Bab 1 { Chaotic Heart }
Di hari yang cukup terik pada pertengahan musim kemarau. Itachi yang tengah berdiri di sisi tebing harus menahan panasnya mentari karena tengah memantau pembangunan bendungan baru yang tak jauh dari desa.
Sorot manik onyxnya nampak redup, selain karena lelah dengan pekerjaan yang menumpuk. Ia juga sangat jarang beristirahat karena terus mencari keberadaan istrinya, Uchiha-Sakura yang menghilang entah kemana saat berakhirnya perang dunia beberapa bulan lalu.
Semilir angin yang berhembus cukup kencang kini mengibaskan anak rambut sang sulung Uchiha. Beberapa kali ia terlihat membenarkan posisi hitae-ate nya yang terus merosot karena rambutnya yang licin. Hingga tiba-tiba saat ia akan membenarkannya lagi, sebuah tangan sudah menahannya.
Tanpa banyak berbicara ia menepis tangan itu dan kembali membaca berkas di tangannya, "Konan, ada apa kemari?" Tanyanya pada sosok wanita berambut ungu yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya itu.
"Kau sudah berdiri selama lima jam di tebing ini. Apa kau tidak lelah atau kepanasan?" Ucap wanita itu sembari mengulurkan tangannya untuk mengusap bulir keringat yang turun dari pelipis sulung Uchiha itu.
Tetapi lagi-lagi Itachi memalingkan wajahnya dan berjalan maju beberapa langkah darinya. Wajahnya nampak mengguratkan ketidaksukaan pada perhatian berlebih yang di berikan oleh wanita itu.
"Jika tidak ada sesuatu yang penting, pergilah. Aku sibuk," ucap Itachi dengan nada dinginnya seperti biasa.
Konan terdengar mendecak tak suka dan mencoba kembali mendekat, tetapi tiba-tiba Itachi melebur menjadi puluhan gagak yang langsung menghilang dari sana.
Daripada berhadapan dengan Konan, Itachi lebih memilih kabur ke kantornya dan langsung menghempaskan dirinya pada sebuah sofa di sudut ruangan. Saat ia mulai mengantuk karena terus membaca berkas-berkas itu, sebuah ketukan kencang seketika menyentaknya.
Sebuah deheman keras seketika terdengar dan membuat sosok yang mengetuk pintu itu masuk dengan wajah malasnya. Pria Nara itu terlihat langsung duduk di sebuah kursi tepat di sisinya, tanpa menunggu izinnya karna sudah terbiasa seperti itu.
Tanpa basa-basi ia langsung melontarkan penjelasan apa yang harus di kerjakan Itachi sembari menyodorkan kertas-kertas pada mejanya. Shikamaru yang sudah tahu sifatnya hanya menjawab pada topik utama kini merasa aneh, karena Itachi tak menjawab apapun.
Shikamaru yang semakin penasaran pun mengintip dari balik kertas yang menutupi wajahnya dan menemukan Itachi sudah tertidur. Dengan tangan masih memegang kertas di atas dahinya.
Pria Nara itu nampak menghela napas sembari menggeleng pelan. Ia merasa sedikit iba pada Itachi karena terus menahan dukanya sendiri dengan menenggelamkan diri pada kesibukan pekerjaan. Jika saja ia mau sedikit berbagi dukanya mungkin pria itu sudah bisa move-on dari Sakura.
Dengan begitu hati-hati Shikamaru mengambil kertas itu dan membenarkan posisi tangannya. Ia pun segera bangkit lalu keluar dari sana membiarkan sulung Uchiha itu beristirahat karena sudah hampir satu minggu ia tidak tidur.
Jam demi jam berlalu terus berlalu dan tak terasa langit sudah gelap saat sulung Uchiha itu bangun. Perlahan ia mendudukan diri sembari memijat keningnya yang kini terasa pening dan langsung mengambil salah satu kertas pada tumpukan berkas di mejanya.
Tok .... Tok ....
"Rokudaime-sama. Ini saya, Hatake-Kakashi ingin memberikan laporan mengenai Sakura,"
Itachi yang sudah lelah dengan laporan nihil para anak buahnya pun menghela pelan lalu bersandar pada sofa itu, "Pergilah, senpai. Aku lelah,"
Saat ia baru akan memejamkan lagi matanya, tiba-tiba terdengar pintu itu terbuka. Ia yang tak ingin menelan kekecewaan lagi pun nampak tak memperdulikannya dan lebih memilih berpura-pura tidur untuk menghindarinya.
"Rokudaime-sama. Maaf saya telah lancang masuk, tetapi ini sangat penting,"
"Hmm?"
"Saya menemukan Hitae-ate Sakura di padang rumput dekat dengan desa Otogakure," ucapnya yang membuat sulung Uchiha itu seketika terduduk dan menatap tak percaya sebuah Hitae-ate merah muda yang di sodorkan sang pria perak.
Ia pun langsung mengambilnya dengan begitu cepat. Matanya kini mulai berkaca-kaca saat memperhatikan setiap inci ikat kepala itu.
"Sakura," gumamnya sembari mengecup Hitae-ate itu dan menempelkan pada keningnya.
"Apa ada yang lain Kakashi-senpai?" Tanyanya.
"Tidak, tapi kami memiliki dugaan jika Sakura ada di Otogakure,"
"Otogakure? Bukankah bulan lalu kita sudah menelusuri desa itu?"
"Ya, tapi...."
Brak!
"Itachi-niisan! Aku menemukan Kanzashi milik Sakura, Dattebayo!"
Gebrakan pintu dari sang Jinchuriki sontak membuat mereka terlojak kaget. Apalagi saat ia menyandung karpet dan langsung jatuh tersungkur di hadapan meja.
"Ittaiii!" Teriaknya.
"Dobe! Kemarikan barang itu biar aku yang meberikannya!" Teriak lantang suara lain yang terdengar menggema di lorong mengiringi suara derap langkah kaki yang semakin mendekat pada mereka.
Tiba-tiba sosok pemilik suara yang merupakan Sasuke itu tiba dengan tergopoh-gopoh. ia yang tak menyadari ada Naruto yang akan bangkit berdiri pun seketika menyandung kaki jinchuriki itu dan lansung terjatuh hingga keningnya terantuk meja, tubuhnya juga langsung menimpa Naruto begitu keras.
"Itte!"
"Naruto, Baka!" Teriak Sasuke yang langsung menyingkir sembari memijat keningnya yang langsung lebam.
"Sasuke!" Teriak baliknya sembari mencoba meninju bungsu Uchiha itu namun Kakashi segera menahannya.
Itachi nampak menghela napas sembari tertunduk, memijat pangkal hidungnya. Dua orang itu umur saja yang sudah dewasa tapi sifatnya masih seperti anak kecil. Ia benar-benar tak habis fikir kenapa bisa di kelilingi orang konyol seperti mereka.
Tak!
Sulung Uchiha itu seketika terkejut saat Sasuke dan Naruto meletakan sebuah Kanzashi emas dengan motif bunga mawar di tengahnya dengan begitu kencang hingga hampir membelah dua meja itu.
"Itachi-niisan. Aku yang lebih dulu menemukan Kanzashi milik Sakura, dattebayo!"
"Aku dulu Dobe!"
"Teme!"
"Dobe!"
"Diam!" Teriak Itachi yang seketika membuat ruangan seketika menjadi hening.
Sulung Uchiha itu perlahan mengambil hiasan rambut yang mereka bawa dan seketika terkejut saat menemukan bercak darah yang masih segar di sana.
Jemarinya nampak mencolek bercak itu dan langsung mengendusnya. Matanya seketika terbelalak saat ia mengetahui siapa pemilik darah itu.
"Dimana kalian menemukan ini?" Tanyanya dengan nada penuh penekanan, membuat mereka yang ada di sana merasakan sesak yang luar biasa.
Apalagi tatapannya kini yang terasa sangat menusuk membuat ketiganya beringsut mundur merapatkan diri pada dinding.
"Ano .... Kami menemukannya di .... Di dekat Amegakure, Dattebayo,"
"Ya, sebenarnya tidak begitu dekat, Nii-san. Kami menemukannya di pinggir sungai desa itu," ucap Sasuke.
Itachi kini menggulirkan manik onyxnya pada Kakashi. Seolah mengerti arti tatapannya itu Kakashi langsung bertanya, "Apa kau menemukan sesuatu, Rokudaime-sama?"
"Kanzashi ini memiliki bercak darah. Dari aroma yang ku cium aku memang menemukan aroma Sakura, tetapi hanya sedikit dan lebih pekat aroma darah orang dari Iwagakure,"
"Apa!" Ucap mereka bersamaan.
"Jelas-jelas kami menemukannya di Amegakure. Bagaimana bisa...."
"Kakashi, pilihlah tujuh orang anbu terbaik untuk memimpin misi yang akan ku berikan setelah itu laporkan padaku," Sela Itachi.
"Baik, Rokudaime-sama," ucapnya yang seketika menghilang dari sana.
"Kalian berdua ..." Sambungnya membuat Naruto maupun Sasuke menegakan posisi berdirinya lalu melayangkan tatapan penuh tanya pada sulung Uchiha itu.
"Jaga desa. Aku akan turun tangan langsung untuk mencari Sakura,"
"Nii-san itu berbahaya, biar kami saja,"
Itachi nampak langsung bediri tak memperdulikan ucapan mereka. Ia langsung pergi ke ruang pribadinya di lantai paling atas dan mengganti pakaiannya seperti seorang anbu.
Setelah selesai bersiap, Kakashi tiba-tiba sudah berada di ambang pintu dan mengatakan jika orang-orang yang di mintanya sudah berada di ruang kerjanya.
Itachi pun langsung memberikan kertas misi berbeda pada mereka. Saat ia melangkah melewati pria perak itu, Itachi pun terhenti di sisinya dan menepuk pelan pundaknya.
"Lakukan setenang mungkin, jangan sampai ada keributan. Juga....aku butuh Yamato untuk mendampingiku," ucapnya dengan setengah berbisik.
"Baik, akan saya laksanakan,"
"Terimakasih, senpai,"
Itachi pun langsung menghilang dari sana dan tak menunggu waktu lama ia sudah sampai di gerbang belakang desa, dimana Yamato juga beberapa anbu lain sudah menunggunya.
"Kita berangkat sekarang," ucap Itachi sembari memakai topengnya.
********
Satu minggu telah berlalu, Itachi bersama Yamato, Sai dan beberapa anbu lain sudah menyusuri seluruh penjuru desa tanpa henti. Tetapi entah kenapa hasilnya masih saja nihil.
Hingga hari itu mereka terlihat beristirahat di sisi sebuah sungai. Itachi yang tak bisa beristirahat satu detik pun karena hatinya terus merasa sangat gelisah, terlihat begitu kacau. Berulangkali ia membasuh wajahnya akan tetapi masih saja kehampaan terukis jelas padanya.
"Rokudaime-sama," panggil Yamato yang baru saja tiba dan perlahan berjongkok di sisinya untuk mengambil air minum.
"Panggil namaku saja kalau tidak penyamaran kita selama ini sia-sia," ucapnya yang langsung bangkit dan duduk pada batu besar di sisi sungai.
"Gomen, Itachi. Saya lupa,"
Hatinya yang mulai penat dengan pencarian ini membuat Itachi mendecak tak suka. Entah kenapa semua yang ia lihat kini terasa menyebalkan. Ia yang tak ingin marah-marah tanpa alasan pun langsung kembali berdiri lalu pergi dari sana dengan cepat.
Tidak tidur berhari-hari juga tidak teratur dalam urusan makan. Membuat sulung Uchiha itu menjadi lebih sensitif dari biasanya.
Beberapa kali ia menendang pohon atau semak yang tak bersalah untuk melupapkan kekesalannya.
Benar kata adiknya, jika ia mencari Sakura sendiri pasti kegilaan semakin merayapi jiwa juga fikirannya.
Kemana sebenarnya gadis musim semi itu. Siapa yang berani menculik istri dari seorang Rokudaime di saat genting.
Hanya itu yang ada di fikiran Itachi sekarang.
Tiba-tiba sulung Uchiha itu ambruk dan langsung terduduk di dekat sebuah pohon besar. Ia perlahan menunduk, membiarkan keningnya menyentuh pohon itu. Jemarinya terlihat meremas kuat rumput di bawahnya.
