti dahulu. Seolah ia telah kehilangan rasa kepercayaannya pada orang lain. Ia sudah memutuskan akan menceraikanmu setelah peranh hari itu selesai. Namun, mendengar kau di culik hatinya kembali goyah. Ia mengenyahkan keputusannya itu dan kembali berpegang teguh akan janji pernikahannya. Aku juga baru tahu kemarin-kemarin," Sela Shikamaru sembari meninju dinding di sisinya, "Sebagai sahabatnya aku benar-benar merasa tak berguna. Aku telah gagal dalam segala hal, Itachi-san selalu menghiburku bahkan di saat terpuruknya tapi aku bahkan tidak bisa mengerti apa yang ada di dalam hatinya atau apa yang ia fikirkan," Sambungnya dengan nada gemetar, membuat Sakura tak bisa menahan tangisnya lagi.
*******
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro