Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ToD SC's Event {Bag 3}

Yu: Huweee... Ane ditageh rentenir XD Betewe tinggal 1 bagian ini. Jadi, ToD selesai. Maaf kalo agak garing, ngebosenin atau gimana. Dan, kalo mau kasih dare, tunggu ada event lagi ya, cuyung*eak XD Makasih juga yang udah apresiasi karya Yu ;)


ToD with Chara Ansatsu Kyoushitsu [Strawberry Crimson's Event]

{Bagian 3: Waktunya Bercerita 3:) }

Alert: Sadistic Mode: On

Untuk shiraii-lita dan souhiji-chan yang menanti husbando tersakiti 3:)

WARN: Nggak tahu ini bener-bener ekstrem atau nggak, tapi untuk jaga-jaga. Yang nggak suka hal berbau sadis, darah, dan cerita penyiksaan yang mendetail serta yang masih di bawah umur segera out. Bagi yang nggak suka duo saiton disiksa juga silahkan. :v

~Mode Cerita Pendek~

Hari itu jauh lebih dingin dibanding hari-hari biasanya. Laki-laki berambut strawberry blonde itu merapatkan syal yang menghangatkan lehernya. Sesekali juga dia menggosok tangannya yang telanjang.

"Seharusnya aku pulang lebih cepat. Benar kata [Y/N] kalau jalan sudah sepi jam segini," gumamnya sambil terus menyeret langkahnya di tengah tumpukan salju yang ada di trotoar.

Malam itu terasa mencekam. Awan hitam memeluk bumi dengan eratnya, angin semakin lama semakin berhembus kencang, suara binatang pun tidak terdengar. Gakushuu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Semua toko sudah tutup dan menyisakan beberapa lampu temaram jalan yang masih mampu membuat jalanan terasa hidup.

Gakushuu melirik jam tangannya. Pukul 23.45. Ia menghela nafas membuat uap putih keluar dari mulutnya. Gakushuu masih bersyukur dia membawa syal untuk menjaganya agar tetap hangat, mengingat jarak rumahnya masih jauh dan ia harus bertahan 30 menit lagi dalam cuaca dingin ini.

Srek...

Gakushuu menoleh ke belakang dan tidak ada apa-apa selain bayangan hitam di bawah lampu jalan yang berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri. Gakushuu menyipitkan matanya untuk memperjelas pengelihatannya, tapi sia-sia saja. Gakushuu mengangkat bahu lalu kembali berjalan.

Srek... srek...

Bukan langkah kakinya! Ia menoleh dan mendapati bayangan itu berada di posisi yang lebih dekat dengannya. Gakushuu mengeram pelan. Malam-malam begini masih saja ada yang beraktivitas. Gakushuu mulai berpikir kalau itu adalah seseorang yang iseng ingin menakut-nakutinya atau mungkin orang itu memang membuntutinya? Tiba-tiba mata Gakushuu membulat melihat sesuatu yang berkilau pada bayangan hitam itu. Kilau yang sangat ia kenali setiap kali ia ke dapur melihat ibunya memasak. Pisau...

Gakushuu menahan nafasnya. Dia tidak takut! Hanya saja rasa cemas mulai menghantuinya. Cemas akan sesuatu yang mungkin terjadi padanya. Mengingat dirinya lebih suka melatih otak dibanding ototnya.

Srek. Srek. Srek.

Suara itu semakin keras dan Gakushuu mulai panik. Ia langsung berbalik hendak berlari. Tapi, tiba-tiba sesuatu yang dingin menyentuh kakinya.

"ARGH!"

Gakushuu mengerang dan limbun di atas trotoar yang bersalju. Bayangan itu semakin dekat dan Gakushuu yakin bayangan itu yang melemparnya dengan pisau. Gakushuu menyeret tubuhnya untuk pergi secepat yang dia bisa, tapi sayangnya kakinya ditarik oleh bayangan itu. Kepala belakangnya diseret sampai membelah salju dan amethyst kembar itu gencar mencari tahu siapa bayangan yang kini berwujud seseorang yang memakai jaket hitam dan celana abu-abu.

Brak!

"Ugh!" Gakushuu merasakan gilu di bagian punggungnya. Perlahan ia membuka matanya dan seseorang sudah berdiri tepat di hadapannya. Sepasang mata mercury menyala-nyala tepat di hadapannya dan senyum paling menjijikan yang pernah Gakushuu lihat tersungging di bibir orang itu.

"Akabane..." Gakushuu menggeram. Senyum di bibir laki-laki bernama Akabane Karma itu semakin lebar. "Konbawa, Asano-kun~" Gakushuu mendecih. Rivalnya, orang paling dibencinya kini tepat berada di hadapannya. Gakushuu ingin segera pergi dari ruangan pengap dan remang-remang ini, tapi sesuatu menghalangi pergerakannya dan membuat laki-laki strawberry itu mengerang.

"A-apa yang kau lakukan padaku, A-Akabane..." Gakushuu meringis. Ia baru sadar kalau kaki dan tangannya ditahan. Ditahan dengan lilitan kawat berduri. Karma tersenyum lalu mulai menjauh dari hadapan Gakushuu.

"Jangan terlalu banyak bergerak, Asano-kun~ Nanti kau bisa kehabisan darah sebelum permainannya dimulai..." Karma berjongkok, membelakangi Gakushuu. Memakai sarung tangan karet dan mengobrak-abrik sebuah kotak yang entah apa isinya. Laki-laki crimson itu pun berbalik dan memperlihatkan sebuah pisau dengan ujung yang meruncing. Karma menghampiri Gakushuu, berjongkok di hadapannya seraya mendekatkan pisau itu ke arah Gakushuu.

"Lepaskan aku, Akabane! Apa yang kau mau dariku, ha?!" Gakushuu meringis. Pergerakan sedikit saja karena emosi bisa memperdalam tancapan kawat duri di masing-masing anggota geraknya. Dengan penerangan yang minim Gakushuu bisa tahu kalau Karma tersenyum penuh arti.

"Kau tidak akan mengerti jika aku menceritakannya. Jadi, ayo kita bermain-main dulu dan akan kukatakan nanti. Kau--"

"Kalau kau ingin membunuhku, langsung saja! Jangan dengan acara seperti ini! Ugh!" Gakushuu mengigit bibir bawahnya ketika pisau yang Karma pegang mulai menyentuh kulit dahinya. Cairan merah mengalir dan menyusuri mata serta hidungnya sampai turun ke dagu. Menetes ke lantai kayu. Entah apa yang dilakukan Karma, tapi yang pasti rasanya menyakitkan bagi Gakushuu. "Nah~ Aku sudah menandaimu~ Jangan lari dariku, ya~"

Gakushuu membulatkan matanya ketika Karma mulai menjauh dan seketika ruangan menjadi terang. Cermin yang retak di belakang Karma memantulkan bayangan dirinya. Di dahinya terukir sesuatu. Sample C. Gakushuu mendongak menatap Karma yang tersenyum bagai iblis yang siap menyeretnya ke neraka. Gakushuu mengigit bibir bawahnya kuat-kuat sampai darah keluar lagi dari bibirnya.

"K-kau psycho... Kau sakit jiwa, Akabane!"

"Hahaha!" Karma berbalik lagi dan mulai mengeluarkan pisau lain yang ujungnya meruncing ke atas. Ia mendekat lagi ke arah Gakushuu. Tubuh Gakushuu mulai menegang, syaraf-syarafnya kaku untuk digerakkan ketika pisau itu mulai menari-nari di pipinya. Rasa sakit dan perih itu membuat Gakushuu tak tahan untuk tidak bergerak. Bahkan, kulit pergelangan kaki dan tangannya yang diikat kawat mulai mengelupas. Karma terkekeh. Dia terus menguliti pipi Gakushuu sampai daging berwarna merah muda itu terlihat.