Sulung Uchiha itu terdengar menggeretakan giginya, menahan amarah yang hampir meledak.
"Argghhh!" Teriaknya sembari meninju pohon itu dengan kuat hingga tumbang dan terseret beberapa meter.
"Sakura!" Teriaknya yang seketika membuat para anbu juga Yamato datang menghampirinya.
"Itachi-san...."
"Pergilah Sai. aku ingin sendiri,"
"Tapi ..."
Puff ...
Sebuah kepulan asap tiba-tiba mengepul di tengah mereka. Saat asap itu menghilang nampak sosok Pakkun di sana tengah menggigit sebuah gulungan.
Itachi yang melihatnya pun segera mengulurkan tangannya agar ninken itu mendekat dan dalam sekejap Pakkun langsung melompat pada pangkuannya.
Sulung Uchiha itu langsung membuka gulungan yang di bawanya. Ia seketika terbelalak saat melihat setiap huruf yang tertulis di sana.
"Itachi-san, ada apa?" Tanya Sai yang membuatnya seketika melihat ke arah mayat hidup itu dengan tajam.
Itachi perlahan mengangkat tangannya yang terkepal dan menunjukan beberapa helai rambut berwarna merah muda seperti milik Sakura.
"Kita harus pergi ke kediaman mendiang Danzou-sama sekarang," ucapnya yang segera di jawab oleh anggukan mereka semua.
Mereka pun segera berlari dengan cepat dari sana. Untung saja kediaman Danzou hanya berkisar dua atau tiga jam dari tempat mereka beristirahat.
Saat mereka tiba di sana dua puluh anbu yang berada di bawah perintah Kakashi sudah berjajar pada sisi kiri dan kanan halaman depan rumah Danzou.
Saat Itachi membuka topengnya, manik onyxnya pun menatap dengan tajam pada beberapa wanita juga pelayan yang sudah di bekuk oleh para anbu di bawah tangga menuju rumah mereka.
"Rokudaime-sama," panggil Kakashi yang tiba-tiba sudah ada di sisinya.
"Apakah benar ini rumah mendiang Danzou?" Tanyanya, karena seingat Itachi rumah orang tua sialan itu tak semegah ini.
"Ya, Rokudaime-sama. Itu dua istri dan empat putra putrinya ada di sana jika anda masih ragu,"
"Tidak. Aku hanya ingin tahu kenapa kau memanggilku kemari?" Potong Itachi sebelum pria perak itu menjelaskan setiap detail pekerjaan yang tidak terlalu penting baginya.
Kakashi pun menjentik-jentikan jarinya, meminta perhatian lebih, hingga Itachi menoleh ke arahnya. Pria perak itu langsung mempersilahkan Itachi mengikuti Genma.
Tanpa banyak bicara sulung Uchiha itu menaiki tangga yang menjulang tinggi untuk menuju ke rumah Danzou atau lebih tepatnya istana.
Para wanita terdengar berteriak meminta tolong saat ia melewatinya. Tetapi ia nampak tak perduli karena fikirannya tengah terbang entah kemana.
Begitu tiba di teras utama para anbu lain juga sudah menjaga ketat tempat itu. Manik onyxnya nampak memperhatikan setiap sudut lorong yang ia lewati.
Hingga mereka tiba di sebuah ruangan kosong seperti aula. Genma langsung mempersilahkan Itachi kembali mengikutinya karena sulung Uchiha itu tiba-tiba terhenti karena melihat banyak patung kepala naga menempel di tiap sudut ruangan itu.
Jantungnya kini berdebar dengan begitu kencang saat Genma menunjukan sebuah pintu rahasia dari balik mimbar. Langkahnya terasa berat saat masuk dan menuruni tangga itu.
Perasaan hangat kini terasa menjalar pada hatinya, seolah ia bisa merasakan kehadiran Sakura di sana.
Penerangan yang cukup terang di lorong sempit itu membuat Itachi semakin ingin buru-buru tiba di ujungnya. Saat mereka tiba di lantai paling bawah, udara sedingin es seketika berhembus. Para anbu yang menjaga di sana juga nampak mengenakan mantel lebih tebal.
Genma juga langsung memakaikan mantel tebal padanya lalu kembali berjalan menapaki lantai marmer yang perlahan berubah menjadi hamparan salju putih.
Manik onyxnya kini terbelalak lebar saat melihat ada tabung besar di hadapannya. Shikamaru beserta rekannya yang lain juga terlihat sudah ada di sana dan tengah mengotak-ngatik sebuah mesin di dekat tabung itu.
"Shikamaru ... Genma ... Apa yang sedang kalian lakukan di sini? Dan ... Apa ini?" Tanya Itachi yang perlahan mendekati tabung itu.
Saat jemarinya menyentuh tabung itu, Itachi seketika tersentak karena merasakan lagi sesuatu yang aneh hingga hatinya terasa berdenyut penuh kesakitan.
Genma yang melihat Itachi mundur beberapa langkah setelah menyentuh tabung itu pun langsung menahan punggungnya agar tak terjatuh.
"Rokudaime-sama, ada apa?" Tanyanya dengan nada panik.
"Sebenarnya ada apa di dalam tabung itu Genma!" Teriaknya sembari mencengkram kerah pria itu.
Psstt ...
Sebuah kepulan asap kini mengelilingi tabung itu. Mereka semua nampak langsung memperhatikannya termasuk Itachi.
"Rokudaime-sama. Genma-san, tabungnya sedang dalam proses pembukaan. Harap tunggu beberapa saat," ucap Shikamaru sembari terus mengotak-atik mesin itu.
Sedikit demi sedikit tabung itu perlahan terangkat. Itachi sangat terkejut saat melihat Sakura mengambang di dalam tabung itu dengan posisi meringkuk seperti bayi yang berada di dalam kandungan.
Beberapa alat nampak terpasang pada pelipis, dada dan punggungnya. Amarah seketika menyelimutinya saat melihat istrinya di perlakukan seperti itu. Sulung Uchiha itu seketika berlari dengan cepat menghantam tabung itu hingga pecah dan langsung menyabet tubuh Sakura.
Ia langsung memeluknya saat itu juga dan terjatuh pada pecahan kaca hingga membuat lutut juga betisnya terluka.
Tanpa memperdulikan rasa sakitnya Itachi langsung membuka mantelnya dan menutupi tubuh Sakura yang tak tertutupi sehelai benangpun.
"Sa ... Sakura ... Bangunlah sayang. Ini ... ini aku, kumohohon buka matamu," ucapnya dengan gemetar luar biasa sembari menepuk-nepuk pelan pipinya yang sangat tirus.
Kerinduan juga rasa sakitnya benar-benar tak bisa ia kendalikan saat itu juga. Titik air mata perlahan menetes saat ia mencabut alat-alat yang menancap dalam pada tubuhnya.
"Itachi-san, biar kita obati di atas. Di sini sangat dingin, tak baik juga bagi Sakura," ucap Tsunade sembari menggenggam lembut pundaknya.
Sulung Uchiha itu seketika mengangguk sembari menggendong Sakura dengan kedua tangannya. ia perlahan bangkit berdiri dan berjalan cepat di susul yang lain.
Tsunade nampak menuntunnya ke sebuah ruangan yang telah di persiapkan sebelumnya. Tapi sayang Itachi tak di perkenankan masuk.
Ia pun menunggu dengan gugup di depan ruangan hingga tiba-tiba Kakashi juga Sai datang menghampirinya.
"Ku harap kau bisa menjelaskan semua ini dengan singkat, Kakashi. Aku ingin segera mengeksekusi mereka,"
"Salah seorang pembawa pesan dari kediaman ini kemarin datang untuk membayar pajak dan Pakkun mencium aroma tubuh Sakura padanya. Ia terus berdalih, berpura-pura tidak tahu jadi Genma dan Anko menyelidikinya sendiri. Lalu para wanita di sini hanya mengatakan ada seseorang yang di tahan di ruang bawah tanah. Itu saja Rokudaime-sama,"
"Introgasi para wanita itu, jika mereka tak mau bicara. Kerahkan Ibiki-san,"
"Baik, Rokudaime-sama,"
Pria perak itu pun dengan cepat pergi dari sana. Baru saja beberapa saat mereka pergi, Tsunade keluar dari ruangannya dengan wajah cemas.
"Katakan," Titah Itachi dengan tatapan dalamnya.
Manik hazelnya nampak menggulir ke kiri juga kanan, memastikan tidak ada siapapun di sana.
"Kondisi Sakura, buruk. Bahkan sangat buruk, selain terkena malnutrisi ia juga kekuarangan darah yang cukup banyak dan ..."
Wanita paruh baya itu nampak langsung tertunduk seolah ragu untuk melanjutkan ucapannya. Hingga tiba-tiba Itachi memegang lembut pundaknya.
"Katakan yang jelas Tsunade-sama. Aku tidak akan meluapkan emosiku jika kau mau jujur,"
Sorotnya masih terlihat memancarkan keraguan besar hingga akhirnya ia pun berkata, "Apa kau tahu Sakura tengah mengandung saat perang itu terjadi?"
Itachi nampak tersentak kaget saat mendengarnya, ia pun seketika menggeleng karena tak tahu apapun.
"Aku telah melakukan pemeriksaan mendalam dan aku menemukan beberapa jejak sebuah janin pernah bersarang di dalam rahimnya,"
"Apa maksudmu Tsunade-sama! Katakan yang jelas!" Teriak Itachi yang benar-benar sudah hilang kesabaran.
"Sepertinya Sakura melakukan aborsi atau seseorang yang melakukannya. Cara yang mereka lakukan ilegal jadi masih ada sisa dari janin itu yang membeku di dalam rahimnya,"
Deg ...
Itachi langsung lemas mendengar pernyataan itu. Tsunade nampak membantu Itachi yang mulai kehilangan keseimbangan dirinya dan mendudukan sulung Uchiha itu pada sebuah kursi.
Keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya. Dadanya mulai terasa sesak karena amarah dalam dirinya semakin memuncak dan sulit untuk di kendalikan.
"Sai!" Teriaknya dengan kencang membuat mayat hidup yang tengah berjaga di depan pintu utama langsung berlari ke tempatnya berada.
Begitu tiba ia sangat terkejut melihat Itachi melayangkan tatapan lebih tajam dari sebelumnya. Seolah sulung Uchiha itu akan menelannya bulat-bulat.
"Ya, Rokudaime-sama," ucapnya sembari menunduk takut kalau-kalau ia melayangkan shuriken pada lehernya.
"Panggil Naruto dan Sasuke kemari. perintahkan mereka untuk mengacak-acak rumah ini sekarang juga,"
"Baik, Rokudaime-sama,"
Sai pun langsung menghilang dari sana saking takutnya dengan amarah Itachi.
"Itachi, beristirahatlah. Amarahmu akan semakin meledak karena kau terlalu lelah, aku yang akan mengurus Sakura," ucap Tsunade.
"Bagaimana aku bisa beristirahat jika seseorang yang telah melakukan kejahatan besar masih berkeliaran bebas di luar sana,"
"Percayakan pada rekan juga anak buahmu. Mereka telah di sumpah untuk selalu berada di sisimu dan membantumu dalam keadaan apapun,"
"Tapi ..."
"Itachi, aku tahu bagaimana rasa sakit juga kecewamu. Tetapi, ada baiknya jika kau tak terus berlarut dalam semua ini seorang diri, biarkan kami membantumu,"
Sulung Uchiha itu perlahan melirik pada Tsunade yang terdengar memberikan semangat seorang ibu padanya. Ia pun akhirnya mengangguk setuju karena menyadari jika ia memang tengah tak bisa mengontrol emosinya.
"Aku akan berteleportasi menggunakan Katsuyu ke Konohagakure sekarang. Apa kau ingin Sakura di rawat intensif di rumahmu?"
"Ya, aku sudah cukup lama berpisah dengannya dan aku tidak mau itu terulang lagi. Jadi bawa dia ke rumah dan rawatlah ia di sana, soal biaya aku tidak perduli,"
"Baik, beristirahatlah sekarang juga obati lukamu itu,"
Itachi pun mengangguk lalu menyandarkan diri pada bangku sembari menghela napas panjang.
*********
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro