Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 10 { Between Illusion and Reality }

Sengatan aroma anyir darah yang terasa menusuh hidung, membuat sang gadis musim semi perlahan kembali tersadar. Rasa dingin yang terasa berdesir pada punggungnya seketika membuatnya teringat akan Junichi yang beberapa saat lalu mencekiknya.

Saat ia terduduk dan mulai memperhatikan sekitar ruangan kamar yang tak asing itu. Manik emeraldnya seketika terbelalak begitu melihat bulan di luar jendela ruangan itu terlihat begitu merah seperti darah. Langit juga terlihat begitu pekat seperti terbakar.

Suara isakan seorang anak kecil kembali membuatnya terkejut. Ia pun buru-buru keluar dari ruangan itu dan kembali di buat terkejut saat menuruni tangga, karena melihat sosok dirinya yang masih kecil tengah bersembunyi di balik tembok pembatas ruang tamu dan tangga, sembari terisak ketakutan.

Melihat gelagatnya yang tak bergerak sedikitpun, Sakura pun memberanikan diri mengintip ke ruang tamu itu. Sang gadis musim semi seketika terbeliak melihat sosok Itachi yang berlumuran darah dari ujung kepala hingga kaki, tengah berdiri mematung di tengah ruang tamu.

Saat Sakura menyadari jika ia tak terlihat di sana, ia pun perlahan mendekati sosok itu. Air mata tak bisa ia bendung lagi, begitu ia melihat sang ayah berada dalam pelukan Itachi dengan wajah yang begitu pucat.

Setelah beberapa saat terdiam Itachi pun membopongnya ke sebuah kursi dan membaringkannya dengan hati-hati. Baru saja ia meletakan sebuah surat, tangannya tiba-tiba menyenggol sebuah vas bunga di ujung meja itu hingga membuat Sakura kecil tersentak kaget.

"Tousan ...." Panggil suara Sakura kecil yang membuat sulung Uchiha itu tersentak kaget.

Ketika ia akan melangkah pergi, Sakura kecil pun menghalangi jalannya sembari menghunuskan sebuah pisau dapur padanya dengan gemetar.

"Siapa kau! Beraninya kau membuat tousanku terluka shannaro!" Teriaknya membuat seseorang bertopeng orange tiba-tiba muncul di belakangnya, lalu mengarahkan kunai tajamnya pada leher Sakura kecil sembari menahan tangannya.

"Jangan," titah Itachi membuat sosok itu mendongak dengan tatapan bingung.

"Kenapa? Dia juga salah satu ancaman karena menodongkan senjata tajam padamu kan?"

Itachi nampak terdiam beberapa saat melirik pada surat yang baru saja ia letakan di meja, "Dia pilar terakhir kebangkitan klan Uchiha,"

"Apa maksudmu? Bukankah Sasuke yang merupakan pilar terakhir?"

Sulung Uchiha itu pun kembali terdiam lalu melangkah perlahan pada Sakura kecil.  Sebuah ketukan jemarinya pada kening anak itu membuat sang pria bertopeng jingga semakin kebingungan, "Sampai bertemu nanti. Gadis musim semiku,"

Setelah keduanya menghilang, Sakura kecil yang baru tersadar dari lamunannya. Seketika berteriak dengan begitu kencang hingga membangunkan sang ibu yang segera turun dari kamarnya.

Belum sempat ia menanyakan kenapa putri kecilnya berteriak. Mebuki seketika di bungkam dengan kenyataan pahit saat ia menyalakan lampu ruangan itu. Air mata kini jatuh semakin deras saat melihat suaminya yang tengah berbaring di sofat, sudah sangat pucat dengan tubuh berlumuran darah.

"Sakura, apa yang terjadi? Siapa yang telah melakukan semua ini pada tousanmu?"

"Kaasan ... Ada dua orang anbu kemari menggendong tousan dan tiba-tiba ia membaringkan tousan di sana. Kura tidak tahu siapa mereka,"

Sakura yang kembali melihat momen mengerikan itu juga ikut menangis dengan kencang. Saat Mebuki memeluknya, bekas tebasan yang cukup dalam terlihat begitu jelas pada punggung Kizashi yang membuatnya seketika merinding.

Kesedihan yang begitu meluap di ruangan itu membuat kepalanya tiba-tiba terasa sakit. Sebuah cahaya kembali menyilaukan matanya, hingga terasa mencabik tubuhnya. 

Suara gemerincing perhiasan yang di iringi tawa beberapa orang membuat cahaya itu perlahan pudar. Manik emerald gadis itu seketika terbelalak melihat ruang tamu itu telah di dekorasi dengan indah.

Semerbak aroma bunga semakin menambah indah suasana ruangan itu yang telah di pasang lampu-lampu kecil. Perlahan ia berjalan mendekat ke tengah ruangan dimana sang ibu tengah duduk bersama teman-temannya, memperhatikan sosok Sakura kecil yang tengah berlenggak-lenggok menunjukan sebuah kimono berwarna navy dengan motif yang begitu elegan.

"hihi kaasan, kimono ini sangat indah apa aku boleh terus memakainya?" Celotehnya membuat teman-teman sang ibu berkomentar gemas sembari bertepuk tangan.

"Kau benar-benar manis Sakura. Jika saja kami lebih cepat datang, mungkin kau akan menjadi menantu kami,"

"Tidak, aku tidak akan menikah dengan selain Itachi-nii,"

"Memangnya kenapa hmm? Semua pria sama saja kan?"

"Tidak, Itachi-nii itu seorang bangsawan. Jika aku menikah dengannya aku akan menjadi seorang putri yang berkuasa. Apapun yang ku inginkan pasti akan terpenuhi," Ucapnya membuat para wanita paruh baya itu berteriak gemas.

"Ahh kawaiii nee. Tapi saat kau menjadi seorang putri, jangan lupakan kami nee atau kami tidak akan memberi permen lagi padamu,"

"Nee aku tahu bibi. Kalian tidak perlu khawatir,"

Sunggingan senyuman terukir di bibir Sakura saat ia melihat sosok kecil dirinya, mulai mencoba berbagai perhiasan yang terjajar rapih pada belasan kotak di meja itu.

Tiba-tiba saat ia tengah mengagumi sosok kecilnya, sebuah ketukan pintu yang cukup kencang mengagetkannya. Sang ibu nampak segera berlari membukakan pintu dan begitu terkejut begitu melihat seorang anbu dengan topeng kucing. Sosok Sakura kecil yang penasaran juga ikut berlari dan bersembunyi di belakang kaki ibunya itu.

"Mebuki-sama, apakah Itachi-san ada si sini?"

"Tidak ada. Memangnya kenapa?"

"Pelaku pembataian seluruh anggota klan Uchiha hingga pelaku yang membunuh Kizashi-sama. Enam bulan kemarin sudah di pastikan itu adalah Uchiha-Itachi," Jelasnya membuat wanita paruh baya itu terbelalak kaget.

"Itachi? Tidak ... Suamiku meninggal saat ia mencoba menyelamatkan Fugaku-sama,"

"Apakah anda mempunyai buktinya?"

Mebuki terlihat segera mengangguk, saat ia akan berjalan masuk Sakura kecil tiba-tiba menahan tangannya, "Kaasan apa yang di katakan paman anbu? Apa benar ..."

"Apa yang mereka katakan tidak benar. Itachi adalah pemuda yang baik, kembalilah bermain sana," Titahnya membuat anak itu menggangguk senang lalu bermain bersama teman-teman sang ibu.

Setelah beberapa saat ibunya kembali dengan beberapa surat di tangannya, beserta sebuah surat yang hari itu di letakan Itachi setelah membaringkan ayahnya di sofa.

Tanpa banyak berbicara anbu itu segera mengangguk lalu pergi dari sana. Baru saja anbu itu pergi, pintu itu kembali di ketuk dengan nada cukup pelan. Sakura kecil seketika berbinar begitu sang ibu membukakan pintu yang menampakan sosok Itachi yang hanya berbeda beberapa tahun darinya itu kini ada di sana.

Ia dengan cepat berlari lalu melompat padanya, "Itachi-nii, kau kemana saja? Seorang anbu mencarimu tadi," Celotehnya membuat sulung Uchiha itu mengernyit lalu menatap pada Mebuki yang seketika memberi isyarat akan menjelaskannya nanti.

"Itachi, baru beberapa jam saja kau bertunangan dengan putriku kenapa kembali lagi hmm? Bukankah tetua bilang kalau kau hanya boleh bertemu dengan Sakura empat bulan sekali, Kau ini benar-benar nakal," Alih Mebuki sembari menurunkan Sakura dari gendongannya.

"Ano ... Saya hanya ingin memberi ini," ucap Itachi sembari menyodorkan sebuah kanzashi emas dengan ukiran bunga mawar pada Sakura kecil, "Tetua bilang Sakura harus selalu memakainya karena ini adalah identitasnya sebagai bagian dari klan kami,"

Sakura kecil nampak perlahan mengambilnya dan menyematkan pada rambutnya, "Itachi-nii, apa seperti ini cara memakainya?"

"Nee, kau benar-benar pintar," Ucapnya sembari mengelus rambutnya.

"Kau benar-benar menjunjung tinggi tradisi klanmu, Itachi. Aku jadi semakin bangga memiliki calon menantu sepertimu," Ucap Mebuki sembari membawanya masuk dan memperkenalkannya pada teman-temannya.

Akan tetapi setelah ia berkenalan dengan teman-teman Mebuki. Itachi tiba-tiba memilih duduk di teras sembari menundukan pandangannya.

Mebuki yang melihatnya pun segera menghampirinya. Cahaya pada paras sulung Uchiha itu terlihat sedikit meredup, senyum tipisnya yang selalu ia sunggingkan kini tidak terlihat lagi, "Ada apa?" Tanya Mebuki sembari perlahan duduk di sisinya.

"Perihal tradisi ...." Gumamnya.

"Ya?"

Sulung Uchiha itu diam-diam melirik pada Sakura yang tengah bermain kembang api di halaman, "Perihal tradisi ada satu lagi yang harus saya lakukan sebelum naik menjadi ketua klan dan menikahi Sakura,"

"Apa itu? Katakan saja," ucap Mebuki membuat sulung Uchiha itu kembali menatapnya.

"Menjaga keamanan desa dan mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap klan kami," ucapnya dengan datar.

Tapi Sakura dewasa yang mendengar itu seketika merasa merinding, karena ada aura mengerikan yang menguar saat sulung Uchiha itu mengatakannya.

"Lalu?"

"Dalam hal ini kemungkinan saya akan kembali sangat kecil,"

Mebuki seketika ternganga dengan penjelasannya yang semakin menggiring opini terburuk pada fikirannya. Ia pun buru-buru memegang pundak Sakura kecil yang tiba-tiba mendekat karena penasaran, "Maksudmu?"

"Pembantaian klan Uchiha telah memberikan dampak besar bagi Sasuke. Seluruh desa sudah tahu siapa dalangnya dan aku tidak ingin menggiring kebencian masyarakat pada Sasuke. Aku ingin membuat adikku lebih kuat dan tegar, agar bisa melindungi desa ini dengan optimal tanpa gangguan atau cibiran dari masyarakat,"

"Pergi kemana? Lalu bagaimana dengan putriku?"

"Entahlah. Tapi saya berjanji dan bersumpah atas nama kedua orang tua saya, jika perjanjian ini akan tetap berlangsung. Sakura akan tetap menikah di usia dua puluh dengan saya dan akan langsung di bawa ke kediaman kami," jelasnya membuat Mebuki bisa bernapas lega karena fikirannya ternyata salah.

"Syukurlah, ku kira kau akan membatalkan pertunangan ini," ucap Mebuki membuat Sakura kecil tersenyum simpul.

"Kenapa harus pergi? Kau bisa tetap bersembunyi di sini seperti sekarang,"

"Itu tidak akan berakibat baik untuk kalian. Aku sudah begitu merepotkan dan melukai kalian selama ini jadi biarkan aku pergi,"

Sakura kecil perlahan mendekat lalu memegang tangannya, "Sepuluh tahun penantian kurasa bukan waktu yang lama, shannaro. Aku akan selalu menunggu Itachi-nii pulang," ucapnya membuat sulung Uchiha itu menyunggingkan senyum tipisnya, yang tidak mengguratkan emosi apapun.

Itachi pun berjongkok di hadapannya lalu menepuk kening Sakura dengan jemarinya, "Jaga dirimu baik-baik," ucapnya membuat wajah Sakura kecil seketika terdiam seolah mengingat sesuatu.

"Kalau begitu saya pamit pergi dulu Kaasan," ucapnya sembari memeluk singkat wanita paruh baya itu.

Sebuah tepukan yang cukup keras pada bahunya, membuat momen indah itu pudar. Sakura kini di buat kebingungan karena tiba-tiba ia sudah berada di rumah sakit tempatnya bekerja.

Saat ia tengah menyusuri lorong rumah sakit itu, ia mendengar tawa beberapa gadis di sebuah sudut lorong itu. Sakura kini memperhatikan sosok dirinya yang sudah beranjak dewasa tengah berbincang ria bersama Ino, Shizune dan Hinata sembari bertopang dagu pada jendela lorong itu.

Manik emeraldnya kini memperhatikan kemana arah tatapannya saat itu dan pria mana yang tengah mereka gosipkan. Ia begitu terkejut saat menemukan sosok seorang pria berambut kecoklatan sebahu dengan kimono biru yang menjuntai tanah, tengah duduk membaca buku sembari mengibaskan kipasnya di halaman rumah sakit.

"Junichi ... " Gumamnya.

Ia pun kembali melirik pada bayang dirinya yang terlihat begitu senang memperhatikan pria itu sembari memakan sebuah apel. Begitu pria itu melirik ke arah mereka, tiba-tiba ketiga gadis itu berteriak histeris dan langsung berjongkok menyembuyikan dirinya.

"Mattaku, apa aku memang sekonyol itu saat muda," Gumamnya.

Sakura kini memperhatikan lagi sosok Junichi yang kembali membaca bukunya. Parasnya memang sangat tampan, tapi sayang otaknya geser. Ia benar-benar merutuki keluguannya saat itu, bagaimana bisa ia begitu tergila-gila dengan pria tidak waras seperti Junichi.

Waktu kini kembali berputar, Sakura begitu terkejut melihat sosok dirinya tengah di ikat di sebuah penjara bawah tanah. Tubuhnya terlihat sudah terluka begitu parah, napasnya juga begitu terengah karena mulutnya terus di tutup oleh kain.

Entah sudah berapa lama ia di sekap hingga keadaannya terlihat begitu kacau. Saat ia akan mendekat, suara langkah kaki dari luar sel seketika mengangetkannya.

Sakura pun segera mundur, merapat pada dinding. Walau ia tahu keberadaannya tidak di ketahui, tetap saja ia harus waspada. Manik emeraldnya kembali terbelalak begitu melihat Junichi lah yang menghampirinya.

Pria itu kini berpenampilan lebih berwibawa dan sepertinya dia baru diangkat sebagai kepala klan Isamu yang baru. Saat ia memasuki sel itu, sosok dirinya seketika mendongak, menatapnya dengan lemah.

"Sakura? bagaimana permaisuriku bisa berakhir di sini hah! Apa yang kalian lakukan!" Teriaknya membuat para anbu yang berjaga seketika berlutut ketakutan.

"Bukankah anda ..."

"Shh!" Desisan kekesalan samar-samar terdengar darinya.

Dengan tergesa ia melepas semua ikatan itu lalu menggendongnya keluar dari sana. Pancaran perasaan dalam hatinya kini bisa Sakura lihat dengan jelas begitu mereka tiba di sebuah kamar.

Tidak ada kebohongan yang terpancar dari matanya saat Junichi melihat bagaimana para tabib mengobatinya selama beberapa waktu hingga gadis itu pulih sepenuhnya.

"Nichi? Bagaimana ..."

"Kau mendatangi Itachi untuk menagih janjinya yang akan menikahimu. Tapi dia malah menolak dan menyiksamu," Ucapnya membuat Sakura benar-benar tak percaya kalau pria itu jago bersandiwara.

Jelas-jelas ia yang terus menyakiti sekaligus mengobatinya. Tapi dia malah melimpahkan semua kesalahannya pada Itachi.

"Sakura, sudah cukup kau mengejar pria itu. Menikahlah denganku, kita akan menguasai Konoha bersama-sama,"

Sakura semakin menggeleng mendengar bualan manisnya itu dan bodohnya ia malah percaya, lalu menyetujuinya begitu saja.

Pria itu memang sangat mencintai Sakura, akan tetapi dendamnya pada klan Uchiha lebih besar dari cintanya. Hingga ia terus melakukan berbagai cara untuk menghancurkan klan Uchiha, salah satunya menjadikan Sakura bonekanya.

Setelah semuanya mulai jelas Sakura kini terseret ke sebuah ruangan dimana dirinya tengah melakukan perjanjian dengan Tsunade, dimana ia harus menyerahkan Konoha pada Junichi jika tidak ingin desa itu hancur.

Namun, di balik tindakan egois dan serakahnya itu ternyata Sakura telah menjadi agen ganda, seperti Itachi. Karena hatinya mulai meragukan Junchi.

Tapi sebelum surat persetujuan itu di tanda tangani oleh Tsunade, arus cahaya itu kembali menyeretnya pergi dan melukiskan scene terbaru pada memori ingatannya.

Saat ia melihat ke sekeliling waktu ternyata suda maju begitu jauh. Ia kini berada di masa saat penyelamatan Gaara, lalu bertemu dengan Itachi yang sudah bergabung dengan Akatsuki.

Di masa ini pria itu benar-benar berubah, tidak ada tatapan cinta atau kasih sayang lagi di matanya dan itu membuat hatinya menjengit sakit. Ucapan Junichi jika sulung Uchiha itu tidak lagi menginginkannya, seketika menggoyahkan hatinya.

Sakura yang masih mencoba tak mempercayai ucapan Junichi pun, terus menguji Itachi dengan cara terus menyerangnya sekuat tenaga. Akan tetapi semua usahanya itu ternyata hanya sia-sia.

Sekali lagi ucapan Junichi terbukti hanya bualan saja. Karena Itachi tidak menyerangnya dan malah tiba-tiba memeluknya dengan erat.

Tanah lapang itu seketika berubah menjadi ruang hampa serba putih saat Sakura mulai menangis di pelukannya.

"Lama tak berjumpa, Sakura. Ku kira kau sudah melupakanku," ucapnya sembari melirik pada Kanzashi yang tersemat pada rambutnya.

Gadis musim semi itu langsung mendorongnya menjauh dengan tangis yang semakin sulit ia tahan, "Kenapa? Kenapa baru sekarang kau muncul di hadapanku, shannaro! Kau benar-benar pengecut, aku membencimu!" Teriaknya yang hanya di jawab oleh sunggingan senyuman pahit seperti biasa.

Tiba-tiba Itachi menepuk keningnya dengan jemarinya lagi dan membuat gadis itu tersadar, "Aku sangat ingin berbincang denganmu, tapi ini bukan waktu yang tepat. Gomen-nee, tetaplah jaga desa kita," ucapnya sembari mencium kening Sakura.

Ilusi yang di ciptakan sulung Uchiha seketika buyar di sana. Sakura kini kembali berdiri di sisi nenek Chiyo karena pertempuran Naruto dengan Itachi sudah selesai.

Waktu terus menerus berputar hingga Sakura terduduk lemas, tubuhnya terasa di sayat setiap kali ia berpindah masa. Kini ia yakin telah kembali ke desa pasca misi penyelamatan itu.

Saat ia tengah melamun di danau, sesosok pria yang sama persis pada foto yang ia temukan tiba-tiba muncul lalu duduk di sisinya.

Pria yang merupakan Neji itu nampak menyodorkan sekaleng minuman padanya, lalu membelai lembut pipinya yang mengguratkan bekas air mata.

"Luka di dalam hati itu memang tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata. Akan tetapi luka itu bisa di jelaskan dengan mudah dari raut wajah, gerak-gerik juga air mata," ucap pria Hyuga itu membuat Sakura melirik padanya dengan begitu hampa.

"Dia sudah berubah Neji-kun, dia sudah berubah," ucap Sakura sembari terisak, "Pertama Itachi sekarang Junichi,"

Neji pun reflek merangkul bahunya dan menariknya dalam pelukan hangatnya yang membuat Sakura semakin terisak. Diam-diam manik bagai mutiara itu juga ikut berkaca-kaca saat ia menghela napas pelan.

"Biarkan aku mengambil alih lukamu Sakura," ucapnya membuat gadis itu terkejut dan langsung memundurkan tubuhnya lalu menatap pria Hyuga itu dengan bingung.

"Apa maksudmu Neji-kun?"

Dengan lembut Neji kembali mengusap pipinya yang basah dan menempelkan keningnya pada kening Sakura, "Menikahlah denganku Sakura, aku tidak sanggup jika melihatmu terus bersedih seperti ini. Aku akan memberimu semua kebahagiaan di dunia ini," ucapnya membuat Emerald Sakura terbelalak tak percaya.

Sakura pun mendorong bahunya membuat pria itu tersentak, "Bagaimana bisa kau fikir seperti itu? Aku wanita yang sudah di tunangkan, bagaimana pandangan orang jika aku menikah bukan dengan tunanganku sendiri,"

"Juncihi sudah di amankan, ia tidak akan berulah lagi atau menggentayangimu. Itachi-san juga sudah ...."

Zrash ...

Kilatan petir tiba-tiba menimbulkan cahaya lain yang lebih menyilaukan. Sakura kembali di seret oleh arus waktu. Tubuhnya mulai berkilauan juga sedikit pudar saat ia tiba di masa Sasuke dan dirinya menyerang Itachi untuk membalaskan dendam juga membawanya kembali pulang.

Pertempuran yang terlihat sengit itu sebenarnya tak sepadan karena Itachi tidak mau menyerang Sakura maupun Sasuke. Ia hanya terus menghindar dan menghalau setiap serangan yang ada.

Hingga akhirnya Sasuke berhasil membuatnya bertekuk lutut. Sakura yang melihat pria itu menyerah begitu saja kini merasakan rasa sakit lagi pada hatinya hingga tiba-tiba Neji memeluknya dari belakang.

"Semuanya telah berakhir," ucap Neji sembari mengecup pucuk kepalanya.

Dari raut wajahnya tidak ada pancaran kebahagiaan atau kelegaan. Justru Sakura terlihat tertekan, ia pun segera mendorong bahu pria Hyuga itu lalu berjalan menjauh.

"Jangan dekati aku lagi Neji-kun, aku hanya mencintai Junichi. Aku tidak bisa meneruskan hubungan ini," Ucapnya membuat sang gadis musim semi terbelalak tak percaya.

Saat ia berbalik, tak ingin melihat bagaimana dia menolak mentah-mentah sang pria Hyuga. Ia kembali di kejutkan dengan sosok Junichi yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Menikmati kilasan masa lalumu hmm? Apa kau masih tidak percaya padaku?" Tanyanya namun Sakura hanya diam memandangnya dengan aneh.

"Sepertinya tebakanku benar. Mari kita lihat beberapa cuplikan yang ada di memori kepalamu ini lagi sebelum kau tersadar,"

Saat Junichi menjentikan jarinya, mereka berpindah ke sebuah ruangan serba putih dan hanya menunjukan sebuah layar besar di sana.

Layar itu memutar kembali setiap ingatannya dimana ia melemparkan Kanzashi yang di kenakannya tepat di hadapan sang sulung Uchiha saat masih di penjara dengan tatapan yang benar-benar hancur.

Memori terus berputar saat Junichi melamarnya lalu Itachi tiba-tiba datang dan menghabisi seluruh klan Isamu saat hari pertunangan mereka.

Melihat bagaimana pancaran cinta itu telah kembali pada sang sulung Uchiha. Sakura tibaa-tiba kembali ke dalam genggaman Itachi dengan begitu bahagia. Ia terlihat begitu sabar menunggu hasil pengadilan pria itu dan tak menggubris pria manapun yang mencoba mendekat, karena masih takut jika mereka akan sama seperti Junichi.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya sulung Uchiha itu di keluarkan dari penjara karena terbukti tak bersalah sepenuhnya. Konflik demi konflik terus ia lihat dan yang paling mengerikan, konflik perselisihan Iwagakure dan Konohagakure yang memakan banyak korban, hingga Itachi di desak untuk naik menjadi Hokage karena hanya dia yang mampu meredam konflik itu.

Walau sangat sulit untuk membujuknya, akhirnya Sakura bisa meyakinkannya untuk duduk di kursi kepemimpinan itu.

Di malam bulan purnama juga ia melihat Itachi bertarung dengan Junichi yang terus bersikukuh ingin menjadi hokage bayangan, ia juga menyerukan dengan lantang kalau ia menolak tunduk pada Itachi hingga perkelahian itu di menangkan oleh sang sulung Uchiha.

Hingga tiba di masa saat Neji pergi menyelesaikan misi di Iwagakure untuk memata-matai pergerakan sebuah anbu misterius yang di pimpin oleh Junichi. Saat ia kembali, pria Hyuga itu nampak begitu pucat dan langsung tertunduk di hadapan Sakura, "Omedetto, ku harap pernikahanmu lancar," ucapnya membuat gadis musim semi itu tiba-tiba merasa terluka, apalagi Neji langsung menghilang meninggalkannya begitu saja.

Tak hanya itu saat ia pulang dari sana, ibunya nampak tengah terisak sembari memeluk foto ayahnya di kamar. Saat melihat Sakura menghampirinya Mebuki langsung berlari dan memeluknya.

"Sakura, menikahlah dengan Junichi,"

"Kenapa? Kaasan jangan bercanda ini tidak lucu,"

"Junichi mengatakan segalanya pada Itachi. Semua rahasiamu dan membalikan semua rencanamu. Ia ingin mengadu domba dua desa. Satu-satunya cara agar pertikaian itu tidak terjadi hanya dengan menikahinya, ia begitu mencintaimu Sakura,"

Di atas impian, harapan dan hatinya yang hancur Sakura harus kembali menguatkan dirinya sendiri lagi. Mau tak mau ia harus melanjutkan hubungannya dengan Junichi.

Walau pernikahan mereka tak pernah terjadi, Sakura tetap terus menuruti perintahnya untuk menyelamatkan nyawa Itachi dan menjaga keamanan kedua desa.

Setiap misi yang di perintahkan oleh pria itu selalu saja mencemarkan namanya. Ia bahkan selalu berada di posisi bahaya karena tugas yang di berikan pria itu.

Hingga ia harus menjalankan misi menghancurkan hati Itachi. Dengan berpura-pura selingkuh di belakangnya dengan Neji, akan tetapi sulung Uchiha itu tidak terpengaruh dan malah setuju mendekatkan Neji juga Sakura hingga mereka menjalin hubungan cukup lama.

Waktu terus terlompat seperti lompatan kelinci yang cepat. Di kantor hokage itu ia melihat sosok dirinya yang telah di hukum oleh Junichi karena mengabaikan perintahnya duduk bersimpuh di lantai.

"Itachi-kun, tolong bantu aku," ucapnya.

Ia nampak basah kuyup dan gemetar karena menahan rasa sakit pada luka di sekujur tubuhnya. Darah yang mengucur pada tubuhnya kini memerahkan gaun putih yang ia kenakan.

"Bantu apa?" Jawabnya dengan dingin sembari terus sibuk memilah dan menulis dokumen di mejanya. Karena sudah lelah di permainkan oleh gadis itu.

"Menikahlah denganku,"

"Tidak," jawaban itu membuat Sakura menundukan pandangannya hingga tiba-tiba ia bergerak ke sisinya.

Ia menjatuhkan dirinya dan bersimpuh di kaki sulung Uchiha itu yang tentu membuatnya terkejut bukan main, "Aku tidak akan bangkit jika kau tak menerimaku lagi,"

Itachi seketika memundurkan kursinya dan membantunya bangkit lalu mendudukannya di meja. Jemarinya pun mengangkat dagu gadis itu membuat mata mereka saling beradu satu sama lain.

Tanpa banyak bicara Itachi membuka laci meja di sisinya dan memberikan kanzashi yang pernah di buangnya. Sulung Uchiha itu pun segera pergi dari ruangannya, setelah mengisyaratkan kesempatan kedua padanya tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

Waktu terus bergulir hingga hari pernikahan, Sakura nampak terus terdiam menundukan pandangannya di depan cermin yang menampakan kecantikan dirinya setelah di rias.

Setelah acara pernikahan selesai ternyata Itachi langsung mengambil misi mendadak, untuk menyelamatkan diri. Karena ia masih merasa Sakura memiliki niatan buruk lain setelah mereka menikah.

"Kau lihat? Dia tidak pernah mencintaimu Sakura," ucap Junichi membuatnya tersentak kaget karena terlalu fokus melihat kilasan memori masa lalunya.

"Sebelum kau sadar ada satu memori lagi yang ingin ku tunjukan," sambungnya sembari menjentikan jari membuat ruang hampa itu berubah menjadi ruang kerja Itachi di rumahnya.

Sulung Uchiha itu nampak tengah memasukan beberapa pakaian juga senjata pada ranselnya. Sementara gadis itu terus memperhatikan semua yang ia lakukan di sisinya.

"Apa kau tidak bisa menunda atau mengganti misi ini?" Tanyanya dengan nada penuh kehati-hatian.

"Tidak,"

Saat ia sudah selesai dan berjalan pergi Sakura tiba-tiba menarik tangannya lalu meletakannya di atas perutnya, "Sebelum pergi, setidaknya katakanlah beberapa kata untuk putramu,"

Itachi nampak memandangnya dengan tak percaya lalu menarik tangannya dengan cepat, "Aku sudah terlambat dan .... Jangan bersandiwara lagi. Aku bahkan tidak pernah menyentuhmu,"ucapnya sembari dengan cepat pergi tanpa mengatakan apapun lagi membuat Sakura terduduk dan kembali menangis.

"Lihat, dia bahkan tak perduli pada putra yang masih kau kandung. Kau sudah mengabaikan puluhan kesempatan selama ini untuk menghabisinya dan aku harap kali ini kau bisa melakukannya. Demi anak yang telah Itachi renggut sebelum ia di lahirkan ke dunia," bisik Junichi membuat gadis itu semakin tak percaya padanya.

"Apa yang harus ku lakukan untuk menghabisinya?"

Junichi perlahan berjalan ke hadapannya sembari menyunggingkan senyuman kemenangannya, "Hatinya adalah dasar kehidupan juga keyakinannya, hancurkan hatinya secara perlahan. setelah itu aku yang akan mengurusnya hingga ia mau memohon di kakiku untuk kematiannya,"

"Aku mengerti," ucapnya yang membuat Junichi tertawa senang.

"Kini rencanaku untuk menguasai Iwa, Amega dan Kumo akan segera tercapai berkatmu. Aku akan menghadiahkan kebebasan setelah kau selesai menjalankan misi ini,"

"Menguasai tiga desa? Bagaimana caranya?"

"Tentu dengan mengadu domba mereka. Sesuai dengan saranmu,"

Sakura sekarang mengerti kenapa fikirannya selama ini di segel. Ternyata Junichi mengunci rencananya di dalam kepalanya.

Tak ingin berada terlalu lama di sana, ia pun menyentuh sosok bayangan dirinya, yang seketika menariknya pada ruangan hampa serba gelap. Perlahan gadis itu mengangkat kelopak matanya yang terasa berat, denyutan rasa sakit masih terasa pada leher juga keningnya.

Ia sangat terkejut karena telah kembali ke dunia nyata dan untuk meyakinkan ini bukan ilusi memorinya lagi, Sakura pun mencubit tangannya sendiri sampai ia mengaduh dan membuat Itachi yang tengah tertidur di sisinya langsung bangun.

*****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: #sakura