"He-hentikan... kumohon hentikan..." Karma menyeringai, sudah ia duga si maniak nomor satu itu akan memohon padanya. "Apa kau bilang? Hentikan? Pffftt... Jangan bodoh! Permainan hampir mencapai puncak. Nikmati saat-saat terakhirmu, Asano-kun~ Setelah ini berteriaklah sekencang-kencangnya. Karena itu yang kucari selama permainan ini berlangsung..." Karma mundur dan melihat hasil karya tangannya. Pipi, pergelangan tangan dan kaki. Daging-daging itu terlihat sangat menarik di matanya.

Gakushuu mulai berpikir dalam rasa sakitnya. Apa yang pernah ia perbuat pada Karma? Ia selalu mengira mereka bersaing secara sehat. Tapi, saat ini... Karma lebih mirip orang tidak waras yang membunuhnya perlahan-lahan. Seolah-olah ingin mengajarinya apa itu rasa sakit. Nafas Gakushuu mulai memburu. Mata amethyst-nya melihat cairan merah pekat yang terus keluar dari pergelangan tangannya. Ia berharap semua ini cepat berakhir.

"Sudah selesai istirahatnya? Saa, kita lanjutkan permainannya~" Karma melempar pisau yang ia gunakan untuk menguliti pipi Gakushuu. Lalu, merogoh sesuatu dalam kantong celananya. Suntikan. Dan, suntikan itu mengarah ke...

"HENTIKAN!!!" Pipi Gakushuu nyut-nyutan karena syaraf pipinya tertarik ke atas seiring pergerakan bibirnya. Gakushuu mulai menggila lagi. Dia terus meronta dan tusukan kawat duri itu semakin dalam. Gakushuu mengalihkan wajahnya yang Karma acungi jarum suntik. Berusaha agar matanya tidak benar-benar menjadi sasaran Karma. Karma menggerak-gerakkan kepalanya, benar-benar menikmati teriakan malang Gakushuu.

Tanpa basa-basi lagi Karma menusukkan ujung jarum itu ke dalam mata kiri Gakushuu. "AAAA!!!!" Karma mulai menggila. Dia tertawa seiring dengan teriakan Gakushuu. Cairan putih yang sedikit encer mengalir keluar dari mata amethyst Gakushuu. Karma berjalan mundur dan melihat hasil karyanya lagi 'untuk terakhir kali'. Gakushuu mulai menangis. Ajalnya benar-benar sudah dekat. Nyawanya ada di ujung tanduk dan akan berakhir di tangan rivalnya sendiri.

Gakushuu tersadar. Ia baru sadar kalau kawat duri di tubuhnya sudah lepas. Karma menatap Gakushuu dengan tatapan kosong. "Malangnya~ Saa, kita akhiri permainan ini. Kau juga sudah tidak kuat lagi'kan?" Karma menyeret Gakushuu dengan memegangi kerah bajunya. Gakushuu meringis ketika hawa dingin menusuk sampai ke tulangnya ketika keluar dari gudang kecil tadi. Rasanya lebih menyakitkan ketika daging yang kulitnya terkelupas tersentuh dinginnya salju. Ia memaksakan mengangkat tangannya lalu melepas suntikan yang masih menempel di mata kirinya. Dibuangnya benda itu dan dipegangnya mata amethyst yang dilumuri cairan encer itu.

Bruk!

"Ssshh..." Gakushuu mendesah pelan ketika tubuhnya baru saja menghantam beberapa ranting kayu di sebuah lubang. Tidak ada salju di lubang itu, hanya ada tumpukan ranting. Ia menatap Karma yang ada di atas. Karma tersenyum sendu. "Sayang kau harus mati sekarang. Padahal aku masih ingin bersaing denganmu, Asano-kun~" Karma mengambil jirigen berisi bensin. Gakushuu yakin setelah ini akan lebih menyakitkan. Ia menoleh ke samping dan mendapati sesuatu yang mencuat dari tumpukan ranting. Potongan tangan yang setengah hangus.

"Aku sudah menahan untuk tidak melakukan ini. Tapi, ternyata maaih ada ya orang sepertimu. Inilah pekerjaanku." Karma menyiramkan bensin pada tubuh Gakushuu dan tumpukan ranting itu. Gakushuu memejamkan matanya. Hampir selesai.

"... Kau yang ketiga, Asano-kun. Dan, aku akan memberitahumu sesuatu sebelum kau berakhir seperti tangan yang kau lihat itu..." Karma mengeluarkan pemantik api dari dalam saku celananya. "... Jangan pulang larut malam, ya?" Karma melempar pemantik api yang sudah menyala ke dekat tubuh Gakushuu. Gakushuu membuka matanya. Rasa perih yang ia rasakan bersatu dengan rasa panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Mematikan syaraf-syarafnya. Terakhir yang ia lihat adalah di balik api ini Karma menyeringai sambil menatap kosong ke arahnya.

***

Gakushuu: Hentikan ceritamu!

Karma: Aku benar-benar seperti hidup 3:) Jadi ceritanya di sini aku jadi psikopat yang mengincar orang-orang yang pulang malam telat'kan? Menarik~

Yu: Begitulah~. Dan, ingat Minna-san, jangan pulang larut malam, ya?

Semuanya kecuali Yu, Karma, Gakushuu, dan Karasuma-sensei: H-ha'i... (Jiah! Mereka gemeter semua. How about you, Readers?)

Yu: Ma~, ma~, ma~, tapi ini belum selesai.

Semuanya kecuali Yu dan Karasuma-sensei: TIDAKKK!!!

***

Laki-laki bersurai crimson itu terus melangkah tanpa menatap ke belakang lagi. Sesekali menyedot isi dari kotak susu strawberrynya sampai habis. Meremukkannya lalu membuangnya ke sembarang arah. Dijejalkannya kedua telapak tangan ke dalam saku. "Menyebalkan," desisnya pelan. Laki-laki itu terus berjalan tanpa mempedulikan seseorang di belakangnya yang meneriaki namanya.

"Karma! Apa kau tidak terlalu berlebihan pada Ren dan Gakushuu?" Gadis itu. Ya, [L/N] [Y/N]. Sahabat Akabane Karma yang terkenal sebagai pembully kelas kakap seantero sekolah. Karma tetap berjalan tanpa mempedulikan gadis itu yang sedari tadi terus mengoceh tentang betapa berlebihannya dia mengerjai anak OSIS berambut stylis, Sakakibara Ren serta sahabatnya, Asano Gakushuu.

"Sudah kubilang! Dia menantangku! Aku benci dengan orang lemah seperti itu! Dan, tinggalkan aku sendiri!" bentak Karma lalu berjalan menjauhi gadis itu. [Y/N] terdiam. "Hati-hati, Karma! Kau bisa mendapat karma!" teriak [Y/N] karena jaraknya dengan Karma mulai jauh. Karma mendecih. "Tidak mungkin~"

Itu yang terjadi sekolah tadi pagi. Yang membuat laki-laki beriris mercury itu kesal setengah mati pada sahabatnya. Bukankah sudah biasa kalau [Y/N] melihat tingkah brutalnya ketika mengerjai seseorang? Karma tak habis pikir kalau [Y/N] lebih membela targetnya. Oh, atau jangan-jangan [Y/N] menyukai Ren dan Gakushuu? Pertanyaan itu berputar di benaknya dan membuat tangannya mengepal kuat. "Sialan! Mereka akan mendapat hal yang lebih menyakitkan besok..." Karma menghela nafas. Dia menutup pintu dan menguncinya dengan tidak santai lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Ia benar-benar kelelahan. Apa karena ia mengeluarkan tenaga ekstra ketika mengerjai Ren, ya? "Tidak mungkin staminaku selemah itu," gumamnya.

Drrrttt... drrrttt...

Karma menoleh ke arah nakas lalu meraih ponselnya yang ada di atas meja. 1 e-mail from [Y/N]. Karma terduduk lalu membuka e-mail itu dan membaca isinya.

From: [l/nl[y/n]@yahoo.com

For: [email protected]

Firasatku mengatakan akan ada sesuatu yang buruk terjadi. Karma, kuharap kau cepat-cepat menutup dan mengunci semua celah dalam rumahmu.

Karma mengernyit lalu melemparkan ponselnya ke ranjang. "Omong kosong~" keluhnya lalu menatap jam dinding. "Ini masih terlalu sore untuk sesuatu yang buruk~" gumamnya ketika mendapati jarum pendek menunjuk angka 6. Pukul 18.00. Karma menghela nafas lalu kembali menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Mengabaikan peringatan dari [Y/N].

Drrrttt... drrrttt...

Karma mendesah kesal lalu mengambil ponselnya lagi. 1 e-mail from [Y/N]. Karma membuka isinya 'lagi'.

From: [l/n][y/n]@yahoo.com

For: [email protected]

Kumohon, Karma. Lakukan apa yang kuminta. Aku sudah memperingatkanmu!

Karma mendecih lalu mengabaikan pesan tolol dari [Y/N]. Kalau terjadi apa-apa, dia'kan bisa melakukan bela diri. "Apa susahnya? Penjahat juga biasanya payah..." Karma bergumam. Perlahan ia memejamkan matanya.

Drrrttt... drrtttt...

"Astaga! [Y/N]! Apa lagi sih?!" Karma terduduk dengan emosi lalu membuka e-mail tanpa melihat pengirimnya terlebih dahulu.

From: (private account)

For: [email protected]

Selamat Tuan Akabane! Kau baru saja mendapatkan hadiah kejutan yang menarik dariku. Kau bisa melihat di balik pintumu yang sedikit terbuka itu. Oh, ingat. Hanya melihat, ya.

Karma mengernyit. Terbuka? Seingatnya pintunya terkunci. Karma mengangkat bahu. "Mungkin hanya orang gila sinting yang ingin mengerjaiku..." Karma kembali berbaring. Tapi, saat hendak memejamkan matanya lagi ponselnya kembali bergetar. "Sialan," umpatnya.

From: (private account)

For: [email protected]

Jangan sebut aku sinting kalau kau sendiri sinting, Baka! CEPAT LIHAT KE PINTUMU!

Karma benar-benar sudah terpancing emosi. Apalagi dengan kata 'baka' dan kalimat berupa caplock yang terjebol itu. Karma mendengus lalu melirik ke arah pintunya yang--benar--sedikit terbuka. Matanya menangkap sebuah mata serta bayangan di balik pintu. Mata itu menatapnya penuh dengan dendam. Karma mengernyit lalu menyeringai. "Kau mau menantangku, ya~? Kau baru saja menggali kuburanmu sendiri, bocah~" Karma hendak turun dari ranjangnya. Tapi, tiba-tiba listrik padam dan membuat semuanya gelap gulita.

"Si-sialan..." Suara Karma sedikit gemetar karena kebetulan dia takut dengan kegelapan. Ponselnya bergetar lagi dan menampilkan pesan dari orang sinting tadi lagi.

From: (private account)

For: [email protected]

Kau ketakutan, Tuan Akabane? Kukira pembully kelas kakap sepertimu tidak takut apapun...

Emosi Karma tersulut karenanya. Matanya mercurynya mengedar ke sekeliling ruangan yang gelap gulita. Hanya cahaya dari ponselnya yang bisa menerangi wajahnya. Siapa yang berani menantangnya seperti ini?!

"Kau memang takut, Akabane..."

"Ugh!"

Leher Karma tertarik ke belakang. Rasanya seperti ada yang menjeratnya. Dan, suara itu terdengar bersamaan dengan listrik yang kembali hidup. Mata Karma mengerjap untuk melihat siapa yang berani melakukan hal ini padanya, sedangkan tangannya terus berusaha melepaskan jeratan tali tambang di lehernya yang semakin ke sini semakin mengencang.

"Kon-ba-wa, A-ka-ba-ne."

Mata Karma membulat ketika menyadari siapa yang berani melakukan ini padanya. "A-sa-no... ukh! Si-si-al-an... kau..." Karma hampir kehabisan nafas jika saja laki-laki berambut strawberry blonde itu tidak sedikit melonggarkan tali di lehernya. Karma menggunakan kesempatan itu bukan untuk menghirup oksigen, melainkan langsung menerjang tubuh yang ia kira super lemah itu. Gakushuu memang dikenal anak cerdas yang buruk di bagian fisik dan masalah stamina.

Srrrtt...

"Akh!"

"Ckckckck... Tidak, tidak, tidak. Ini tidak akan berjalan baik kalau kau melawan tuanmu sendiri, anjing bodoh!" Gakushuu baru saja menarik tali yang menjerat leher Karma. Karma tidak bisa tenang di saat seperti ini. Dirinya seolah-olah di ambang kehancuran ketika rival abadinya menyudutkannya seperti ini. "Ayo kita bermain-main, Akabane! Aku sudah belajar berbagai permainan beberapa hari yang lalu." Gakushuu menyeringai. Karma yang masih mengumpulkan oksigen meliriknya. Seringan paling menjijikan.

"Kumulai, ya?" Gakushuu mengeluarkan pisau besar dari balik jas yang dia kenakan. Tangannya sudah terlindung sarung tangan karet agar sidik jarinya tidak membekas di sana. Seperti yang dia bilang, dia sudah belajar berbagai 'permainan' beberapa hari lalu. Gakushuu menarik tali yang mengikat leher Karma lalu menggantungkannya ke gantungan kayu yang cukup kokoh di kamar laki-laki crimson itu. Tidak terlalu ke atas karena Gakushuu tidak mungkin membiarkan Karma mati begitu mudah dan 'tenang'. "Sebelumnya, aku tidak mau kau berisik saat kita bermain. Jadi, kubungkam dulu, ya?" Gakushuu mengikatkan kain pada mulut Karma. Karma hanya bisa menatapnya dengan tatapan dendam. Ingin sekali ia membalas kalau saja lehernya tidak terikat. Sial! Kenapa dia jadi lemah begini?!

"Kumulai dari mana, ya? Hm... Ah! Rambut yang bagus, Akabane! Kau tahu? Kalau kuberikan ini pada Ren, dia pasti menyukainya," kata Gakushuu lalu menyeringai. Ditariknya rambut yang berada di ubun-ubun Karma. Karma mendongak, menatap wajah yang menatapnya dengan tatapan bengis ala pemangsa. Ia tak habis pikir. Ia kira Gakushuu adalah orang yang lemah. Ternyata dia salah.

Srek... krek... srek... krek...

Karma memejamkan matanya kuat-kuat untuk menahan rasa sakit yang menghinggapi ubun-ubunnya saat ini. Bagaimana tidak, Gakushuu memotong rambutnya dengan perlahan-lahan. Bukan! Bukan hanya rambut, melainkan sampai ke kulit kepalanya.

"Hahaha..." Gakushuu tertawa pelan melihat cairan merah pekat mengucur keluar dari ubun-ubun Karma. Karma bisa merasakan cairan hangat itu turun menyusuri pelipis lalu turun ke pipi dan meluncur ke dagu, sebagian juga terserap ke kain yang Gakushuu gunakan untuk membungkamnya. Gakushuu melihat rambut beserta kulit kepala Karma yang ada di genggamannya. Ia menatap Karma dengan sinis. "Aku tidak suka," katanya singkat lalu.membuang rambut itu ke sembarang arah. Tangannya beralih membuka kain bungkaman Karma. Karma menatapnya dengan penuh amarah.

"Si-sialan... Kau... gila... Asano... sshhh..." Karma meringis. Ia tidak tahan dengan rasa perih dan sakit yang berasal dari luka yang dibuat Gakushuu di kepalanya. Ia yakin saat ini Gakushuu menjadikannya sebagai boneka. Gakushuu terdiam. Dia terlihat meneliti sesuatu di wajah Karma sampai akhirnya dia menyeringai. "Mulutmu harus diajarkan sopan santun, Akabane." Gakushuu melempar pisau besarnya ke sembaran arah lalu mengambil pisau lipat dari sakunya. Perlahan dia mengusapkan ujung dingin pisau itu ke pipi Karma. "Saa~ biarkan aku membuatmu lebih tampan."

"Heph! Ssrrshhh... Aaakkhh..."

Hanya itu suara yang bisa Karma keluarkan ketika Gakushuu merobek mulutnya. Perlahan-lahan melewati pipi sampai ke kedua telinganya. Darah dimana-mana. Membanjiri mulut, pipi, dan kepala Karma. Dan, jangan lupakan seragam.putihnya yang kini berwarna merah. Sungguh, ia lebih memilih mati lebih cepat saat ini. Kenapa dia tidak mau juga, sih?!

"Kurasa merah akan jadi kesukaanku, Akabane! Hahaha! Sekarang, dengarkan aku baik-baik." Gakushuu menatapnya serius lalu menarik dagu Karma yang dilewati aliran darah agar menatap lurus ke dalam matanya. Karma yakin. Di dalammatai amethyst itu tersimpan dendam yang begitu besar dan itu... ditujukan padanya? Karma mengeluarkan desisan kecil. Gakushuu beralih menekan pipi Karma yang habis dia sobek. "Sebelum kau mati. Ini ucapan terakhirku padamu. Kuperingatkan padamu agar jangan sampai kau meremehkan seseorang yang belum tentu lebih lemah darimu. Kau tahu, Akabane. Dunia bisa berbalik dan ia yang tadinya berpihak, jadi bisa membunuhmu perlahan seperti yang kulakukan." Gakushuu menghempaskan kepala Karma lalu berbalik menghampiri pintu. "Kau belum sadar kalau ada bensin di kakimu, ya?" Karma membulatkan mata. Ia melihat ke bawah dan terkejut dengan cairan berbau di bawahnya. Gakushuu tersenyum sinis. "Aku menggunakan otak lebih baik ketika kau menggunakan ototmu," katanya.

Srep! Srep!

"Hukh!"

Karma menatap Gakushuu dengan tidak percaya. Seorang yang ia kira lemah berbalik menjadi brutal seperti ini. Baru saja Gakushuu melempar dua buah pisau kecil ke arahnya. Dam, tepat mengenai kedua lengannya yang terkulai bebas di sampimg tubuhnya. Gakushuu terkekeh kecil. "Kalau begitu mimpi indah, Akabane."

Tek! Bush!

Hal yang terakhir Karma lihat ketika api itu akan membesar adalah Gakushuu yang tersenyum bangga lalu melepas sarung tangan karetnya. Meninggalkannya dengan kebakaran hebat yang menghanguskan rumahnya hari itu juga.

***

Yu: Dan, selesai...

Karma: Kau bisa sesadis itu padaku... *gemeter

Gakushuu: Walau sebenarnya menyenangkan melihat si setan merah tersiksa, aku tetap tidak terima. *gemeterjuga

Yu: Terus kali--eh?

(Tanpa Yu sadari semuanya sudah tepar sambil nutupin muka plus tubuh mereka pake selimut.

Yu: Teheee~ Mimpi indah semuanya! Maaf lama. *SetelahinibalikHiatus

BTW, Lovable udah update ;) Baca dan beri krisar :D


Salam,

Akabane_Yu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro